Bijak Menggunakan THR

Menggunakan THR secara bijak

Dapat THR? Alhamdulillaaaah. Langsung deh meluncur ke pasar untuk berbelanja bahan pangan, dari nanas sampai daging sapi. Besoknya ke mal, beli baju Lebaran untuk semua anggota keluarga.

Ups! Hati-hati. Ingat-ingat, jangan sampai besar pasak daripada tiang. Saking inginnya membeli ini-itu, sampai-sampai nggak sadar kalau uang yang dikeluarkan sudah melebihi jumlah THR yang didapat.

Mengatur Keuangan

Supaya nggak malah tekor, sebaiknya bijak menggunakan THR.

1. Rencanakan kebutuhan Lebaran sejak jauh hari.

Tanpa perencanaan, biasanya ketika uang sudah berada di tangan, suka mendadak gelap mata. Mau beli apa ya? Karena bingung, akhirnya semuanya dibeli.

Tentang pengelolaan keuangan secara umum saya tuliskan di sini:


2. Utamakan kebutuhan di atas keinginan.

Keinginan tak terbatas, sedangkan kebutuhan mempunyai batas. Kebutuhan mengenal kata CUKUP, sedangkan keinginan tidak.

3. Ubah mindset 

Ubah pemikiran bahwa Lebaran = harus serbabaru, dari baju baru sampai mobil baru.

Yang harus diutamakan adalah kualitas diri kita. Sudah menjadi diri kita yang baru atau belum? Kualitas ibadah dan jiwa sosial kita sudah lebih baik atau belum? Sudah lebih bisa mengekang hawa nafsu atau belum?
 

Alokasikan Dana Lebaran

Nah, setelah membuat perencanaan dengan mendahulukan kebutuhan, boleh membelanjakan uang THR?

Oh, boleh aja. Kenapa enggak? Namun, sebelum membelanjakan uang THR untuk keperluan lebaran, pastikan kita sudah mengalokasikan dana untuk hal-hal ini.

1. Membayar zakat fitrah.

Ini wajib, lho, malah merupakan bagian dari Rukun Islam. Sebagian orang tak hanya harus membayar zakat fitrah tapi juga zakat yang lain seperti zakat mal, zakat penghasilan, dan zakat profesi. 

Miris banget deh kalau bisa belanja jor-joran tapi pas mau bayar zakat malah kelimpungan.

2. Memberi THR.

Adakah orang yang bekerja pada kita? Misalnya asisten rumah tangga, sopir, atau bibi yang datang seminggu dua kali untuk mencuci dan menyeterika baju. Berikanlah THR pada mereka.

Lebih baik lagi jika bisa memberi THR pada orang-orang yang secara tak langsung juga bekerja pada kita, misalnya si mamang yang  mengangkut sampah hasil produksi kita tiap hari.

Memang, sih, mereka juga dapat imbalan rutin (dari kas RT/RW atau dari Pemda). Tapi coba hitung-hitung, kira-kira penghasilan mereka masih bisa mengejar harga sembako atau nggak? 

Kalau harga sembako sudah melesat naik roket sedangkan penghasilan mereka masih seperti siput ngesot, ayolaaah.... berikan THR pada mereka.

Tentang zakat dan berbagi saya tulis khusus di sini:


3. Membayar utang.

Ini juga wajib. Langkah seseorang untuk masuk ke surga pun bisa terhambat jika orang itu masih mempunyai utang. 
Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw., yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah disebutkan bahwa utang yang belum dibayar itu di akhirat nanti akan dibayar dengan kebaikan (pahala) kita. 

Wew! Bisa tekor berat, deh, tuh. Pahala yang kita tabung seumur hidup habis buat bayar utang doang. Trus, kita "beli" tiket ke surga pakai apa, dong?

Sudah beres? Nah, silakan deh kalau mau membelanjakan uang THR untuk membahagiakan keluarga. Ajak si syukur untuk menemani berbelanja, ya. Syukur alhamdulillah.

Salam,


Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger
www.trianiretno.com

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.