Ketika Perempuan Bersedih


ransel merah



Katanya, ketika bersedih, perempuan cenderung jadi suka berbelanja. Meski nggak tau penjelasan logisnya, saya juga sering begitu. Bedanya, saya bukan pergi berbelanja barang konsumtif. 

Ah, walaupun sedang sedih, untuk urusan uang saya tetap pakai akal sehat. Bisa aja seneng-seneng berbelanja barang-barang konsumtif untuk menghibur hati. 

Tapi kalau setelah itu melihat dompet kurus kering dan saldo di rekening amblas ... apa nggak makin sedih bin galau? 



Yang Saya Lakukan Ketika Bersedih

Saya memilih mengambil ransel dan berkeliling Bandung. Berbelanja buku untuk dijual lagi. Seharian. Sampai kaki pegal. Sampai tangan pegal. 

Sampai bedak luntur oleh keringat. Sampai wajah yang ketika berangkat dari rumah kinclong berbedak, jadi berminyak dan berdebu (eh tapi di tas saya ada bedak, lipstik, dan deodoran dong, biar bisa tetap cantik dan wangi :D )

Bisa puluhan sampai ratusan buku yang saya beli. Beratnya? Total bisa sampai 20 kg. 

Kalau cuma sampai berat 15 kg dan cuaca cerah, biasanya saya pulang pakai angkot seperti biasa. Tapi kalau udah lebih dari itu, apalagi hujan siap mengancam keselamatan buku-buku itu, taksi menjadi pilihan. 

Dompet memang jadi kurus kering. Saldo di rekening pun mendadak cungkring. Tapi itu sementara aja. Buku-buku itu kan nantinya  dijual. Jadi, malah dapat laba. Insya Allah. Pintar-pintar sajalah mengelola keuangan keluarga ala freelancer.

Bonusnya, saya ketemu orang-orang berbeda dari yang berinteraksi sehari-hari dengan saya. 

Ahay, mengobrol dengan para pemilik lapak buku itu ternyata menyenangkan. Melihat orang-orang di jalanan yang tetap bersemangat ternyata mendatangkan semangat juga.

Meski mungkin aneh dan nggak asik, bagi saya itu cara untuk me time sederhana yang menyenangkan.



Trus, Sedihnya Hilang? 

Hehe... terlupakan, tepatnya. Terlupakan karena badan capek, jadi nggak sempat nangis. 

Terlupakan karena bersemangat mendapat buku-buku bagus dan kadang sudah langka (owww, puas sekali rasanya :) ), jadi nggak sempat galau. 

Terlupakan karena banyak hal yang harus dilakukan setelah buku-buku itu tiba di ruang kerja saya, jadi nggak sempat melamun. 

Buku-buku itu harus dilap supaya bersih, harus dicatat data-datanya (judul buku, pengarang, dan penerbit. Plus harga beli, tempat beli, dan tanggal beli), harus difoto lalu diunggah ke Facebook Teras Teera Toko Buku Online


toko buku online
Ruang kerja yang penuh buku.

Setelah diunggah lengkap dengan deskripsi singkat tentang buku itu, ada kesibukan lain: promosi, melayani pembeli, merekap pemesanan, mengepak buku, dan membawanya ke ekspedisi.



Menyibukkan Diri

Kalau sedang sedih dan mau nangis, ya nangis aja. Kalau mau melampiaskan rasa sedih dengan makan-makan, ya makan-makan aja. Kalau nggak makan kan laper. Hehe.... 

Cuma mesti  diinget-inget, jangan sampai menyantap makanan yang dipantang, apalagi yang haram. 

Ingat juga posisi jarum timbangan. Jangan sampai makin sedih kalau berat badan naik jauh.


Perempuan ingin bahagia
Foto ini diambil dari codotonline.blogspot.co.id.

Kalau mau melampiaskan rasa sedih dengan berbelanja, ya berbelanja aja. Cumaaa, mesti diinget-inget juga, jangan sampai abis berbelanja malah jadi makin sedih karena kehabisan duit buat menjalani hari esok.

Kalau mau melupakan rasa sedih dengan traveling, ya lakukan aja. Cumaaa, tetap pikirkan keselamatan diri ya. Nggak usah deh traveling ke daerah yang sedang dilanda konflik.

Kalau mau mengalihkan rasa sedih dengan mendengarkan musik, menonton film, atau membaca novel, lakukan saja. 

Saya sih nggak menabukan musik, film, atau novel melo. Bagus juga kok biar bisa nangis sepuasnya. Mudah-mudahan abis nangis jadi lebih lega.

Kalau suka menulis dan mau menuangkan rasa sedih itu dalam tulisan, ya menulislah. Tapi daripada meracau di medsos, mendingan jadikan cerita fiksi (cerpen, novel) atau tulis saja di buku harian. Pernah saya tulis di sini 
Tips Menulis Untuk Ibu-Ibu
 
Menangis dan mengadu pada Allah? Lakukanlah. Allah yang menciptakan kita, Allah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita.

Intinya, menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif. Setidaknya, nggak sampai merusak diri dan keuangan. :)



Salam,

Triani Retno A
Penulis Buku, Novelis, Editor Freelance

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.