Beres-Beres Ala Metode Konmari



Metode Konmari


Sebenernya udah agak lama, sih, saya mendengar tentang beres-beres ala Metode Konmari. Tapi baru beberapa minggu lalu dapat secercah hidayah untuk mencari tahu. Seperti apa sih Metode Konmari itu?

Ternyata, metode beres-beres yang diperkenalkan oleh Marie Kondo ini sederhana saja.


Prinsip Dasar Konmari

Yang saya tangkap, prinsip dasar Metode Konmari tuh begini.
  • Dilakukan per jenis barang, bukan per ruangan. Jadi kalau beresin pakaian, ya beresin pakaian orang serumah. Bukan pakaian di lemari ibu aja, lemari anak aja, dan seterusnya.
  • Pakaian disimpan dengan cara digulung, bukan dilipat dan ditumpuk. Cara menggulungnya pun nggak asal. Ada tekniknya sendiri. Pakaian yang digantung cuma pakaian yang memang bahagia kalau digantung.
  • Barang yang dipertahankan adalah yang memberikan efek bahagia.
  • Tak semua barang yang menyimpan kenangan perlu disimpan. Kalau kenangannya menyakitkan, barangnya disingkirkan aja.
 

Mudah Tapi…

Kelihatannya mudah, nih. Bisa bikin rumah rapi dan lebih lega kalau diterapkan dengan benar.

Tapi bagi saya tidak semudah itu urusannya. Masalah pertama, saya dan anak-anak tinggal di rumah jadul milik orangtua. Bukan rumah peninggalan Belanda, sih, meski kadang-kadang seram. #eh

Seperti lazimnya rumah orangtua, banyak barang dari zaman kami kecil tersimpan di  sana. Kaset-kaset video dan tape masih numpuk tanpa pernah diputar. Buku-buku jadul, jam dinding yang dibeli setahun sebelum saya lahir, baju-baju lama, sampai baki dan tempat lilin hadiah pernikahan ortu saya tahun 1968.

Radio jadul antik
Radio, jam beker, dan baki tahun 1960-an dan jam dinding yang dibeli tahun 1973.
 

Masih untung sebagai perwira militer bapak dan ibu sering pindah tugas. Kalau enggak, mungkin popok saya waktu bayi pun masih disimpan 😀

Nggak mungkin barang-barang milik orangtua saya itu saya bersihkan dengan  Metode Konmari. Setiap barang menyimpan kenangan.

Model kebaya tahun 1960an
Kebaya tahun 1960-an milik ibu saya.
  
Oya, kakak-kakak yang nggak tinggal bareng lagi pun menitipkan segerobak dua gerobak barang. 

Kebayang nggak gimana sumpek dan berantakannya rumah yang kami huni? Yang pernah ke rumah (ortu) saya pasti tahu.

Masalah kedua, saya ini manusia penyimpan kenangan. Percaya atau tidak, saya masih menyimpan beberapa buku zaman SMA, bahkan surat dari sahabat-sahabat pena saya sewaktu SD.

Acara beres-beres bisa berlangsung lamaaaa karena banyak sekali benda yang mengingatkan saya pada kenangan. Yang sudah terlupa pun bisa tiba-tiba mencuat lagi dari dasar ingatan karena melihat sebuah benda.

Tapi… rasanya sumpek juga sih kalau semua terus disimpan. Apalagi pakaian. Anak-anak kan bertumbuh besar. Saya juga agak mengembang. Itu berarti ada pakaian yang tak muat lagi, kan?



Metode Konmari Untuk Menyortir Pakaian

Saya mulai mencoba menerapkan Metode Konmari ini pada barang-barang milik saya dan anak-anak.

Lemari pakaian mulai terasa lega ketika menyingkirkan baju-baju yang sudah sempit, tak pernah saya pakai lagi dalam beberapa tahun terakhir, tak memberi kenangan istimewa, atau malah membuka luka lama.

Baju-baju yang disingkirkan itu dikemanakan?
  • Beberapa dus baju yang masih layak pakai disumbangkan.
  • Sebagian kecil saya jual online.
  • Baju yang udah nggak muat tapi sayang dijual, saya rombak.
  • Yang kondisinya udah parah banget ya….berubah fungsi menjadi kain lap dan kain pel.
  • Yang memiliki kenangan spesial, tetap disimpan

jual baju preloved
Beberapa baju preloved yang saya jual online.

 
Termasuk yang disingkirkan (atau dijual) adalah barang-barang dari mantan. Mug bergambar foto, saya pecahkan saja biar gaduh. Masa lalu yang menyakitkan harus disingkirkan, toh?

Ajaibnya, bukan cuma lemari yang menjadi lega karenanya. Hati dan perasaan saya juga terasa lebih lega. Lebih ringan.


Metode Konmari Untuk Menyortir Buku

Bagi saya, memilah buku jauh lebih sulit daripada menyortir pakaian. Hehe…. 

Alhasil, hanya 30-an buku dan majalah yang keluar dari rak. Sebagian disumbangkan, sebagian saya jual. Selebihnya saya tata rapi di rak.

Yang saya pertahankan adalah:
  • buku-buku favorit,
  • buku-buku bertanda tangan penulisnya,
  • buku-buku yang mendukung pekerjaan saya,
  • buku-buku yang saya edit,
  • buku-buku yang saya tulis (tentu saja!),
  • buku-buku yang memunculkan kenangan menyenangkan.
Banyak? Banyaaak. Hehehe…..


Tak Sepenuhnya Metode Konmari

Kalau kata Marie Kondo, bersih-bersih ini harus dilakukan dalam satu hari. Kalau kata saya? Hm…sesempatnya aja. Hehehe….

Metode Konmari ini keren dan sederhana, meski belum sepenuhnya bisa saya terapkan (melipat baju dengan cara menggulung itu belum bisa diterapkan karena tempatnya tidak memungkinkan). 

Cara melipat pakaian yang ringkes
Pasmina sifon, daleman kerudung, dan kaus kaki digulung dan disimpan di dalam kotak-kotak mungil.
 
Barang yang tak terpakai lagi dan tak menimbulkan getar bahagia, keluarkan saja. Bisa jadi masih sangat bermanfaat bagi orang lain.




Kalau kamu, gimana acara beres-beresmu? Paling sulit menyortir dan menyingkirkan barang apa? 😊


Salam
Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.