Di Balik Novel Hijab for Sisters

Novel best seller Hijab for Sisters
Di Toko Buku Gramedia Merdeka, Bandung.

Biasanya saya menulis behind the story, behind the screen, atau apalah namanya itu tak lama setelah novel saya terbit.

Ternyata pengecualian untuk novel Hijab for Sisters #4 Jadi Anak Pesantren. Bukan sengaja mengecualikan, sih. Cuma ada rasa sedih setiap kali akan menuliskannya. 

Setahun berlalu, akhirnya baru saya tuliskan.

Novel Republished

Novel The Boarding dan Hijab for Sisters Jadi Anak Pesantren
Perjalanan novel Hijab for Sisters Jadi Anak Pesantren.

Jadi Anak Pesantren sebenarnya republished alias terbit ulang dari novel saya yang lama.

Tahun 2015, Jadi Anak Pesantren sudah terbit dengan judul The Boarding. Penerbitnya sama, Elex Media Komputindo.

Jauh sebelumnya, tahun 2006 novel ini terbit sebagiannya di Penerbit Gema Insani Press dengan judul The Boarding #1 Please Deh. Nggak usah nyari #2-nya di mana. Yang #2 tidak sempat terbit di penerbit lama.

Tahun 2015, ketika terbit di Elex Media Komputindo, The Boarding adalah gabungan dari The Boarding #1 dan The Boarding #2 yang tak sempat terbit. Makanya tebalnya dua kali lipat yang versi pertamanya..

Baca ini ya: Behind The Story The Boarding #1, Please Deh

Hijab for Sisters

Meet and Greet tahun 2018. Aslinya Nimas nggak pakai cadar.

Novel Hijab for Sisters awalnya ditulis oleh Anastasia Hardi. Ini nama pena dari teman saya, yaitu Nimas Aksan. Selanjutnya dalam tulisan ini saya sebut Nimas ya, seperti saya biasa memanggilnya.

Awal tahun 2018 Nimas dan Penerbit Elex Media Komputindo meluncurkan novel Hijab for Sisters.

Ketika akan mengadakan meet and greet di Bandung, Nimas (melalui Dion, editor Elex Media Komputindo) ngotot meminta saya menjadi moderatornya.

Dan jadilah tanggal 10 Maret 2018 saya memoderatori acara tersebut. Dalam acara itu, novel The Boarding pun dipajang bersebelahan dengan novel Hijab for Sisters

Selengkapnya sudah saya tulis di Meet and Greet Laiqa Penerbit Elex Media Komputindo.

Dalam rentang waktu 2018 hingga awal 2021, Nimas meluncurkan novel Hijab for Sisters #2 dan #3, plus versi komiknya. Saya sendiri asyik ngeblog dan alhamdulillah dapat rezeki umroh dari menang lomba blog Ayo Hijrah Bersama Bank Muamalat.

Setelah itu Nimas tidak menulis lagi.

Tanggal 13 Februari 2021, pukul 06.15 Nimas meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit di Cirebon.

Kabar yang sangat mengejutkan. Ah, menulis ini pun mata saya sudah berembun.

Sebelum berpulang, Nimas dan Dion (editor Elex) sedang merancang Hijab for Sisters #4. Namun, Nimas tak sempat menuliskan cerita itu.

Episode Baru Hijab for Sisters

Novelis Indonesia
Arumi, Nimas, dan saya di Jakarta, Desember 2011.

Akhir 2021 Dion menghubungi saya. Bertanya apakah saya bersedia jika novel The Boarding diterbitkan ulang dengan judul dan cover baru.

Bukan cetak ulang, ya, melainkan diterbitkan ulang. Jadi akan mulai dari cetakan 1 lagi.

Lagi-lagi saya tak langsung menyanggupi. Tapi Dion ini sabarrrr. Secara berkala dia terus menanyakan kesediaan saya.

Dan kami pun larut dalam kenangan tentang Nimas rahimahullah. Juga tentang keinginan Nimas berdakwah dengan novel Hijab for Sisters.

Setelah Nimas meninggal, Hijab for Sisters direncanakan akan tetap terbit dengan episode baru. Episode yang tak ada hubungannya dengan Hijab for Sisters 1, 2, dan 3 karya Nimas.

Hijab for Sisters 4 dan seterusnya akan digarap oleh penulis lain (termasuk saya), dengan tokoh dan jalan cerita yang berbeda.

Akhirnya, saya menyanggupi.

Maret 2022 The Boarding terbit ulang dengan judul Hijab for Sisters #4 Jadi Anak Pesantren.

Laris dan Cetak Ulang

Novel terlaris tahun 2022
Alhamdulillah, setahun lebih berada di deretan Novel Laris Elex Media.

Gerak penjualan novel Hijab for Sisters #4: Jadi Anak Pesantren di luar dugaan saya. Bulan April 2022, novel ini langsung masuk ke nomor 3 buku fiksi terlaris Elex Media Komputindo. Begitu juga bulan Mei, Juni, Juli… hingga yang terbaru bulan April 2023.

Novel ini sekarang sudah cetak ulang ketiga. Alhamdulillah. Tabarakallah.

Sejalan dengan itu, banyaklah pertanyaan masuk ke WA dan DM IG saya. Ada pula yang berkomentar di postingan feed IG saya. Pertanyaannya senada:

Q: Bakal ada lanjutannya nggak? Penasaran nih.
A: Insya Allah ada.

Q: Hijab for Sisters 4 ini sambungan dari Hijab for Sisters yang lain atau bukan?
A: Bukan. Sekarang sudah saya jelaskan di blogpost ini ya.

Q: Kok Hijab for Sisters 1-3 nama penulisnya beda?
A: Sudah terjawab ya di blogpost ini.

Q: Lanjutan Hijab for Sisters 4 kapan, Kak? Penasaran.
A: Emh … tolong doakan supaya proses nulisnya lancar, ya.


Terima kasih banyak untuk semua yang sudah membeli dan membaca novel Hijab for Sisters #4: Jadi Anak Pesantren. Kalau belum punya novel ini, bisa membelinya di:

  • Toko Buku Gramedia se-Indonesia
  • Gramedia.com
  • Official store Gramedia di marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak.

Sekali lagi, terima kasih berkebon-kebon untuk Teman-teman semua. 


Salam,

Triani Retno A

4 komentar

  1. Selamat Teh. Semoga kelanjutannya bisa dibikin lebih lancar, ide mengalir dengan mudah dan semuanya diberikan kelancaran.
    Alfatihah untuk Nimas.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah. Saya sudah membaca HIJAB FOR SISTERS Jadi Anak Pesantren ini. Isi ceritanya lugas dengan premis yang kuat. Beberapa karakter yang ditampilkan pun berwarna. Setiap dari mereka mewakili anak-anak muda perempuan yang berjuang untuk betah tinggal di pesantren dan menikmati masa-masa keemasan mereka dengan belajar di sana.

    BalasHapus
  3. Mataku ikut berembun Teh, baca cerita Teteh. Aaahh ... rasanya seperti tertarik ke bulan kedua di 2021 itu. Belum lama padahal, beliau rahimahullah asik ngobrol sama adik-adiknya ini di grup WA komunitas Cendol soal impian beliau.

    Teeeh, Tetehku, semoga terus dan terus laris manis dan makin sering cetak ulang buat Hijab for Sister *4 dan ada lagi seri selanjutnya yang Teteh garap. Aamiin.

    BalasHapus
  4. Aduh lihat Ceu Nimas. Huhuhu bikin sedih. Kalo inget gimana banyaknya orang yang bilang Covid gak ada, pasti nyesek rasanya. ceu Nimas pergi saat Covid sedang gawat-gawatnya. Keingetan gimana ceriwisnya beliau saat ketemu. Dan suka banget dengan tulisan beliau yang bernas nan menggelitik. Penulis berbakat yang mungkin berbeda dari teman kita yang lain. Alfatihah untuk Ceu Nimas.

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.