Makan Gratis Untuk Anak Yatim


Makan Gratis Untuk Anak Yatim


"ANAK YATIM DAN WANITA HAMIL GRATIS MAKAN DI SINI" 

Itu tulisan yang tertera di gerobak penjual sate Padang di halaman sebuah toko di Bandung

Pertama kali membaca tulisan itu, saya sampai berhenti berjalan. Saya ulangi dalam hati:  ANAK YATIM DAN WANITA HAMIL GRATIS MAKAN DI SINI. 

Benar. Saya tidak salah baca.  Tapi… makan gratis untuk anak yatim dan wanita hamil? Yang benar saja! 

Mana ada pedagang yang menggratiskan dagangannya begitu saja. Apa tidak rugi? Orang dagang pasti mengeluarkan modal. Dagang sate, pula. Harga daging, kan, tidak murah.

Besok-besoknya, setiap melewati gerobak itu, saya selalu memastikan tulisan itu ada. Bukan, saya bukan ingin makan gratisan. Saya tidak hamil, kok. Saya cuma penasaran.


Pelajaran Kehidupan

Rasa penasaran itu juga yang akhirnya membawa saya sarapan di sana pada suatu pagi. Oh ya, dia hanya berjualan sate pada malam hari. Pagi hari dia berjualan lontong sayur, pisang goreng dan ketan, plus teh telur. 

Ketika membayar, saya menunjuk tulisan di gerobak. “Wanita hamil dan anak yatim gratis tuh, Uda?”

“Gratis. Tapi cuma untuk sate satu porsi. Makannya harus di sini.”

Saya melirik daftar menu. Satu porsi sate + lontong Rp14.000. “Kalo orang hamil sih keliatan, Da. Gimana kalo anak yatim? Kan bisa aja ngaku-ngaku yatim biar bisa makan gratis.” 

“Ndak apa. Mungkin dia lapar. Yang penting niat saya ikhlas karena Allah.”

Saya terkesima. Tanpa banyak bicara, pedagang sate itu telah mengajarkan kebaikan: mengasihi dan memberi makan anak yatim. Dan ia melakukannya bukan cuma 1-2 minggu tapi sudah bertahun-tahun. 

Tentu saja, yang dimaksud anak yatim di sini adalah anak-anak yang belum mandiri, anak-anak di bawah umur, anak-anak yang (seharusnya) masih dinafkahi sepenuhnya oleh orangtuanya. 

Kalau sudah bekerja, sudah dewasa, sudah punya suami yang mapan, jangan mengaku-aku anak yatim untuk mendapat makan gratis. Jauh lebih mulia jika turut mengulurkan tangan kepada anak-anak yatim tersebut. 

Pulang ke rumah, tak hanya perut saya yang kenyang oleh satu porsi lontong sayur. Hati saya mendadak lebih kaya dan berwarna. Pagi itu saya mendapat pelajaran kehidupan. Saya belajar tentang menjadi bermanfaat bagi sesama.

Ternyata tak perlu menunggu hingga kaya-raya untuk bisa menolong anak yatim. Ternyata berbuat kebaikan itu menyenangkan dan membuka keberkahan.

Dalam Islam, kebaikan berbagi ini pun diajarkan. Kemualiannya pun luar biasa.
Nabi Muhammad saw., bersabda, “Jauhilah neraka walupun hanya dengan (sedekah) sebiji kurma. Kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan omongan yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim.)
Rasulullah saw., bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan kedua orangtuanya.” (HR. At-Tirmidzi)
***

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.