Mengelola Keuangan Keluarga Ala Freelancer
Seorang teman pernah mengungkapkan keinginan untuk mengundurkan diri dari kantornya. Alasannya adalah ingin memfokuskan perhatian dan waktunya pada urusan menulis novel dan cerpen.
Mungkin saya turut
bertanggung jawab atas munculnya keinginan teman saya tersebut. Mungkin dia
berkeinginan seperti itu karena melihat minimal tiga judul novel saya terbit
tiap tahun di penerbit-penerbit besar di negeri ini. Mungkin dia berpikiran
seperti itu karena iri melihat waktu kerja saya yang sangat fleksibel.
Plus Minus Freelancer
Ya, saya seorang pekerja lepas. Bahasa kerennya, freelancer. Sebagai freelancer, saya bekerja tanpa kantor yang tetap. Kantor saya ada di mana-mana.
Ada banyak keuntungan yang didapatkan
dengan bekerja sebagai freelancer ini. Beberapa keuntungan tersebut adalah, jam
kerja yang fleksibel, tak perlu repot memadupadankan pakaian kerja, tak perlu
terjebak macet setiap hari, dan tak perlu pusing membuat laporan bulanan dan
rapat kerja.
Sering ketika teman-teman
saya sedang dalam tekanan di tengah office hour, saya malah jalan-jalan
santai atau tidur siang. Tapi sebaliknya, ketika teman-teman saya sedang menikmati libur akhir pekan, saya malah bekerja.
Berikut ini beberapa pekerjaan yang pernah saya lakukan pada akhir pekan:
Sebagai freelancer saya juga bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bersama anak-anak. Memasakkan makanan kesukaan mereka, menyaksikan tumbuh kembang mereka, serta tetap memperoleh penghasilan dari kerja profesional saya sebagai freelance writer. Nikmat sekali, ya?
Berikut ini beberapa pekerjaan yang pernah saya lakukan pada akhir pekan:
- Menjadi moderator di acara Meet and Greet Penerbit Laiqa Elex Media Komputindo.
- Promo buku dalam Meet and Sketching with Noomic's Author
- Launching Buku di IIBF Jakarta
Sebagai freelancer saya juga bisa memiliki lebih banyak waktu untuk bersama anak-anak. Memasakkan makanan kesukaan mereka, menyaksikan tumbuh kembang mereka, serta tetap memperoleh penghasilan dari kerja profesional saya sebagai freelance writer. Nikmat sekali, ya?
Saya tidak menakut-nakuti tapi memang demikian
adanya. Penghasilan seorang penulis lepas sangat tak menentu. Tak setiap minggu
(bahkan tak setiap bulan) ada cerpen, artikel, atau resensi yang dimuat di
majalah dan koran. Tak ada yang dimuat, berarti tak ada honor.
Dimuat pun kadang-kadang tak langsung mendapat honor. Ada saja media massa yang suka berlama-lama mentransfer honor. Bahkan ada yang baru mengirim honor tersebut setelah ditagih berkali-kali oleh penulis.
Dimuat pun kadang-kadang tak langsung mendapat honor. Ada saja media massa yang suka berlama-lama mentransfer honor. Bahkan ada yang baru mengirim honor tersebut setelah ditagih berkali-kali oleh penulis.
Royalti? Baiklah, bagi yang
belum tahu, royalti buku tidak datang setiap bulan, melainkan hanya satu dalam 4,
6, atau 12 bulan (tergantung peraturan penerbit).
Besarnya pun tak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Penulis buku hanya memperoleh 5%-10% dari setiap buku yang terjual. Itu belum dipotong Pph Royalti sebesar 15% (jika memiliki NPWP) atau 30% (jika tak memiliki NPWP).
Lebih lanjut tentang royalti dan permasalahannya saya tuliskan di sini:
Besarnya pun tak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Penulis buku hanya memperoleh 5%-10% dari setiap buku yang terjual. Itu belum dipotong Pph Royalti sebesar 15% (jika memiliki NPWP) atau 30% (jika tak memiliki NPWP).
Lebih lanjut tentang royalti dan permasalahannya saya tuliskan di sini:
Bekerja sebagai freelancer tak
hanya memberikan fleksibiltas tetapi juga membawa serta risiko dan tanggung
jawab. Tak terlalu bermasalah jika masih bujangan. Namun, lain ceritanya jika
sudah berkeluarga. Tanggung jawab yang harus dipikul lebih besar dan lebih
berat.
Yang paling mencolok adalah:
- Tidak adanya gaji dengan besaran tetap setiap bulan. Dengan kata lain, penghasilan per bulan tidak tetap sedangkan pengeluaran rutin tetap ada.
- Tidak ada tunjangan kesehatan. Tidak bisa meminta ganti biaya yang dikeluarkan ketika berobat ke kantor. Ingat, freelancer bukan pegawai kantoran.
- Tidak ada uang pensiun. Seorang teman sekolah saya dulu (dan saya yakin banyak yang seperti dia) mengatakan ingin menjadi PNS agar mendapat pensiun. Freelancer? Siapa yang mau membayarkan pensiunnya?
Mengelola Penghasilan Tidak Tetap
Seorang freelancer harus
pandai-pandai mengelola keuangan keluarga. Hati-hati, jangan sampai besar
pasak daripada tiang. Akan repot jadinya kalau pengeluaran lebih besar daripada
penghasilan.
Untuk mengelola penghasilan
yang tidak tetap ini, lakukanlah hal berikut.
Pertama, ketahui berapa pengeluaran rutin per bulan.
Misalnya, untuk membayar macam-macam tagihan (listrik, air, telepon, iuran keamanan dan kebersihan), keperluan sekolah anak-anak, makan sekeluarga, biaya transportasi , dan menabung adalah Rp 3 juta.Kedua, ketika mendapatkan penghasilan di atas Rp3 juta tersebut:
- Jika ada utang, bayarkan segera.
- Menabung.
- Kesampingkan keinginan untuk membeli gadget baru (kecuali jika yang lama memang sudah mati total, padahal gadget tersebut sangat urgen untuk bekerja) atau makan-makan di kafe.
Ketiga, bedakan rekening bank untuk kebutuhan sehari-hari dan rekening untuk tabungan.
Pembedaan ini penting agar uang tabungan tidak mudah tersedot untuk kebutuhan sehari-hari.Saya sendiri memiliki satu rekening untuk menerima transferan honor dan royalti (uang di rekening ini menjadi dana operasional). Untuk tabungan, saya memiliki rekening lain.
Seorang freelancer juga
dituntut untuk tidak hanya berpikir jangka pendek tetapi juga jangka panjang.
Gampangnya begini. Pegawai kantoran mendapat gaji rutin dan kelak akan mendapat
dana pensiun. Freelancer tidak. Artinya apa?
Artinya, seorang freelancer harus merencanakan masa depan keluarganya dengan teliti. Bahkan, lebih teliti dibandingkan yang dilakukan oleh pegawai kantoran.
Artinya, seorang freelancer harus merencanakan masa depan keluarganya dengan teliti. Bahkan, lebih teliti dibandingkan yang dilakukan oleh pegawai kantoran.
Tentang pengelolaan keuangan ini saya tuliskan juga di blogpost ini:
Harus Dipersiapkan oleh Freelancer
Jadi, apa yang harus dilakukan
oleh seorang freelancer dalam merencanakan perlindungan, kesejahteraan, dan kenyamanan untuk keluarga tercinta?
1. Mempersiapkan dana pendidikan untuk anak-anak.

Banyak lembaga keuangan yang menawarkan produk ini. Jumlah setoran per bulan dapat ditentukan sesuai kemampuan. Begitu juga dengan jangka waktunya.
Jangan berkecil hati jika hanya dapat mengalokasikan Rp200.000 per bulan. Hal itu masih jauh lebih baik daripada tidak mengalokasikan dana sepeser pun untuk pendidikan anak-anak tercinta di masa depan.
2. Mempersiapkan dana pensiun.
Tak ada kantor yang akan
memberikan uang pensiun pada freelancer. Jadi, seorang freelancer harus
memberikan pensiun untuk dirinya sendiri.
Bank dan lembaga-lembaga keuangan seperti Sun Life Financial dapat membantu freelancer mempersiapkan dana pensiun.
Bank dan lembaga-lembaga keuangan seperti Sun Life Financial dapat membantu freelancer mempersiapkan dana pensiun.
3. Asuransi dan investasi.
Dua hal ini dapat dilakukan terpisah, dapat pula bersamaan. Jika merasa tak mampu mengelola investasi sendiri, dapat memilih produk keuangan yang menawarkan asuransi dan investasi sekaligus.
PT Sun Life Financial Indonesia merupakan salah satu pemain utama dalam industri ini. Dana yang disetor akan dikelola oleh manajer investasi tepercaya.
PT Sun Life Financial Indonesia merupakan salah satu pemain utama dalam industri ini. Dana yang disetor akan dikelola oleh manajer investasi tepercaya.
Tantangan Untuk Freelancer
Para pakar keuangan menganjurkan agar menabung dilakukan di awal menerima uang.Dengan kata lain, bukan menabung uang yang tersisa setelah memenuhi kebutuhan konsumsi. Dahulukan menabung. Itulah pentingnya mengetahui berapa pengeluaran rutin per bulan.
Sementara itu, untuk setoran
dana pendidikan, dana pensiun, serta asuransi dan investasi, ada baiknya memilih
fasilitas autodebit. Dengan fasilitas autodebit ini, tak ada alasan lupa
menyetor dana rutin.
Seorang freelancer harus
berani menerima konsekuensi dari pilihannya. Pendapatan yang tak tetap itu adalah
tantangan. Tantangan ada untuk dijawab, bukan untuk ditinggal lari. Dan
tantangan bagi seorang freelancer adalah mengelola penghasilan yang tak menentu untuk
masa depan keluarga yang cerah.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Sun Anugerah Caraka Kompetisi Menulis Blog 2014

Info penting buat freelancer kayak saya :) Semoga menang, Mbak Eno.
ReplyDeleteAamiin. Makasih, Mbak Rien.
DeleteSebagai sesama freelancer....harus saling membantu :)
Banyak pelajaran di artikel ini mba. Semoga mendapatkan yang terbaik ya mba. Sukses selalu mba Eno :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, kalau bermanfaat.
DeleteBtw, seorang penulis pernah cerita (di bukunya). Dia udah bikin asuransi pendidikan buat "anaknya", padahal dia belum punya anak, malahan belum nikah :D Tadinya dia cuma iseng2 nanya (karena mau bikin asuransi jiwa), eh ternyata bisa.
Barangkali aja Ridho mau gitu juga :D
Setuju banget, Mbak Eno! Memang sebagai freelancer kita harus pinter banget ngatur keuangan--dan tabah terhadap segala godaan di depan mata, wkwk. Aku punya list buku yang sangat diinginkan, belum sempet kebeli aja. Nanti deh, tunggu royalti berikut tiba. ^o^
ReplyDeleteHuahaha...list-ku udah sepanjang jalan kenangan, Mbaaaak. Tapi gitulah, mesti nunggu royalti, honor, dan sejenisnya :D
DeleteTapi paling enggak jadi freelancer nggak perlu rempong dengan urusan rapat rutin ya, Mbak. :D