Alkisah,
pada tahun ’90-an,
seorang ABG yang baru lulus SMP tiba di kota Bandung untuk
melanjutkan sekolah. Si ABG yang baru datang dari Medan itu pergi ke SMAN 3 Bandung dan mendaftar di sana.
Di sekolah yang terletak di Jl. Belitung No. 8 itu, si ABG kece mengalami love at the first sight. Pada kakak kelas yang ganteng? Oooh… bukan, Sodara-sodara! ABG kece itu jatuh cinta pada koridor sekolahnya!
Di sekolah yang terletak di Jl. Belitung No. 8 itu, si ABG kece mengalami love at the first sight. Pada kakak kelas yang ganteng? Oooh… bukan, Sodara-sodara! ABG kece itu jatuh cinta pada koridor sekolahnya!
Di mata dan pikiran si ABG
absurd itu, koridor besar di gedung peninggalan Belanda itu sangat-sangat
keren. Imajinasinya langsung mengembara ke mana-mana.
Beruntung banget, ABG
berkacamata minus itu ditempatkan di kelas 1-11 yang terletak di sisi koridor,
berseberangan dengan perpustakaan. Tiga
kelas yang berada di koridor itu (kelas 1-9, 1-10, dan 1-11) dijuluki kelas akuarium karena kedua sisi
panjangnya berjendela kaca besar-besar. Persis akuarium.
Dengan kelas mirip akuarium
itu, dia bisa lirik-lirik cowok-cowok kece yang mondar-mandir di koridor utama
itu.
Yup, koridor itu memang sangat strategis. Kakak-kakas kelas dan sesama kelas 1 yang mau ke lab
pasti melewati koridor itu dari kelas mereka di gedung lama.
Yang suka lewat di koridor
itu nggak cuma anak-anak SMAN 3 tempat si ABG bertubuh kurus itu bersekolah,
tapi juga anak-anak SMAN 5 Bandung.
Betul banget! Dua sekolah top ini berlokasi
di alamat yang sama, hanya dipisahkan (atau disatukan, ya?) oleh koridor panjang milik bersama.
Teenlit Forever
Sekian
tahun kemudian, ABG itu menjadi seorang penulis. Kalo berani ngintip KTP-nya,
bakal ketahuan kalo ABG yang waktu tiba di Bandung itu berlogat Medan banget, sekarang udah nggak ABG lagi.
Tapi, dia dengan bangga mengatakan ada jiwa ABG terjebak dalam dirinya. Bahasa
sederhananya, dia merasa tetap berjiwa ABG, nggak peduli apa kata KTP-nya.
Entah mana yang benar. Karena
suka menulis novel teenlit makanya dia merasa unyu-unyu forever, atau karena merasa
tetap ABG unyu makanya dia suka banget nulis novel teenlit. Bisa dibaca di Tips Menulis Novel Remaja.
Sebenernya sih dia nggak cuma
nulis teenlit. Maklumlah, dia kan rada kemaruk. Semua dia tulis. Apalagi dulu banget sempat merasakan nikmatnya Mencari Uang Saku dengan Menulis.
Prinsipnya “Kalo emang bisa, kenapa
enggak?”. Tapi, dia paling nyaman menulis teenlit. Alasannya simpel banget.
“Soalnya sesuai dengan usia gue, sih.”
Dia memang suka sekali
menulis novel yang tokohnya anak-anak SMA. Koridor yang bikin dia
jatuh cinta itu ada dalam beberapa karyanya, di antaranya novel Smile Aku Naksir Kamu (2012), Kayla Twitter Kemping (2013), Limit (2014), Dimensi (2014), dan serial Genk Kompor.
Sudah kenal dengan penulis
absurd yang suka banget pada koridor itu, kan? Yup. Saya.
![]() | |
Di novel ini ada adegan Kayla sedang duduk di pinggir koridor SMA 303 Bandung, membaca rentetan tweet Dion yang bikin dia deg-degan. |
![]() |
Di novel ini ada adegan Sofie ngelirik-lirik si kece Juan yang sering ngelewatin koridor di depan kelas X-8 SMA Tunas Mandiri Bandung. |
![]() |
Kalau di novel Limit ini, koridor SMA 79 Bandung jadi tempat buat Keala bertemu Eizel, kakak kelasnya. |
![]() |
Kalau di novel ini, koridor SMA 215 Bandung jadi tempat pertemuan Zhafira dengan seseorang yang berasal dari awal abad 20. |
![]() |
Di serial Genk Kompor ini, ada Eno yang hobi banget mondar-mandir di koridor SMA 1006 Jakarta. Eno menganggap koridor sekolahnya itu adalah tempat paling romantis dan imajinatif. |
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih sudah berkunjung. Semoga mendapat manfaat dari tulisan di blog ini.