Bedah Buku Menjemput Risalah-Mu

Bedah buku Menjemput Risalah-Mu

Setelah sempat kaget karena harus masuk ke kampus teknik Untirta Cilegon, yang bisa dipastikan dihuni oleh banyak cowok, acara Bedah Buku Menjemput Risalah-Mu jalan juga.

Ternyata aku keliru. Anak cowok juga suka membaca novel. Malah beberapa curhat kepengen belajar menulis novel atau cerita pendek. Wuaaah....! Surprise!

Beberapa acara kepenulisan lain yang melibatkanku bisa dibaca di sini:

Jadi penulis memang tidak melihat gender atau latar belakang pendidikan. Siapa aja bisa. Modal utama untuk bisa menulis novel atau cerita pendek adalah: TIDAK BUTA HURUF.

Sharing Seru 

Karena acaranya sharing, jadi muncul banyak pertanyaan dan komentar yang menarik. Misalnya yang ini nih:

1. Yang paling menggambarkan aku 

Dari semua novel yang udah kutulis, mana yang paling menggambarkan diri Mbak? Pasti Bodyguard Bawel, ya? Secara, bawelnya kok sama..... No comment aja, deh :D

2. Novel cuma fiksi kan? 

Novel memang fiksi tapi nggak sekadar ngayal. Supaya bagus, bikin riset kecil-kecilan. Baca-baca buku atau searching aja di internet, buanyak hasilnya. Fiksi yang diangkat dari fakta lagi ngetren lho. 

Buat nambah wawasan bisa baca di blogpost Untuk Kamu yang Ingin Jadi Penulis Novel.

3. Kapan waktu yang paling enak untuk nulis? 

Ini sih individual banget. Ada yang suka pagi hari, siang hari, malam hari, di tempat sepi, di kafe, harus mancing dulu, harus sambil ngerokok, dsb. Kalo aku sendiri sih lebih suka dini hari tapi gak mesti juga. Yang penting sih jangan sambil diajak ngobrol aja.

4. Sering kirim cerpen ke majalah kok ditolak melulu? 

Cuek aja. Naskah ditolak kan nggak berarti jelek. Kali aja medianya kurang cocok atau momennya yang kurang pas. Maju terus pantang mundur, lah. 

5. Gimana supaya tau tema apa yang lagi disukai? 

Bisa dengan lihat-lihat di toko buku, lihat-lihat di internet, baca-baca majalah, atau telepon aja ke penerbitnya. Lebih detailnya bisa dibaca di blogpost 7 Penyebab Naskah Ditolak.

6. Kenapa judul novelnya Menjemput Risalah-Mu? 

Waaa... Mas Imam Risdiyanto...! Help dwong. Jawabannya apa, Mas? Ayo Mas, tanggung jawab nih. Mas Imam kan yang ngubah-ngubah judulnya. Hehe.... 

Judul Menjemput Risalah-Mu dipilih karena dalam cerita ini tokoh utamanya, Salsabila, berproses untuk menjadi lebih baik sesuai dengan tuntunan agama. Yang tadinya wartawan gosip, jadi mikir lagi. Bener nggak sih kerjaan nyebarin gosip gini? 

Begitu juga dengan tokoh Larasati si seleb. Setelah diguncang kasus, setelah ribut dengan Salsa yang dianggapnya tau agama tapi malah ngorek-ngorek aib orang, Laras berniat memulai hidup baru. 

Novel ini, sih, naskah aslinya berjudul News. Tapi dengan beberapa pertimbangan, judulnya diubah oleh penerbit menjadi Menjemput Risalah-Mu.

Begitu.

Nggak kerasa hari udah mulai sore. Kalau nggak ingat harus segera kembali ke Bandung, kayaknya masih betah nih di sini.

Serius. Asyik banget. Anak-anak sini ekspresif banget... termasuk waktu rebutan kotak konsumsi. Hehehe... Pisss....!

Salam,

Triani Retno A

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.