Saya termasuk yang terakhir mendaftar untuk ikutan reuni kampus. Padahal, sejak awal panitia sudah woro-woro kalau acara reuni kali ini semuanya gratis!
Kalau mau donasi uang, boleh. Mau donasi barang buat doorprize juga boleh. Kalau tidak ya tidak apa-apa. Tapi jujur aja, saya takjub melihat nominal donasi dari teman-teman alumni.
Kami tidak perlu iuran untuk t-shirt yang akan dikenakan saat reuni, tidak juga untuk sewa tempat dan keperluan lain. Semua gratis. Tinggal datang bawa badan aja.
Gratis kok masih mikir?
Bukan apa-apa. Saya masih menunggu jadwal fix sebuah acara di Jakarta. Setelah dapat jadwal dan ternyata tidak bentrok, baru deh saya daftar reuni.
Fikom Unpad 93
Flashback dulu sedikit, ya. Tahun 1993 saya dan 200an mahasiswa baru masuk ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) melalui jalur UMPTN alias Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri.Kami adalah mahasiswa Fikom Unpad angkatan 1993. Kami adalah kaum yang oleh anak sekarang disebut sebagai “Sobat Fosil”.
Kami masuk bareng, diopspek bareng, kuliah bareng, lulusnya aja yang nggak bareng. “Masuk Fikom, keluar jadi sarjana,” kata Dodi Uno 32 tahun lalu. Cuma ya ... tahun keluarnya beda-beda.
Ada yang lulus dan diwisuda akhir 1997 (bukan saya). Mereka ini memang mahasiswa rajin, plus ngejar lulus di akhir tahun supaya nggak perlu bayar SPP dan kos lagi.
Ada juga beberapa teman yang lulus cuci gudang alias maksimal 14 semester (7 tahun). Kalau sempat ambil cuti, berarti malah lebih dari 7 tahun.
Tahun berapa pun lulusnya, kami tetaplah mahasiswa angkatan 1993 sesuai tahun masuk kami.
Fikom Unpad 1993 juga menjadi angkatan terakhir yang merasakan kuliah di kampus Jalan Sekeloa. Hanya semester satu kami di sana, bertetangga dengan FKG Unpad.
Semester dua (awal tahun 1994), Fikom resmi pindah ke kampus baru Unpad di Jatinangor.
Silver Reunion
![]() |
Reuni tahun 2018. |
Sejak semuanya lulus, reuni satu fakultas satu angkatan untuk pertama kalinya diadakan tahun 2008 atau 2009. Saya lupa pastinya. Ini juga baru teringat karena dijapri oleh teman. Sebut saja namanya Firman (eh tapi memang itu sih namanya).
Saya tidak ikut reuni yang itu, makanya hampir hilang dari ingatan. Setelah dijapri barulah saya teringat dulu saya nggak ikut reuni karena sedang tidak mau ketemu siapa-siapa. Tahun 2008-2009 rumah tangga saya dilanda topan badai dan saya stres berat. Stresnya baru berkurang setelah hakim Pengadilan Agama mengabulkan gugatan saya.
Reuni berikutnya diadakan tahun 2018. Naaah, ini saya ikut. Tahun 2018 adalah tahun ke-25 dihitung dari tahun kami masuk pada tahun 1993.
Silver Reunion ini diberi nama Bangor. Dalam bahasa Sunda bangor berarti nakal. Tapi Bangor di sini adalah akronim dari Back to Jatinangor.
Reuni ini memang diadakan di kampus. Setelah seperempat abad sejak kami jadi maba, banyak sekali perubahan di kampus Unpad Jatinangor.
Kampus Unpad Jatinangor juga sudah menghijau teduh. Beda sekali dengan ketika kami kuliah S1 di sana. Panas dan gersang, pohonnya pun masih kecil-kecil (semasa opspek kami ikut menanam pohon-pohon itu).
Reuni tanggal 13 Oktober 2018 itu ternyata menjadi pertemuan terakhir dengan Erick (Mankom, meninggal November 2019), Anna (Perpustakaan dan Sains Informasi, meninggal September 2020), dan Eko Arief (Jurnalistik, meninggal 27 Juli 2024).
Pun jadi pertemuan terakhir dengan Pak Sahala, dosen Jurnalistik legendaris di kampus kami. Beliau meninggal tanggal 2 Mei 2025.
Masih ingat betul ketika mengobrol di Silver Reunion Fikom 93 itu beliau bilang, “Dik Tri, maaf ya. Saya kok sama sekali tidak ingat Dik Tri ada di kelas saya.”
Saya memang tidak pernah ikut kelas beliau karena beda jurusan, tetapi kami berteman di FB. Beliau beberapa kali membagikan tulisan saya. Pekerjaan saya sebagai penulis itulah yang membuat Pak Sahala mengira saya pernah menjadi mahasiswa di kelas beliau.
Mereka telah pergi mendahului, tapi kenangan tentang mereka masih tetap di hati kami.
Baca Juga: Masa Kecil di Rumah Tua Peninggalan Belanda
Berselang tujuh tahun kemudian, barulah Bangor Jilid 2 digelar. Bertepatan dengan 32 tahun setelah kami resmi tercatat sebagai mahasiswa Fikom Unpad. Bukan setelah lulus yaaa. Pan tahun lulusnya beda-beda.
Reuni kali ini diadakan di LaNeo Cafe, Bandung, tanggal 26 Juli 2025. Semua gratis dan bertabur hadiah. Tapi bukan itu poinnya.
Berkumpul kembali ketika sudah beranjak meninggalkan dunia hitam (baca: sudah beruban) rasanya sangat nano-nano. Bahagia, haru, dan entah apa lagi rasanya.
Pelukan spontan, jabat erat berbalut rindu, tepukan hangat di punggung mewarnai pertemuan itu. Sesekali curi-curi lihat name tag. Aduh, ini barusan meluk siapa, ya? Eh, ini lagi jejeritan sama siapa, sih? Ingat wajah tapi lupa nama.
Name tag itu sangat berguna. Maklumlah, kami kan Sobat Fosil. Hehe... Selain ingatan masa lalu yang tergerus beban kehidupan dan kesibukan masa kini, juga beberapa perubahan fisik yang bikin pangling.
Terutama yang perempuan, nih. Dulu hanya segelintir yang berhijab. Sekarang sudah banyak sekali. Endang, Si Pemanjat Tebing yang dulu tampil tomboy pun sekarang berhijab dan cantik sekali.
Tujuh Tahun Kemudian
![]() |
Reuni bukan sekadar nostalgia. |
Berselang tujuh tahun kemudian, barulah Bangor Jilid 2 digelar. Bertepatan dengan 32 tahun setelah kami resmi tercatat sebagai mahasiswa Fikom Unpad. Bukan setelah lulus yaaa. Pan tahun lulusnya beda-beda.
Reuni kali ini diadakan di LaNeo Cafe, Bandung, tanggal 26 Juli 2025. Semua gratis dan bertabur hadiah. Tapi bukan itu poinnya.
Berkumpul kembali ketika sudah beranjak meninggalkan dunia hitam (baca: sudah beruban) rasanya sangat nano-nano. Bahagia, haru, dan entah apa lagi rasanya.
Pelukan spontan, jabat erat berbalut rindu, tepukan hangat di punggung mewarnai pertemuan itu. Sesekali curi-curi lihat name tag. Aduh, ini barusan meluk siapa, ya? Eh, ini lagi jejeritan sama siapa, sih? Ingat wajah tapi lupa nama.
Name tag itu sangat berguna. Maklumlah, kami kan Sobat Fosil. Hehe... Selain ingatan masa lalu yang tergerus beban kehidupan dan kesibukan masa kini, juga beberapa perubahan fisik yang bikin pangling.
Terutama yang perempuan, nih. Dulu hanya segelintir yang berhijab. Sekarang sudah banyak sekali. Endang, Si Pemanjat Tebing yang dulu tampil tomboy pun sekarang berhijab dan cantik sekali.
Baca Juga: Mudik tapi Beda Agama
Seperti baru kemarin kami bareng-bareng diopspek di Pengalengan (opspek Jurusan dan Fakultas). Eh, sekarang sudah ada yang mau mantu, bahkan ada yang sudah punya cucu!
Saya yang freelancer sempat terpana ketika teman-teman yang kerja kantoran bilang beberapa tahun lagi sudah akan pensiun.
Pensiun? Eheu, freelancer tanpa kantor seperti saya mah mana kenal kata pensiun.
Masalah kesehatan juga menjadi topik obrolan di sela-sela melepas rindu. Asam urat, kolesterol, hipertensi, diabetes, pasang ring jantung ....
Allahu Rabbi....
Reuni tentu bukan sekadar haru-haru bahagia, tetapi juga seru-seru bergembira.
Di awal acara, kami berkeliling (lokasi turistik) Bandung dengan Bandros, lalu berfoto bareng di depan Gedung Sate dan di Kampus Unpad Dipati Ukur.
Meskipun sudah pernah ngeBandros, kali ini jelas terasa berbeda karena ramai-ramai dengan teman semasa kuliah. Hei, zaman kami kuliah kan belum ada Bandros!
Setelah makan malam, digelar berbagai kuis dan games. Receh tapi bertabur hadiah. Dari payung cantik, buku, kopi, paket skincare, sampai air fryer dan rice cooker.
Sebelum tanggal 26 Juli 2025 yang menjadi gongnya reuni, ada pula serangkaian acara bakti kampus. Teman-teman alumni yang sukses di bidang mereka kembali ke kampus untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Ada juga donasi untuk kampus dan beasiswa untuk mahasiswa Fikom. Masya Allah. Berkah, berkah semuanya yaaa.
Di rundown, acara reuni berakhir pukul 20.30. Tapi ternyata muluuuur. Saya tidak ikut sampai selesai karena sudah kehabisan baterai sosialisasi. Hehe....
Pukul 21.25 saya pulang duluan, meninggalkan lokasi reuni dengan setumpuk buah tangan: 1 tote bag yang berat sekali (ternyata isinya paket glowing dari L’Oreal dan paket dari Mayora), 1 parsel besar doorprize dari Mayora, serta pouch dan payung cantik dari Tokio Marine.
Ketika sudah puluhan tahun menjadi alumni, reuni menjadi begitu berarti.
Kalimat “sehat-sehat ya biar bisa ketemu lagi di reuni berikutnya” jadi terasa bermakna sangat dalam. Reuni berikutnya, masihkah bisa bertemu?
Semoga Allah berikan kesehatan lahir batin dan kesempatan untuk bertemu lagi dalam pertemuan yang diridai-Nya.
![]() |
Setelah 32 tahun dari hari pertama menjadi maba. |
Seperti baru kemarin kami bareng-bareng diopspek di Pengalengan (opspek Jurusan dan Fakultas). Eh, sekarang sudah ada yang mau mantu, bahkan ada yang sudah punya cucu!
Saya yang freelancer sempat terpana ketika teman-teman yang kerja kantoran bilang beberapa tahun lagi sudah akan pensiun.
Pensiun? Eheu, freelancer tanpa kantor seperti saya mah mana kenal kata pensiun.
Masalah kesehatan juga menjadi topik obrolan di sela-sela melepas rindu. Asam urat, kolesterol, hipertensi, diabetes, pasang ring jantung ....
Allahu Rabbi....
Reuni tentu bukan sekadar haru-haru bahagia, tetapi juga seru-seru bergembira.
Di awal acara, kami berkeliling (lokasi turistik) Bandung dengan Bandros, lalu berfoto bareng di depan Gedung Sate dan di Kampus Unpad Dipati Ukur.
Meskipun sudah pernah ngeBandros, kali ini jelas terasa berbeda karena ramai-ramai dengan teman semasa kuliah. Hei, zaman kami kuliah kan belum ada Bandros!
Setelah makan malam, digelar berbagai kuis dan games. Receh tapi bertabur hadiah. Dari payung cantik, buku, kopi, paket skincare, sampai air fryer dan rice cooker.
Sebelum tanggal 26 Juli 2025 yang menjadi gongnya reuni, ada pula serangkaian acara bakti kampus. Teman-teman alumni yang sukses di bidang mereka kembali ke kampus untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Ada juga donasi untuk kampus dan beasiswa untuk mahasiswa Fikom. Masya Allah. Berkah, berkah semuanya yaaa.
Di rundown, acara reuni berakhir pukul 20.30. Tapi ternyata muluuuur. Saya tidak ikut sampai selesai karena sudah kehabisan baterai sosialisasi. Hehe....
Pukul 21.25 saya pulang duluan, meninggalkan lokasi reuni dengan setumpuk buah tangan: 1 tote bag yang berat sekali (ternyata isinya paket glowing dari L’Oreal dan paket dari Mayora), 1 parsel besar doorprize dari Mayora, serta pouch dan payung cantik dari Tokio Marine.
Selagi Ada Waktu
![]() |
Salah satu yang dapat doorprize novel saya ternyata Dandi. Iya, saya satu angkatan dengan bapak pejabat kampus ini. |
Ketika sudah puluhan tahun menjadi alumni, reuni menjadi begitu berarti.
Kalimat “sehat-sehat ya biar bisa ketemu lagi di reuni berikutnya” jadi terasa bermakna sangat dalam. Reuni berikutnya, masihkah bisa bertemu?
Semoga Allah berikan kesehatan lahir batin dan kesempatan untuk bertemu lagi dalam pertemuan yang diridai-Nya.
Btw, sedikit tentang masa kuliah dulu, saya pernah menulis tentang Pengalaman KKN di Desa Cihanyir. Dalam bahasa Sunda, ci (cai) berarti air dan hanyir berarti bau anyir (misalnya bau darah). Dan ternyata desa ini ... ah, baca sajalah sendiri.
Komentar dimoderasi dulu yaaa. Makasih.
BalasHapusReuninya terdengar seru dan haru. Sehat selalu ya Teh Retno. Reuni selanjutnya kayaknya perlu ada sajian mi tek-tek ya? hahaha
BalasHapusHahaha...kudu atuh, Kang. Kalo nggak gitu, susah dapat jadwal makan mi tektek bareng orang sibuk seperti dirimu.
BalasHapus