Pengalaman Mengedit Cerita Horor

Pengalaman horor

Ketika membaca novel horor, saya sering bertanya-tanya dalam hati. Itu editornya takut nggak, ya, ngedit naskah seram begitu? Kan bacanya nggak cuma sekali. Apa si editor itu pernah mengalami yang saya alami?

Yang saya alami?

Yup, jauh sebelum menulis noomic Cermin dan The Shy, saya pernah mengedit sebuah naskah horor hasil proyek antologi yang diadakan oleh Indie Publishing. Scary Moments

Semula keterlibatan saya di sana adalah sebagai peserta yang lolos audisi pada tahun 2010. Hasil audisi itu lama tak terdengar kabarnya.

Saya juga nggak nanya-nanya. Sepengalaman saya menulis di berbagai penerbit, memang butuh waktu cukup lama hingga sebuah buku bisa terbit.

Dicari: Editor Pemberani

Suatu hari di bulan Maret 2011. Status Dani Ardiansyah (pemilik Indie Publishing) membuat saya mengerutkan kening. 

"Dicari editor pemberani untuk mengedit kisah-kisah seram hasil audisi Scary Moments. Editor sebelumnya ketakutan dan menyerah karena selalu bermimpi buruk." Begitu bunyi status Dani. 

Scary Moments. Tulisan saya juga lolos audisi. Jadi, tidak ada editornya? Kalau begitu, kapan terbitnya?

Iseng saya mengomentari status itu. Dari berbalas komen, akhirnya 100 naskah seram itu meluncur ke e-mail saya. 

Saya buka. Wah, benar. Baru beberapa halaman awal yang diedit. Kata-kata kuntilanak, pocong, darah, jin, dan arwah gentayangan muncul berkali-kali sejak halaman pertama.

Merindingkah saya? Ya. Pada dasarnya saya penakut. Apalagi suasana di rumah juga cukup mendukung. 

Tidak berlebihan jika di Komat-Kamit Penerbit, Indie Publishing menulis, "...environment mistis yang secara alami memang sudah 'akrab' dengan editor, bahkan sebelum naskah ini ia tangani."

Bismillah. Niat saya baik. Saya tidak ingin buku ini terkatung-katung terlalu lama. Ada seratus orang (termasuk saya) yang menitipkan naskahnya di sini. 

Saya tahu, kita tak hidup sendiri di dunia ini. Ada "mereka" yang berbeda dimensi. Kita berbagi tempat dengan mereka.

Buku Scary Moments
Buku Scary Moments #1

Diganggu Makhluk Gaib

Saya mulai mengedit. Biasanya saya bekerja mulai pukul satu dini hari. Khusus naskah ini, saya bekerja mulai pukul delapan pagi hingga setengah jam menjelang Maghrib di ruang tamu atau di teras. Dengan catatan: rumah tidak dalam keadaan sepi!

Sebelum tidur, saya membuka naskah lain. Kebetulan saat itu saya dan lima teman dekat (Nando, Abe, Erin, Deny, dan Sandi) sedang menggarap serial Genk Kompor yang termasuk kategori lucu. 

Bagi saya, serial kocak ini menjadi "pencuci otak" yang ampuh supaya cerita-cerita seram di Scary Moments itu tak terbawa ke alam mimpi.

Alhamdulillah, mimpi buruk itu tak datang. Namun, bukan berarti tak ada gangguan. 

Dua kali sosok putih berkelebat menembus pintu di dekat tempat saya biasa duduk. 

Di hari lain, laptop yang saya tinggalkan dalam keadaan mati dan tertutup, tiba-tiba terbuka dan on lagi. "Sesuatu" sedang asyik nge-game di sana. 

Dan di suatu hari saat sedang mengedit naskah itu, sebuah suara tanpa wujud menyapa halus di dekat saya, "Assalamu'alaikum."

Aiiih! Kabuuur! 

Buku Horor Lagi

Setelah Scary Moments (yang terbit menjadi Scary Moments 1 dan Scary Moments 2), saya masih beberapa kali lagi mengedit naskah horor di penerbit yang berbeda. 

Formula saya tetap sama: kerjakan pada siang hari saat rumah sedang ramai. Hehehe...biarin, deh, dibilang penakut juga.

Karena tahu "perjuangan tak biasa" ketika mengedit naskah horor, saya kasih empat jempol buat novel-novel horor yang ceritanya keren dan minim typo. Penulis dan editornya pasti sama-sama pemberani.

Catatan kecil saya tentang naskah horor bisa dibaca di Mengedit Naskah Horor.

Pengalaman horor para penulis
Scary Moments 2

Terima kasih sudah membaca curhatan ini. Boleh banget loh kalau mau mampir membaca Pengalaman Horor Saat Wisata Kuliner di Bandung.


Salam,

4 komentar

  1. Kenalin, teh. Sy Dinna dari Kircon. Urang Bdg pasti tau :-D

    BalasHapus
  2. Duh ... Mau insert komen kalau sy yg komen (unknown & Dinna Kircon) malah ketinggalan namanya. Maklum. Bukan editor :p

    #ngeles

    BalasHapus
  3. @Dinna Kircon : Halo, Din. Deket Kircon dari saya mah :D
    haha...iya gak tau tuh gimana yang main film horor.

    Bt, komen "Unknown" aku hapus yaa karena jadi broken link di blogku :)

    BalasHapus
  4. Yang paling serem memang di rumah, terjalin koneksi antara imajinasi dan tempat. Sehingga jika kembali ke tempat itu, keinget cerita itu. Hihihi

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.