Kalau Bisa Praktis, Kenapa Harus Ribet?


Kalau Bisa Praktis, Kenapa Harus Ribet?

Kalau Bisa Praktis Kenapa Harus Ribet --
“Aduh, ART pulang kampung dan nggak balik lagi!”

“Cucian numpuk. Hiks!”

“Sibuk nyuci baju dan menyelesaikan urusan rumah tangga yang lain. Mana bisa eksis?”

Saya hanya nyengir kalau membaca curhatan seperti itu di jejaring sosial. Saya tidak pernah mengalami kejadian seperti itu. 

Karena punya ART yang setia sampai mati? Hehe… bukan. Sudah lama saya tidak menggunakan jasa PRT (kecuali bibi yang menyetrika sekali dalam seminggu). 


Karena cucian nggak pernah numpuk? Haha… kata siapa? Sering, malah. Tapi kalem aja, jangan jadikan beban pikiran. Nggak lucu, ah, kalau stres hanya gara-gara cucian.


Mencuci Hemat

Sebagai ibu tunggal dengan dua orang anak, saya mesti menerapkan strategi jitu agar urusan rumah beres, anak-anak terperhatikan, pekerjaan profesional saya sebagai penulis dan editor lancar, plus masih punya waktu untuk me time.

Salah satu jurus andalan saya adalah “Kalau bisa praktis, kenapa harus ribet?”. Jurus ini juga yang saya terapkan dalam urusan mencuci pakaian.

Saya biasanya mencuci pakaian dua kali dalam seminggu, Rabu dan Minggu. Cucian numpuk? Sekali lagi, jangan sampai stres hanya gara-gara cucian. Apa kata dunia? Hehehe….

Ada tiga keuntungan mencuci seperti ini:

1. Hemat air.
Stok air bersih di bumi ini makin terbatas, kan? Dengan cara begini, sedikitnya saya bisa membantu mempertahankan ketersediaan air bersih.

2. Hemat listrik. 
Meskipun nominalnya tidak terlalu besar, mencuci dua kali seminggu bisa menghemat rupiah yang harus dikeluarkan ketika membayar tagihan listrik. Hemat energi berarti hemat penggunaan bahan bakar minyak (di pembangkit listriknya), kan? Dikit-dikit, save our earth, lah.

3. Efisiensi tenaga dan waktu.
Meskipun pakai mesin cuci, tetap ada tenaga dan waktu yang dihabiskan untuk mencuci. Saya memang melakukan pekerjaan profesional saya dari rumah. Namun, bukan berarti tak butuh time management. Justru, bekerja dari rumah butuh kedisiplinan yang tinggi.

Bersih Tanpa Ribet

Agar maksimal, jurus andalan saya dalam mencuci ini butuh senjata yang tepat, di antaranya penggunaan deterjen yang tepat.

Rinso cair menjadi pilihan saya. Rinso cair 2x lebih efektif, meresap lebih ke dalam serat kain saat perendaman, untuk seluruh cucian sehari-hari. Dengan Rinso cair, tak ada lagi masalah bubuk deterjen menempel di pinggir mesin cuci atau malah di pakaian. Telapak tangan pun bebas dari rasa panas yang kerap terjadi saat kontak dengan deterjen bubuk.

Situs www.rinso.co.id menyebutkan lima keunggulan Rinso Cair ini, yaitu:
  1. Dapat dioleskan langsung di atas noda membandel pada pakaian untuk meningkatkan daya pembersih pada saat proses perendaman.
  2. Busanya lebih banyak daripada deterjen bubuk biasa sehingga Rinso Cair mampu membersihkan lebih efektif ketika proses pencucian.
  3. Tidak ada sisa butir-butir deterjen setelah proses pencucian, seperti yang umum terjadi dalam proses pencucian menggunakan deterjen bubuk. 
  4. Rinso cair sangat lembut di tangan.
  5. Wangi yang superior dan lebih tahan lama.

Terbukti, lho. Meski pakaian kotor ditumpuk selama tiga hari, Rinso Cair mampu mengusir semua bau tak sedap dan kotoran yang menempel di pakaian. Dari noda keringat di kerah baju, kaus kaki putih yang berubah kelabu saking kotornya, hingga celana panjang yang bernoda lumpur, semua dibersihkan oleh Rinso Cair. Pakaian pun kembali bersih dan harum. 

Rinso Cair memaksimalkan penerapan jurus andalan saya: “Kalau bisa praktis, kenapa harus ribet?”. Jadi, tinggalkan deterjen bubuk dan beralihlah ke Rinso Cair.  Dengan efisiensi seperti ini, banyak hal lain yang dapat dikerjakan. Perempuan harus smart, kan?  


Tulisan ini diikutsertakan dalam Laiqa and Rinso Writing Competition

Disclaimer: Tulisan di luar tanggung jawab Laiqa Magazine.



Salam,
Triani Retno A
Penulis,Editor, Blogger


 

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.