Ayam Dingin Segar, Praktis Untuk Working Home Mother


memilih daging ayam yang baik


Dihitung-hitung, tahun 2016 ini adalah tahun keenam saya bekerja dari rumah alias menjadi working home mother

Sebelumnya saya bekerja sebagai orang kantoran. Sekarang, kantor saya ya di rumah. Ceritanya saya tulis di Dari Perempuan Kantoran ke Perempuan Rumahan.

Hari begini sih banyak pekerjaan produktif yang bisa dilakukan dari rumah. Saya sendiri memilih mendapatkan uang dengan menulis di internet. Yup, membisniskan hobi saya menulis. Untung juga sejak remaja dulu hobi saya menulis. 

Ketika masih ngantor pun saya tetap menulis untuk majalah remaja. Atasan saya di kantor malah memberdayakan kemampuan menulis saya untuk kepentingan kantor. 

Wehehe … itu masa-masa “gajinya satu, kerjaannya banyak”.

Setelah tidak lagi jadi karyawan kantoran, saya memilih bekerja sebagai penulis buku, blogger, editor, dan penjual buku online dari rumah.

Omong-omong soal hobi, teman saya yang semasa gadis hobiii banget wall climbing sekarang juga jadi working home mother. Dari rumah dia berbisnis dinding yang untuk wall climbing itu, sekaligus mendesain gambarnya. 

                                      

Kerja dari Rumah, Bebas Macet

Naaah, ini nih yang paling menyenangkan dari status sebagai working home mother. Saya nggak perlu bermacet-macet untuk ke kantor pada pagi dan sore hari. 

Hadeuuuh…. Ngeliat makin macetnya lalu lintas sekarang ini, rasanya bersyukuuur banget bisa kerja dari rumah. 

Pokoknya, asalkan laptop dan ponsel dalam kondisi baik, paket data internet banyak, dan sinyakl kenceng, saya bisa anteng kerja, deh. Nggak perlu tua di jalan gara-gara tiap hari terjebak macet.  Asyik, kan?

Di balik keasyikan itu, bekerja dari rumah juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah soal trigonometri manajemen waktu. Apalagi saya tidak memakai jasa asisten rumah tangga (ART).

manajemen waktu working home mother
Anak-anak perlu tahu juga dong apa pekerjaan ibunya. (Foto tahun 2011)

Bayangin aja, deh. Di rumah harus mendampingi anak-anak, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, dan sebagainya), sekaligus menangani pekerjaan profesional.

Kadang-kadang pas sedang serius chatting dengan klien, si kecil datang. “Mami tau nggak negara Tonga itu luasnya berapa kilometer persegi?”  Atau pas klien minta revisi secara cepat, si kakak ngomong, “Mi, Mami tau temenku si Sasya kan? Aku khawatir lihat dia….”

Belum lagi kalau lagi seriuuus kerja karena deadline tulisan udah melambai-lambai di depan mata, tiba-tiba the krucils kompak nanya, “Mi, ntar kita makan pake apa?”

Hah? Makaaan? *tepok jidat* Baru teringat kalau di kulkas nggak ada bahan makanan lagi. “Kita … emh … makan pakai mulut. Kalau makan pakai kuping kan nggak mungkin.”



Memilih Bahan Makanan

Setelah beberapa kali kejadian nggak ada stok bahan makanan di kulkas dan di dapur, saya berusaha belanja bahan makanan paling tidak seminggu sekali.

Bawang-bawangan, cabe, kencur, makaroni, kol, wortel, jamur, ikan asin, ikan pindang, dan segala rupa temannya masuk ke tas belanja.

Bahan makanan ini harus yang berkualitas dan sehat. Gara-gara sering nonton berita di TV tentang bakso celeng, ikan berformalin, kikil abal-abal, sayuran full pestisida, dan sebagainya, acara berbelanja ini bisa lumayan lama.

Berbelanja daging ayam, misalnya. Ini bahan makanan kesukaan anak-anak. Jadi, termasuk yang sering saya beli.


Ayam Dingin Segar, Sehat dan Praktis

Untuk daging ayam ini, cooled chicken alias ayam dingin segar menjadi pilihan. Ayam segar di sini bukan dalam arti ayam yang baruuu banget dipotong tapi ayam yang tetap dingin setelah dipotong.

Bukan dingin dalam arti nggak punya perasaan #eaaaa. Bukan pula dingin karena kelamaan di udara terbuka. 

Kalau terlalu lama di udara terbuka, si daging ayam itu malah berpotensi terkontaminasi bakteri. 

Ayam dingin segar ini adalah daging ayam yang didinginkan di chiller sesegera mungkin setelah dipotong dan tetap dalam keadaan dingin sampai ketika akan dimasak


ayam dingin segar
Ayam dingin segar, lebih sehat dan praktis

Setidaknya ada dua keuntungan dari cooled chicken ini. 

Pertama, lebih sehat karena langsung didinginkan dalam suhu 4 derajat celcius sehingga tidak terkontaminasi bakteri. Daging ayam yang tidak segera didinginkan menjadi tempat berkembangnya berjuta kenangan bakteri.

Keuntungan kedua, lebih praktis. Ayam dingin segar ini biasanya sudah bersih, tidak ada bulu-bulu yang menempel. Jadi, di rumah nggak perlu lagi repot-repot membersihkan si ayam. 

Terus terang, rasanya ilfil banget kalau makan ayam tapi masih ada bulu-bulu halusnya nempel. 

Saya pernah, lho, mengalami yang seperti itu. Jadi ceritanya waktu itu nggak sempet masak. Biasa, kombinasi sempurna antara lagi ada deadline dan nggak ada bahan makanan di rumah. 

Jadi saya memutuskan untuk membeli makanan mateng aja di warung dekat rumah. Anak saya memilih opor ayam.

Ketika akan dimakan, baru deh kelihatan segerombol bulu yang masih menempel di kulitnya. Huweeeew! Nafsu makan langsung musnah.

Kembali ke ayam dingin segar, ya. Ayam dingin segar ini umumnya dikemas dalam bentuk ayam potong utuh (whole chicken). Yang seperti ini cocok deh untuk bikin bakakak hayam atau barbekyuan.
 

Selain itu, cooled chicken juga ada yang dikemas dalam bentuk potongan (parts/pieces of chicken). 

Ada potongan pajak paha saja, sayap saja, dada saja, ada yang campuran. Ada yang fillet, ada yang potongan kecil-kecil untuk sayur sop. Tinggal pilih yang sesuai dengan kebutuhan.

Kalau mau bikin nugget ayam atau bakso ayam, tinggal pilih ayam dingin segar yang berupa fillet. Sudah bersih dari tulang dan kulit. 

Kalau niatnya mau masak sop ayam, ya beli yang sudah dipotong kecil-kecil saja. Potongan yang kecil-kecil ini juga cocok untuk ibu-ibu yang hobi ngirit atau pengin menurunkan berat badan. Hehehe….

Kemasan ayam dingin segar yang seperti ini praktis banget. Sampai di rumah bisa langsung diolah. Nggak perlu repot sweeping bulu-bulu halus yang masih menempel di kulit ayam. Nggak perlu repot memotong-motong daging ayam lagi.

Kalau belum dapat hidayah buat memasak, ayam dingin segar ini bisa disimpan dulu di kulkas. Kalau mau lebih tahan lama, sih, simpan aja di freezer.



Manajemen Waktu 

Bekerja dari rumah memang enak tapi bukan berarti bisa berleha-leha. Tetap ada tanggung jawab profesional yang kudu ditunaikan.

Untuk urusan rumah tangga, bisa dikompromikan dengan para anggota keluarga. Di sini bisa kita masukkan kata sakti “efisiensi dan penghematan”. Untuk urusan menyetrika, misalnya. Tak perlu setiap hari. Tak semua baju perlu disetrika. 

Begitu juga dengan berbelanja bahan makanan. Bisa kita atur-atur agar belanja cukup 1-2 kali seminggu. Apabila berbelanja ayam, pilih ayam dingin segar karena lebih sehat dan praktis.

Memasak pun nggak usah yang mesti ribet-ribet setiap hari. Ribet sesekali boleh. Misalnya mempersiapkan beberapa macam bumbu halus sekaligus untuk sebulan. Saya sendiri memilih memasak praktis ala working home mother aja.

Kalau memungkinkan, lakukan 2-3 pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Contohnya, menulis artikel 1-2 halaman ketika mesin cuci sedang menunaikan tugasnya atau menyapu lantai sambil menunggu makanan di panci mematangkan diri

Emh… mungkin ini lebih pada memaksimalkan bakat perempuan sebagai multitasking person. Hehe….

Selain untuk working home mother, tips di atas juga bisa kok diterapkan oleh ibu yang bekerja di luar rumah atau ibu rumah tangga. Paling-paling butuh sedikit penyesuaian saja dengan kondisi masing-masing.

Dengan manajemen waktu yang baik, ibu bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan dan mengurus anak-anak, sekaligus masih punya waktu untuk me time, beristirahat, menambah wawasan, atau mengembangkan potensi diri.


Salam, 
Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger
www.trianiretno.com 

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.