Menuju Kampus Untirta Cilegon

Kampus Untirta Cilegon, Banten

Sesuai rencana, selesai acara di kampus Untirta Serang, acara bedah buku dilanjutkan ke kampus Cilegon. Tentang itu saya tulis di Bedah Buku Tajir Selagi Muda.

Tapi sebelumnya, "Makan dulu ya, Bu. Makanan khas Serang," kata Agung.

"Nasi sumsum!" sambarku cepat. Hwahaha......

Sayangnya nasi sumsum baru ada malam hari. Padahal aku udah lama penasaran dengan makanan yang satu ini.

Tapi yawdah, nggak apa-apa. Apa aja oke lah. Asalkan nggak pedas (perut nggak kuat), nggak pake udang (ntar alergi bisa kumat, karena lagi dalam perjalanan dan rentan capek yang bikin kondisi nggak fit....).

Begitu mau berangkat... breees...! Hujan turun dengan sangat-sangat deras. Untungnya panitia dipinjemin mobil sama Purek III (Waduuuh... terima kasih sekali, Pak.).

Masuk Cilegon... ups! Kering kerontang. Panas. Nggak ada tanda-tanda abis hujan.

Makan Siang di Cilegon 

Makan siang di... apa ya namanya. Ada Ibu Dede-nya gitu, deh. Nggak jauhlah dari Kampus Untirta Cilegon. Makanan di sini serba bertulang lunak. Hm... bagus untuk asupan kalsium, nih.

Aku pesan ayam kalasan tulang lunak. Anggi dan Maya pesan ayam bakar tulang lunak. Nggak tau kalo Agung, soalnya dia berada di meja yang berbeda. Yang pasti nggak cuma pesan tulangnya.

Hm... enak nih. Kombinasi yang tepat antara ayam tulang lunak yang emang lunak, perut yang lapar karena belum sempat sarapan dari Bandung dini hari tadi, dan gratisan. Hwehehe....

Baca di sini ya cerita Perjalanan ke Untirta Serang dari Bandung.

Eh, ternyata Maya suka makanan yang rada gosong. Kenapa jadi mengingatkanku pada seseorang ya? Hm... Reza di novelku Men Not Allowed dan seseorang yang karakternya kucomot buat jadi Reza :D

Jam 13.20 Agung mulai ribut. "Ayo, kita ke FT. Udah ditungguin. Acaranya mulai jam satu."

Jam satu tepat atau satu lewat 59 menit?

Salam,

Triani Retno A

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.