Selama bertahun-tahun penyakit jantung koroner masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesa. Mengetahui apa penyebab jantung koroner akan membantu kita menghindari penyakit berbahaya ini.
Sebenarnya bukan hanya di Indonesia. Di tingkat dunia pun penyakit jantung koroner ini menempati peringkat atas penyebab kematian.
Penyebab Jantung Koroner
Mengutip dari dr. Renan Sukmawan, Sp.JP (K), PhD., penyakit jantung koroner terjadi karena penyempitan pembuluh darah koroner. Akibatnya, aliran darah yang menuju ke jantung pun menjadi terhambat.Mengapa bisa terjadi penyempitan pada pembuluh darah?
Masih menurut dr. Renan, hal tersebut karena kolesterol dan protein dari makanan yang menumpuk di dalam tubuh. Lama-kelamaan, tumpukan tersebut membentuk plak yang membuat saluran pembuluh darah menyempit dan kaku.
Dalam kondisi demikian, aliran darah ke jantung bisa tertutup dan terjadilah serangan jantung.
Baca Juga: Kebiasaan Marah Bisa Menyebabkan Hipertensi?
Faktor risiko penyakit jantung koroner ini dibedakan atas ada dua kelompok, yaitu faktor yang tidak bisa dikendalikan dan yang bisa dikendalikan.
Yuk, kita kenali kedua faktor risiko tersebut.
Kabar baiknya, ada beberapa faktor yang bisa dikendalikan untuk meminimalkan risiko penyakit jantung koroner.
Berikut ini faktor-faktor yang bisa dikendalikan:
Pemeriksaan kesehatan jantung ini dapat dilakukan di Rumah Sakit EMC. RS EMC memiliki tim dokter spesialis jantung yang akan menangani beragam masalah terkait kondisi jantung.
Rutin memeriksakan kesehatan pada dokter juga dapat membanu mencegah terjadinya gagal jantung. Tentang gagal jantung dan apa saja yang harus diwaspadai dapat dibaca dalam artikel Yuk, Waspadai Gagal Jantung.
Faktor Risiko Jantung Koroner
Sesungguhnya, semua orang memiliki potensi mengalami penyakit jantung koroner. Bedanya, ada orang yang mau berusaha mengendalikan faktor-faktor risikonya, tetapi ada juga yang abai.Faktor risiko penyakit jantung koroner ini dibedakan atas ada dua kelompok, yaitu faktor yang tidak bisa dikendalikan dan yang bisa dikendalikan.
Yuk, kita kenali kedua faktor risiko tersebut.
1. Faktor yang tidak bisa kendalikan
Berikut ini faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan sebagai penyebab jantung koroner:- Usia
Semakin tinggi usia, semakin besar pula risiko mengalami sakit jantung koroner. - Jenis kelamin
Pada laki-laki risiko mengalami penyakit jantung koroner bertambah setelah berusia 45 tahun, sedangkan perempuan di usia 55 tahun. Namun, risiko pada perempuan menjadi lebih besar setelah menopause. - Keturunan
Apabila di dalam keluarga sedarah kita ada riwayat penyakit jantung koroner, maka kita berisiko lebih besar terkena penyakit ini juga. - Etnis
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Asosiasi Kedokteran Kanada menyebutkan bahwa orang-orang Asia Selatan lebih berisiko mengalami penyakit jantung koroner daripada orang dari etnis Tionghoa, Kaukasia, dan Afrika.
2. Faktor yang bisa dikendalikan
Stres dapat menimbulkan penyakit fisik seperti jantung koroner. |
Kabar baiknya, ada beberapa faktor yang bisa dikendalikan untuk meminimalkan risiko penyakit jantung koroner.
Berikut ini faktor-faktor yang bisa dikendalikan:
- Merokok
Zat-zat kimia yang terdapat di dalam rokok akan merusak lapisan dalam arteri serta mempercepat pembentukan plak. Jadi, berhenti merokok adalah tindakan bijaksana untuk kesehatan jantung. - Mengelola stres
Mengutip dari laman yankes.kemkes.go.id, stres dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner. Lakukan relaksasi dan istirahat yang cukup untuk mengurangi stres. Oleh karena itu, sangat perlu mengelola stres. Jika perlu, konsultasikan masalah dengan tenaga ahli. - Gaya hidup sedentari.
Sedentari adalah sebuah gaya hidup dengan aktivitas fisik yang sangat minim. Misalnya duduk sepanjang hari untuk bekerja di depan laptop. Gaya hidup seperti ini berisiko menimbulkan obesitas, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi yang menjadi penyebab jantung koroner. Dalam upaya untuk tetap sehat, gaya hidup sedentari ini harus dihindari. - Berolahraga secara teratur
Daripada berolahraga tiga jam tetapi hanya setahun sekali, lebih baik berolahraga 10 menit tetapi rutin setiap hari. - Diet sehat.
Jika perlu, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi sebelum melakukan diet. Diet yang sembarangan bukannya membuat tubuh menjadi sehat, tetapi malah mendatangkan penyakit. - Pemeriksaan rutin
Jadwalkan untuk memeriksakan gula darah, tekanan darah, dan kolesterol secara rutin. Penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol LDL tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. - Berat badan
Berat badan ideal bukan sekadar agar terlihat menarik, tetapi yang lebh penting adalah agar tubuh lebih sehat. - Makanan
Tidak semua makanan yang enak itu sehat bagi tubuh. Misalnya, makanan cepat saji yang umumnya tinggi garam, tinggi lemak, dan tinggi kolestrol. Meskipun lezat, makanan seperti itu dapat menjadi penyebab jantung koroner.
Penanganan Penyakit Jantung
Kesehatan jantung perlu mendapat perhatian serius. Selain menerapkan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor-faktor penyebab jantung koroner, jadwalkan pula untuk memeriksakan kesehatan jantung secara rutin.Pemeriksaan kesehatan jantung ini dapat dilakukan di Rumah Sakit EMC. RS EMC memiliki tim dokter spesialis jantung yang akan menangani beragam masalah terkait kondisi jantung.
Rutin memeriksakan kesehatan pada dokter juga dapat membanu mencegah terjadinya gagal jantung. Tentang gagal jantung dan apa saja yang harus diwaspadai dapat dibaca dalam artikel Yuk, Waspadai Gagal Jantung.
Tetap semangat menjaga kesehatan, ya.
Referensi
Referensi
- EMC Health Care. https://www.emc.id/id/care-plus/cegah-sebelum-terlambat-pahami-gejala-jantung-koroner-dan-antisipasinya. Diakses tanggal 25 Agustus 2024.
- Kementerian Kesehatan. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1940/stres-berujung-penyakit-jantung-koroner-kenapa-bisa Diakses tanggal 25 Agustus 2024.
Terima kasih sudah mampir
BalasHapusSekarang ini, aku makin sering menemukan orang-orang yang di sekitarku, baik tetangga ataupun sodara yang meninggal karena serangan jantung. Nggak tahu pasti sih apakah itu jantung koroner atau bukan.
BalasHapuspenyakit jantung korener ini bisa menyerang siapa saja ya, Mbak. Termasuk orang muda yang bisa saja dari faktor turunan. Makanya yang sehat, harus terus menjaga kesehatan, dan menerapkan pola hidup sehat. karena semua dari diri kita sendiri. Misalnya soal merokok, itu kan tergantung kita merokok atau tidak.
BalasHapusPengingat banget kak soalnya aku obesitas dan suami perokok. Kudu sama2 berjuang biar hidup sehat ya biar tidak kena penyakit jantung koroner.
BalasHapusWah baru tahu istilah gaya hidup sedentari, bener juga ya kalau jadi jarang bergerak badan akan mudah sakit, karena asupan yang masuk hanya diolah sedikit oleh tubuh dan yang lainnya diserap, sehingga keluhan penyakit akan mulai bermunculan
BalasHapusThanks for very nice article!! Penyakit yang satu ini masih sangat ditakuti di seluruh dunia. Sering denger kabar belakangan ini banyak yang meninggal karena terkena serangan jantung, padahal usianya masih belum tua amat. Mengubah pola hidup sehat itu yang paling penting
BalasHapusGaya hidup masih bisa diubah ke arah yang baik. Apalagi urusan begadang sama memilih makanan ya, kudu yang sehat diutamakan, ketimbang melihat rasanya
BalasHapusTakut banget sih akuu, apalagi sejak Ayahku pasang ring jantung, jadi hati hati banget gitu mau makan pun jadi lebih dijaga :(( meskipun banyak khilafnya pada akhirnya
BalasHapusJadi takut dan kudu aware dari sekarang bahwa Gaya hidup sedentari ini bisa menjadi pemicu penyakit Jantung Koroner. Huhuhu.. padahal da emang mager aja gitu yaa.. uda nyaman di depan laptop mah, aku auto nyaman. Heehehee..
BalasHapusFaktor usia ditambah dengan suami perokok, ini nih harus menjadi perhatian saya.
BalasHapus