Mengelola Keuangan Keluarga Ala Freelancer


tips mengelola keuangan keluarga

Seorang teman pernah mengungkapkan keinginan untuk mengundurkan diri dari kantornya. Alasannya adalah ingin memfokuskan perhatian dan waktunya pada urusan menulis novel dan cerpen. 

Mendengar keinginannya, saya langsung mengingatkannya pada urusan mengelola keuangan. 

Sebagai karyawan, dia punya gaji tetap (dan cukup besar) dari kantornya. Kalau nanti dia bukan orang kantoran lagi dan sepenuhnya menjadi penulis freelance, penghasilannya jadi tak menentu. Keuangan keluarga akan turut terpengaruh.

Mungkin saya turut bertanggung jawab atas munculnya keinginan teman saya tersebut. Mungkin dia berkeinginan seperti itu karena melihat minimal tiga judul novel saya terbit tiap tahun di penerbit-penerbit besar di negeri ini. 

Mungkin juga dia berpikiran seperti itu karena iri melihat waktu kerja saya yang sangat fleksibel.


Plus Minus Freelancer

Ya, saya seorang pekerja lepas. Bahasa kerennya, freelancer. Sebagai freelancer, saya bekerja tanpa kantor yang tetap. Kantor saya ada di mana-mana.

Ada banyak keuntungan yang didapatkan dengan bekerja sebagai freelancer ini. Beberapa keuntungan tersebut adalah:

  • jam kerja yang fleksibel, 
  • tak perlu repot memadupadankan pakaian kerja, 
  • tak perlu terjebak macet setiap hari, 
  • tak perlu pusing membuat laporan bulanan
  • tak perlu ikut rapat kerja yang kadang terasa menjemukan.

Sering ketika teman-teman saya sedang dalam tekanan di tengah office hour, saya malah jalan-jalan santai atau tidur siang. Tapi sebaliknya, ketika teman-teman saya sedang menikmati libur akhir pekan, saya malah bekerja.

Berikut ini beberapa pekerjaan yang pernah saya lakukan pada akhir pekan:


Sebagai freelancer saya juga bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bersama anak-anak. Memasakkan makanan kesukaan mereka, menyaksikan tumbuh kembang mereka, serta tetap memperoleh penghasilan dari kerja profesional saya sebagai freelance writer. Nikmat sekali, ya?

Meskipun begitu, saya tak serta-merta mendukung keinginan teman saya itu. Saya malah mengatakan, “Pikirkan lagi baik-baik. Menjadi freelancer, apalagi penulis, tidak semulus yang dibayangkan. Kalau keukeuh ingin jadi penulis freelance tapi ingin hidup layak, jangan cuma nulis cerpen dan novel. Tulis juga yang lain. Artikel, resensi, review produk, dan sebagainya. Jika memiliki kompetensi, bisa juga menjadi editor lepas, ghostwriter, co-writer, dan sejenisnya.”

Saya tidak menakut-nakuti tapi memang demikian adanya. Penghasilan seorang penulis lepas sangat tak menentu dan itu sangat berpengaruh pada kesehatan keuangan keluarga.

Penghasilan Penulis Freelance

Tak setiap minggu (bahkan tak setiap bulan) ada cerpen, artikel, atau resensi yang dimuat di majalah dan koran. Tak ada yang dimuat, berarti tak ada honor. 

Dimuat pun kadang-kadang tak langsung mendapat honor. Ada saja media massa yang suka berlama-lama mentransfer honor. Bahkan ada yang baru mengirim honor tersebut setelah ditagih berkali-kali oleh penulis.

Royalt bukui? Baiklah, bagi yang belum tahu, royalti buku tidak datang setiap bulan, melainkan hanya satu dalam 4, 6, atau 12 bulan (tergantung peraturan penerbit). 

Besarnya pun tak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Penulis buku hanya memperoleh 5%-10% dari setiap buku yang terjual. 

Itu belum dipotong Pph Royalti sebesar 15% (jika memiliki NPWP) atau 30% (jika tak memiliki NPWP). Lebih lanjut tentang royalti saya tulis dalam Pajak Royalti Penulis.

Bekerja sebagai freelancer tak hanya memberikan fleksibiltas tetapi juga membawa serta risiko dan tanggung jawab. Tak terlalu bermasalah jika masih bujangan. 

Lain ceritanya jika sudah berkeluarga. Tanggung jawab yang harus dipikul lebih besar dan lebih berat. Keuangan keluarga yang sehat harus menjadi perhatian khusus.

Jika bekerja sebagai freelancer, yang paling mencolok adalah:
  1. Tidak adanya gaji dengan besaran tetap setiap bulan. Dengan kata lain, penghasilan per bulan tidak tetap sedangkan pengeluaran rutin tetap ada.

  2. Tidak ada tunjangan kesehatan. Tidak bisa meminta ganti biaya yang dikeluarkan ketika berobat ke kantor. Ingat, freelancer bukan pegawai kantoran.

  3. Tidak ada uang pensiun. Seorang teman sekolah saya dulu (dan saya yakin banyak yang seperti dia) mengatakan ingin menjadi PNS agar mendapat pensiun. Freelancer? Siapa yang mau membayarkan pensiunnya? 

Mengelola Keuangan Pekerja Freelance

Seorang freelancer harus pandai-pandai mengelola keuangan keluarga. Hati-hati, jangan sampai besar pasak daripada tiang. Akan repot jadinya kalau pengeluaran lebih besar daripada penghasilan.

Untuk mengelola penghasilan yang tidak tetap ini, lakukanlah hal berikut.

1. Ketahui berapa pengeluaran rutin per bulan. 

Misalnya, untuk membayar macam-macam tagihan (listrik, air, telepon, iuran keamanan dan kebersihan), keperluan sekolah anak-anak, makan sekeluarga, biaya transportasi, dan menabung adalah Rp 3 juta.


2. Ketika mendapatkan penghasilan lebih.

Jika suatu ketika mendapatkan penghasilan lebih besar daripada biasanya, lakukanlah hal ini.
  • Segera bayar utang (kalau ada), lunas ataupun mencicil.
  • Menabung, baik uang maupun emas. Menabung emas bisa dari nominal kecil, kok.
  • Kesampingkan keinginan untuk membeli gadget baru (kecuali jika yang lama memang sudah mati total, padahal gadget tersebut sangat urgen untuk bekerja) atau makan-makan di kafe. 

Urusan menabung ini harus dijadikan prioritas karena
sekali lagipenghasilan freelancer tidak tetap. Bulan ini bisa jadi mendapat sepuluh kali lipat kebutuhan rutin per bulan, bulan depan bisa saja memperoleh di bawah kebutuhan minimal. Pada saat paceklik seperti itu, tabungan akan sangat berguna.


3. Pisahkan rekening.

Bedakan rekening bank untuk kebutuhan sehari-hari dan rekening untuk tabungan.

Pembedaan ini penting agar uang tabungan tidak mudah tersedot untuk kebutuhan sehari-hari. 

Saya sendiri memiliki satu rekening untuk menerima transferan honor dan royalti (uang di rekening ini menjadi dana operasional). Untuk tabungan, saya memiliki rekening lain.

Seorang freelancer juga dituntut untuk tidak hanya berpikir jangka pendek tetapi juga jangka panjang. 

Gampangnya begini. Pegawai kantoran mendapat gaji rutin dan kelak akan mendapat dana pensiun. Freelancer tidak. Artinya apa?

Artinya, seorang freelancer harus merencanakan masa depan keluarganya dengan teliti. Bahkan, lebih teliti dibandingkan yang dilakukan oleh pegawai kantoran. 

Tentang pengelolaan keuangan ini saya tuliskan juga di blogpost ini:


Mengelola Keuangan Keluarga

Jadi, apa yang harus dilakukan oleh seorang freelancer dalam merencanakan perlindungan, kesejahteraan, dan kenyamanan untuk keluarga tercinta?

Mengelola keuangan keluarga demi masa depan
Kelola keuangan demi masa depan anak-anak.

1. Persiapkan dana pendidikan untuk anak-anak.

Anak-anak adalah amanah yang diberikan Tuhan pada orangtua. Jadi, sudah selayaknya jika orangtua menyediakan dana pendidikan untuk mereka. 

Banyak lembaga keuangan yang menawarkan produk ini. Jumlah setoran per bulan dapat ditentukan sesuai kemampuan. Begitu juga dengan jangka waktunya. 

Jangan berkecil hati jika hanya dapat mengalokasikan Rp200.000 per bulan. Hal itu masih jauh lebih baik daripada tidak mengalokasikan dana sepeser pun untuk pendidikan anak-anak tercinta di masa depan.

2. Persiapkan dana pensiun.

Tak ada kantor yang akan memberikan uang pensiun pada freelancer. Jadi, seorang freelancer harus memberikan pensiun untuk dirinya sendiri. 

Bank dan lembaga-lembaga keuangan seperti Sun Life Financial dapat membantu freelancer mempersiapkan dana pensiun.

3. Asuransi dan investasi.

Dua hal ini dapat dilakukan terpisah, dapat pula bersamaan. Jika merasa tak mampu mengelola investasi sendiri, dapat memilih produk keuangan yang menawarkan asuransi dan investasi sekaligus. 

PT Sun Life Financial Indonesia merupakan salah satu pemain utama dalam industri ini. Dana yang disetor akan dikelola oleh manajer investasi tepercaya.
 

Tantangan Untuk Freelancer

Para pakar keuangan menganjurkan agar menabung dilakukan di awal menerima uang. 

Dengan kata lain, bukan menabung uang yang tersisa setelah memenuhi kebutuhan konsumsi. Dahulukan menabung. Itulah pentingnya mengetahui berapa pengeluaran rutin per bulan.

Sementara itu, untuk setoran dana pendidikan, dana pensiun, serta asuransi dan investasi, ada baiknya memilih fasilitas autodebit. Dengan fasilitas autodebit ini, tak ada alasan lupa menyetor dana rutin.

Seorang freelancer harus berani menerima konsekuensi dari pilihannya. Pendapatan yang tak tetap itu adalah tantangan. 

Tantangan ada untuk dijawab, bukan untuk ditinggal lari. Tantangan bagi seorang freelancer adalah mengelola keuangan dengan penghasilan tak menentu untuk masa depan keluarga yang cerah.


Lomba Blog Sun LIfe Financial
Tulisan ini diikutsertakan dalam Sun Anugerah Caraka Kompetisi Menulis Blog 2014
  

pemenang lomba blog keuangan sunlife
Update 25 November 2014  Alhamdulillah, tulisan ini menjadi Juara 1 kategori blogger. 

6 komentar

  1. Info penting buat freelancer kayak saya :) Semoga menang, Mbak Eno.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Makasih, Mbak Rien.
      Sebagai sesama freelancer....harus saling membantu :)

      Hapus
  2. Banyak pelajaran di artikel ini mba. Semoga mendapatkan yang terbaik ya mba. Sukses selalu mba Eno :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kalau bermanfaat.
      Btw, seorang penulis pernah cerita (di bukunya). Dia udah bikin asuransi pendidikan buat "anaknya", padahal dia belum punya anak, malahan belum nikah :D Tadinya dia cuma iseng2 nanya (karena mau bikin asuransi jiwa), eh ternyata bisa.
      Barangkali aja Ridho mau gitu juga :D

      Hapus
  3. Setuju banget, Mbak Eno! Memang sebagai freelancer kita harus pinter banget ngatur keuangan--dan tabah terhadap segala godaan di depan mata, wkwk. Aku punya list buku yang sangat diinginkan, belum sempet kebeli aja. Nanti deh, tunggu royalti berikut tiba. ^o^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahaha...list-ku udah sepanjang jalan kenangan, Mbaaaak. Tapi gitulah, mesti nunggu royalti, honor, dan sejenisnya :D

      Tapi paling enggak jadi freelancer nggak perlu rempong dengan urusan rapat rutin ya, Mbak. :D

      Hapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.