Manfaat dan Panduan Membacakan Buku Cerita Untuk Anak-Anak


Panduan Membacakan Buku Cerita

Pernah membacakan cerita buat anak-anak? 

Sebagian dari kita mungkin pernah melakukannya ketika anak-anak masih kecil. Setelah anak-anak bisa membaca sendiri, kegiatan itu kita hentikan. 

“Mereka udah bisa baca sendiri, kok,” pikir kita. Atau "Biar saja mereka baca sendiri. Ngapain repot-repot bacain buku untuk mereka?"


Namun, ternyata membacakan buku cerita tetap baik dilakukan meski anak-anak sudah lancar membaca. Kenapa?


Manfaat Membacakan Buku Cerita

Ada banyak manfaat membacakan cerita untuk anak-anak, termasuk yang sudah bisa membaca. Tiga manfaat di antaranya adalah sebagai berikut.


1. Membangun kedekatan dengan anak.

Ketika membacakan buku cerita, posisi anak dan orangtua pasti dekat, kan? Kalau cerita yang dibacakan itu lucu, bisa tertawa bersama, deh. 


2. Menambah kosakata dan pengetahuan anak secara santai.

Anak pun bisa langsung bertanya jika ada yang tidak dipahaminya. Mendiskusikan isi buku? Kenapa tidak? Asyik lho. 

Kosakata dalam obrolan sehari-hari ternyata sangat sedikit. Kosakata yang lebih kaya dan bervariasi bisa didapat dari membaca.


3. Menciptakan kondisi suka membaca.

Membacakan cerita berbeda dengan mendongeng. Perbedaan mendasarnya adalah pada kehadiran buku.

Pada mendongeng, kita bercerita tanpa membawa buku. Pada membacakan cerita, buku adalah sesuatu yang harus ada. 

Anak akan terbiasa melihat buku, melihat kata-kata dan cerita menarik dibacakan dari buku, melihat membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan.

Kita sering lupa bahwa bisa membaca berbeda dengan suka membaca. Anak-anak kita, bahkan kita sendiri, sering berhenti pada “bisa membaca”. 

Tentang membacakan cerita ini saya tulis juga dalam Membaca Dongeng Bersama Let's Read.


Panduan Membacakan Buku Cerita

Jim Trelease dalam buku Read - Aloud Handbook memberikan panduan bagi orangtua yang akan membacakan buku cerita untuk anak-anak. Berikut beberapa di antaranya.  

read aloud handbook
Read Aloud Handbook karya Jim Trelease.

Do’s

  1. Mulai bacakan cerita kepada anak-anak sedini mungkin.
  2. Untuk bayi dan balita, gunakan buku-buku yang memuat pengulangan.
  3. Baca buku sesering Anda dan anak punya waktu.
  4. Mulai dengan buku bergambar yang hanya memiliki beberapa kalimat dalam satu halaman, kemudian secara bertahap meningkat ke buku yang memiliki lebih banyak kalimat.
  5. Variasikan panjang dan topik bacaan.
  6. Jika membaca buku bergambar, pastikan anak-anak bisa melihat gambarnya.
  7. Mainkan ekspresi dan intonasi ketika membacakan cerita.
  8. Baca dulu buku tersebut, baru kemudian membacakannya pada anak.
  9. Libatkan anak dalam kegiatan membaca tersebut. Misalnya membalikkan halaman buku yang sedang dibaca.
  10. Luangkan waktu untuk berdiskusi setelah membacakan buku.

Don’ts

  1. Jangan bacakan cerita yang kita sendiri tidak suka.
  2. Jangan bacakan buku yang berada di atas tingkat emosional dan intelektual anak.
  3. Jangan tertipu oleh penghargaan. Buku yang menang penghargaan tidak otomatis berarti bagus untuk dibacakan.
  4. Hindari membacakan buku yag penuh dengan dialog.
  5. Jangan takut menghadapi pertanyaan ketika membacakan cerita.
  6. Jangan gunakan buku sebagai ancaman agar sikap anak-anak terhadap buku tidak berubah menjadi negatif.


Yuk, Bacakan Cerita

Dibandingkan mendongeng, membacakan cerita lebih mudah karena kita tinggal membacakan kata-kata yang tertulis di buku. 

Buku-buku cerita pun banyak tersedia di toko-toko buku. Yang mahal ada, yang murah pun banyak. Btw, buku bergizi itu nggak mesti mahal loh. 

Kalau kita sedang sangat lelah, sakit tenggorokan, atau ada kendala lainnya hingga tak bisa membacakan buku kita bisa menggunakan Storytel.

Jadi, tidak ada lagi alasan “tidak bisa” untuk membacakan buku.


Salam, 

Triani Retno A
www.trianiretno.com
 
Penulis Buku, Novelis, Editor Freelance

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.