Peresensi: Efi Fitriyah
Hati
yang tak akan berhenti mencintaimu
Itu
adalah sebuah postingan blog dengan status unplibshed.
Tentu saja postingnya seorang gadis SMA yang sedang
jatuh cinta. Suer, bukan postingan saya (acungin dua jari,
peace ah ).
Jatuh
cinta emang ga pandang bulu. Buktinya nih, monyet aja
bisa jatuh cinta. Makannya ada istilah cinta monyet.
Hehehe... Pasti pernah dong ngalamin jatuh cinta, ya
termasuk cinta monyet, jamannya kita cupu waktu SMP atau SMA
(kita? loe aja keleus). Ada yang sampai
jadian (tapi bukan jadi mahluk jadi-jadian) atau keselek dan terpendam
dalam hati.
Duh, itu kalau dipendem, bertahun-tahun biar bisa masuk kategori harta karun perlu ratusan wafer eh ratusan tahun, malah sampe ribuan tahun biar jadi saingannya harta karun.
Buat
Fayya, gadis SMA kelas XII IPS di sebuah SMA di Bandung
ini, jatuh cinta adalah jatuh yang paling enak dibanding jatuh
lainnya. Bandingkan deh dengan jatuh dari podium, jatuh miskin atau
jatuh guling-guling dari bukit. Ga enak, kan?
Meski
perlu 2,5 tahun untuk tahu kalau ternyata Fayya
dan Elvin sama-sama merasakan love at first sight, Fayya sih
seneng-seneng aja. Ada sih, sedikit sebel kenapa mesti ngeh ketika
mereka sudah di penghujung SMA kelas XII, pas lagi sibuk-sibuknya
nyiapin ujian sekolah, tes masuk PTN dan ternyata Elvin
yang mau melanjutkan kuliah ke Jepang sana. Oh,
jadi harus siap LDR dong?
Iyes.
Kriesta, sahabatnya Fayya yang ceria bekali-kali mengingatkan
Fayya soal risiko ini. Fayya emang siap dengan
kenyataan harus terpisah dengam Elvin. Tapi, lain ceritanya
gara-gara Fayya terusik sebuah mimpi. Semua mimpi yang dialami Fayya ini
aneh. Semacam Deja Vu. Selain terasa nyata, apa
yang dilihat oleh Fayya dalam mimpi ga lama kemudian
terjadi.
Mulai
dari mimpinya Fayya ketemu Chef Andrean di pesawat yang
mau ke Belanda, jalan-jalan keluar negeri, nyasar
ke kelas fisika dan bisa nebak ulangan mendadak yang
dialami Elvin sampai kejadian musibah orang-orang
yang hilang. Kalau mimpi-mimpi sebelumnya bisa dimanfaatkan
Fayya untuk jadi bahan cerpen, maka satu mimpi terakhir Fayya tentang
Elvin bikin Fayya jadi blingsatan. Takut kehilangan Elvin, bikin
Faya bela-belain nyari semua referensi tentang tafsir
mimpi.
Keponya
Fayya akhirnya mengantarkannya berkenalan dengan seorang
Psikolog populer yang udah bergelar mendiang, Sigmund
Freud. Ya iyalah, kenalnya lewat buku aja, kok :D. Dari
bukunya Freud, Fayya jadi tahu soal alam astral, alam
nonfisik, clairvoyant, atau OBE alias Out of
Body Experience. Teori terakhir ini yang
jadi pembenaran buat Fayya kenapa mimpi-mimpinya
seperti nyata. Senyata mimpi-mimpi indah Fayya
dengan Elvin yang dulu-dulu, kecuali untuk satu mimpi
terakhir Fayya itu tadi.
Setengah
hidup eh setengah mati, Fayya yang hobi curcol di blog - dan
jadi eksis ngetwit gara-gara ketularan Kriesta -
membantah teori Freud dan berharap mimpinya tentang Elvin
tidak jadi kenyataan.
Emang
Fayya mimpi apa saja coba? Kejadian? Terus Elvin bilang apa
soal mimpi ini? Eh Fayya sama Elvin ngapain aja di mimpinya
Fayya sampai-sampai bikin muka Fayya jadi merah merona? Mau tahu
kan? Baca dong novel terbitannya Elex Media yang ditulis
oleh Trani Retno A.
Novel
ini mengambil seting di sebuah SMA di Bandung.
Kalau dari gambaran seting tempatnya sih, yang langsung
kebayang oleh saya adalah sebuah SMA yang ngetop dan
legendaris di Bandung dan identik dengan anak-anak pintar (ih
ini termasuk spoil ga teh, Eno? :D). Karena memang
segmen pembacanya adalah anak-anak SMA, dialog yang
melibatkan tokoh-tokohnya khas anak SMA dengan gaya
bahasa yang gaul, kenes, mengalir dan lincah. Yang
paling jleb dari novel ini adalah pesan kalau
ide selalu datang dari mana saja. Bahkan lewat mimpi
bisa bikin kita punya uang banyak lho, iya kalau
ditulis jadi cerpen dan dikirim ke majalah. Kalau cuma dipendam
atau dicurhatin saja, ya, ga bakalan datangin uang.
By
the way, ada sedikit masukan nih buat editornya. Kalau
nanti novel ini cetak ulang, ada sedikit
kesalahan di dua halaman. Yang pertama di
halaman 60 saat Kriesta membujuk Fayya - karena merasa tidak
enak - di sana jadi ngomong saya, bukan aku
seperti biasanya. Lalu untuk masukan yang kedua ada di
halaman 138. Dalam sebuah dialog dengan Fayya, Elvin jadi manggil
Fayya dengan sebutan Fel. Selebihnya, saya
kasih rating 3,5 dari 5 bintang buat novel
ini.
Daripada memendam cinta eh kepo, segera saja cari buku ini ya. Kalau saya kebanyakan cerita, jatuhnya bukan resensi tapi rangkuman, Ga asik, dong.
Judul
Buku : It's Not a Dream
Penulis
: Triani Retno A
Dimensi
: 12,5 x 19,5 cm
Tebal
: 161 halaman
Penerbit
: Elex Media Komputindo - Juli 2014
Harga
: Rp. 33.800,-
ISBN : 978-602-02-440-2
Link Asal
Novel saya ini diresensi oleh Efi Fitriyah di blog Akunbuku. Saya kopas di sini untuk dokumentasi saya. Terima kasih untuk resensinya, yaaa :)
No comments
Komentar dimoderasi dulu ya karena banyaknya spam. Terima kasih sudah berkunjung. Semoga mendapat manfaat dari tulisan di blog ini :)