Kepada
Yth. Presiden dan Wakil Presiden
yang telah saya pilih secara langsung
Bapak Presiden dan Wakil Presiden yang
saya hormati,
Saya seorang ibu, seorang perempuan,
seorang warga negara yang sering merasa prihatin, sedih, dan perih melihat
kenyataan yang terjadi di sekitar saya setiap hari. Maukah Bapak mendengarkan
keinginan saya?
Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden,
Saya ingin sekali kita tak direpotkan lagi
dengan bau sampah. Duh, mengapa dengan sampah saja kita bisa kalah?
Tempat
pembuangan sampah hanya menjadi tempat penumpukan sampah. Pemisahan sampah
organik dan anorganik di tempat-tempat umum pun menjadi percuma. Ketika
diangkut, sampah-sampah itu tercampur lagi.
Apakah itu menunjukkan tidak adanya
koordinasi dan perencanaan yang matang dan sepenuh hati? Di negara lain sampah
bisa dijadikan pembangkit gas, listrik, dijadikan barang daur ulang bernilai
seni dan ekonomis, bahkan bisa menjelma menjadi sebuah pulau. Mengapa kita
tidak bisa?
Terus terang Bapak Presiden dan Bapak
Wakil Presiden, sebagai warga dari negara dengan penduduk muslim terbanyak di
dunia, dengan para pemimpin yang bergelar haji dan hajjah, saya malu. Malu
karena kita belum bisa menjadikan kebersihan sebagai sebagian dari iman kita.
Bagaimana mungkin kita bisa mengajarkan
anak-anak kita untuk hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya jika di
mana-mana mereka melihat gundukan sampah setinggi bukit?
Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden yang saya
hormati,
Ketika saya datang ke TPS untuk memilih, hati dan
benak saya dipenuhi harapan. Harapan bahwa saya tidak salah memilih. Harapan
bahwa kehidupan akan menjadi lebih baik setelah ini.
Ya, saya tahu, presiden
dan wakil presiden terpilih tidak akan tiba-tiba membuat saya menjadi kaya
raya. Saya memilih presiden, bukan pesulap apalagi penyihir.
Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden yang saya
hormati,
Pernahkah Bapak membaca riwayat Nabi Muhammad Saw.?
Beliau pemimpin besar, namun hidup sederhana.
Atau mungkin Bapak membaca
mengenai riwayat Khalifah Umar bin Khattab. Beliau pemimpin sebuah negara,
namun tak segan mengangkat karung berisi gandum untuk diberikan pada rakyatnya
yang kelaparan.
Ah, tidak, Pak. Saya tidak berharap Bapak akan
memanggul karung itu. Saya hanya berharap Bapak dapat memberikan contoh yang
baik pada kami, rakyat negeri ini.
Bapak Presiden
dan Bapak Wakil Presiden yang saya hormati,
Saya menaruh
harapan pada Bapak. Saya menaruh kepercayaan pada Bapak. Saya percaya, dengan
suri teladan yang baik dan konkret dari Bapak berdua, kita akan menjadi bangsa
yang besar.
Bukan besar korupsi, besar utang, besar gengsi, atau besar omong
tanpa perbuatan nyata. Namun besar dalam karya, besar dalam prestasi, besar
dalam kesederhanaan.
Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden,
Saya akan terus mendukung Bapak selama Bapak tak
mengkhianati kepercayaan yang saya berikan. Kepercayaan yang kami, rakyat
negeri ini, berikan.
Saya sungguh berharap pada Bapak. Saya
tahu, tak mudah bagi Bapak berdua mengemban amanah sebagai Presiden dan Wakil
Presiden. Sama tak mudahnya seperti menjadi seorang ibu yang
harus membentengi anak-anaknya dari serbuan pengaruh negatif.
Saya percaya Bapak bisa. Saya selalu
berdoa agar Bapak senantiasa berada di jalan yang benar, diberi kemudahan,
kekuatan, dan kesehatan dalam membawa bangsa dan negeri ini ke arah yang lebih
baik.
Oh ya Pak. Salam dari kedua putri kembar
saya. Dua putri kembar yang tadi siang mempertanyakan keimanan bangsa kita,
bangsa yang menumpuk sampah di mana-mana. Pertanyaan yang sungguh sulit saya
jawab.
Hormat saya,
Alika Anindita**
Catatan:
* Dicuplik dari cerpenku "Surat Untuk Presiden" yang ada di dalam buku kumcer Braga Siang Itu.
** Tentang siapa Alika Anindita dan mengapa ia menulis surat seperti ini, silakan baca dalam buku Braga Siang Itu (Penerbit Andi, 2013). Dapat dibeli di toko-toko buku, toko buku online, atau ke website Penerbit Andi.
Catatan:
* Dicuplik dari cerpenku "Surat Untuk Presiden" yang ada di dalam buku kumcer Braga Siang Itu.
** Tentang siapa Alika Anindita dan mengapa ia menulis surat seperti ini, silakan baca dalam buku Braga Siang Itu (Penerbit Andi, 2013). Dapat dibeli di toko-toko buku, toko buku online, atau ke website Penerbit Andi.
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih sudah berkunjung. Semoga mendapat manfaat dari tulisan di blog ini.