Resensi Novel Kabul Beauty School



Resensi Novel Kabul Beauty School



Judul: Kabul Beauty School
Pengarang: Deborah Rodriguez
Penerjemah: Gunardi dan Aan
Penerbit: Bentang Pustaka, 2009
Tebal : viii + 430 halaman
ISBN: 978-979-1227-52-0

Kabul (ibukota Afghanistan) dan Sekolah Kecantikan. Dua hal yang sepertinya berada di kutub yang berbeda.

Selama ini jika mendengar 'Afghanistan' yang terlintas di benak umumnya adalah teroris, Taliban, Mujahidin, invasi AS, dan perang. 
Bagaimana mungkin ada yang terpikir mendirikan sekolah kecantikan di wilayah seperti itu? 
Bukankah perempuan Afghanistan umumnya tertutup rapat dari ujung kepala hingga ujung kaki, dan hanya menyisakan mata untuk melihat?
Setiap kali membaca sebuah novel berlatar negara muslim (atau menceritakan masyarakat muslim) karya penulis non muslim, saya sering bertanya-tanya, seberapa benar kisah ini? 
Seberapa jauh kisah ini lepas dari 'kepentingan pribadi' penulisnya? Namun di sisi lain, kisah seperti ini juga membuka sebuah jendela pembelajaran baru yang mungkin bisa lebih jujur.
 

Sisi Lain Afghanistan

Saya terperangah saat membaca buku ini. Ternyata di balik burqa yang dikenakan para perempuan Afghanistan, ada sosok yang tak lepas dari make up tebal.
Ternyata di balik burqa, ada perempuan-perempuan yang sanggup menarikan tarian erotis (tentu, di kalangan sesama perempuan).
Ternyata, di balik dinding-dinding rumah Afghanistan banyak terjadi kasus-kasus pelecehan dan KDRT. 
Korban utama adalah istri dan anak-anak perempuan (padahal belasan abad lalu, Rasulullah SAW diutus untuk menyebarkan ajaran Islam yang sangat memuliakan perempuan.).
Banyaknya KDRT yang ditemui Debbie pada kunjungan pertamanya ke Kabul menjadi salah satu hal yang membuatnya berkeras hendak mendirikan sekolah kecantikan di sana: menjadikan perempuan korban KDRT itu lebih berdaya secara ekonomi.
Di sini kita juga bisa melihat sebuah standar kecantikan yang berbeda dengan yang kita kenal selama ini. Bagaimanakah kecantikan ala Afghanistan?
Bagaimana jatuh bangun seorang penata rias untuk memberdayakan para perempuan? Bagaimana perempuan-perempuan Afghanistan itu bangkit di tengah masyarakat yang sangat patriarkat?
 Memoar karya Deborah Rodriguez, seorang penata rias asal Amerika Serikat, ini membawa kita melihat sisi lain kota Kabul dan para penghuninya. 

(note: Thanks to Rini yang mengirimkan buku ini untukku.)
Catatan lagi: pindahan dari Multiply

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.