Menjadi Perempuan
Ketika perempuan lain ribut ingin beli ini itu, saya lama berpikir: Apa saya benar-benar BUTUH ini itu? Kalau benar butuh, apa saya bisa membelinya tanpa berutang?
Ketika perempuan lain kumpul-kumpul ngerumpi, saya memilih pergi. Meski bukan seleb, saya tahu perihnya dijadikan bahan gunjingan.
Ketika perempan lain mulai membicarakan suami mereka (bahkan sampai ke urusan tempat tidur) dan suami orang lain, saya memilih menjauh.
Ketika perempuan lain ngotot menawar barang hingga semurah mungkin, saya berusaha tak menawar karena tak ingin menutup rezeki si pedagang dan membuatnya menangis dalam hati.
Ketika perempuan lain mendesak suami mereka untuk beli ini itu agar terlihat keren, saya mendesak diri saya mengalokasikan dana untuk pendidikan anak-anak.
Bagaimanapun, saya bahagia menjadi perempuan. Ya, dengan segala kelebihan dan kekurangan saya.
Selamat Hari Kartini.
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.