Nggak Selalu Menang, Kok


novel pemenang lomba

Beberapa hari ini sering banget baca status teman-teman Facebook yang aneh. Kok sejenis, ya? 

Mereka mengeluh, menangis, berteriak, kecewa, meraung, mencakar tembok, menggelar demonstrasi---baiklah, sebagian memang lebay---gara-gara kalah di lomba menulis.

Yang nggak lebay (seenggaknya itu yang mereka tulis) adalah mereka kecewa, sedih, bahkan putus asa gara-gara kalah lomba itu.

Jujur, aku jadi senyum-senyum. Bukaaan... bukannya mensyukuri kekalahan mereka, tapi aku ingat diriku.

Alhamdulillah, aku beberapa kali pernah menang lomba menulis. yang penyelenggaranya pun keren-keren. Penerbit Mizan, Tiga Serangkai, Gema Insani Press, dan Gramedia Pustaka Utama (semuanya lomba novel), Leutika dan QultumMedia (lomba kisah inspiratif), Penerbit Serambi, dan majalah Bobo.
Mau ikut lomba menulis? Baca ini dulu deh:
Tapiii... di balik naskah-naskah yang menang itu, sebenarnya lebih banyak lagi naskahku yang tewas dengan sukses. 

Beneraaan... aku nggak bohong. Tahun lalu aku ikut lomba cerpen Femina dan Lip Ice-Rohto. Tewaaaas... hehehe....  Pernah ikut juga lomba menulis tentang bank, kalah juga.

Ah, banyaklah. Tapi toh sampai hari ini aku masih baik-baik aja. Masih tetap eksis. Maksudku, masih tetap menulis. Karyaku yang lain masih bermunculan.

Kecewa? Sedikit dan sebentar aja. Selanjutnya, menulis lagi. Berkarya lagi.


Kalah? Diam-Diam Saja

Aku jarang bilang-bilang tentang naskahku yang kalah (atau bahkan dengan frustrasi memposting di blog/catatan FB dengan keterangan memilukan, "Ini naskahku yang kalah lomba, hiks...." ). 

Aku memilih diam-diam saja kalau kalah. Itu karena:
  • Masih ada peluang untuk memperbaiki naskah yang kalah itu dan mengirimkannya ke media lain.
  • Beberapa media nggak mau nerima naskah yang pernah diposting di blog/FB. 
  • Sering ditanggapi salah. "Mbak Eno aja kalah, gimana kitaaa...." Beugh! Kenapa jadi begono? Padahal maksudku mau bilang, "Semua punya kesempatan yang sama untuk menang dan kalah."
  • Malu jugaaa. Hehehe.... Jadi, diem-diem aja, kale :D
Jadi, kalah dalam lomba menulis trus gantung laptop? Aduuuh...jangaaaan...! Sayang laptop-nya.



Salam,

Triani Retno A

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.