Makan, Minum, Senang-Senang di Cawit

cawit ciumbuleuit

Cawit Ciumbuleuit

Akhir pekan lalu (21-22 September 2019) saya dan anak-anak menikmati staycation keluarga di Bandung. Tepatnya di Sheo Resort & Hotel, Ciumbuleuit. Karena menginap di sana, saya beruntung bisa sarapan di Cawit.
Oh, bukan. Cawit bukan nama restoran di hotel itu. Trus, apaan dong?

Berburu Sarapan di Bandung

Pukul 09.30 udah agak kesiangan ya untuk sarapan. Tapi paginya anak-anak berenang dulu, sih.
Jadi auto-ngebandingin dengan waktu nginep di hotel di Malioboro Yogya. Ke luar dari lobi hotel langsung bisa menikmati wisata kuliner. Penjaja makanan berderet-deret. Semua hidangan tampak menggoda selera. Tinggal pilih mana yang disuka.
Di Ciumbuleuit atas yang merupakan kawasan elite ini nggak gitu. Di depan hotel adanya townhouse. Wehehe…. Mesti turun sekitar ke kawasan sekitar kampus Universitas Parahyangan (Unpar) deh. Di sana banyak tempat asik buat makan. 
Kalau turun ke Cihampelas pastilah banyak tempat makan. Salah satunya Chopstix, Tempat Makan Keluarga yang menyajikan chinesse food halal.
Tapi kami nggak niat turun sampai ke sana. Pengen ke tempat wisata kuliner terdekat di kawasan Ciumbuleuit aja.
Karena belum tau mau makan di mana, kami berjalan kaki ke arah kampus Unpar untuk mencari tempat makan yang sreg. 

Logikanya, dekat kampus pasti banyak tempat jajanan dan wisata kuliner. Dari jajanan kekinian sampai jajanan khas
Sebuah papan nama besar di pinggir jalan membetot perhatian. CAWIT.
cawit ciumbuleuit
Cawit di Jalan Ciumbuleuit Bandung.

Tanpa mikir lagi, kami langsung nyeberang jalan dan masuk ke Cawit alias Cabe Rawit ini.
Makan, Minum, Senang-Senang. Begitu tagline Cawit. Baiklah. Mari kita makan, minum, dan bersenang-senang di Cawit.

cawit ciumbuleuit
Smoking area di Cawit.
 

Menu Sarapan

Ada empat menu yang disajikan untuk sarapan di Cawit Ciumbuleuit ini. Nasi goreng telor, nasi ayam kecap, nasi ayam merah, dan perkedel kentang.
Anak-anak memilih nasi goreng (Rp 17.000 per porsi). Yang satu pedas, satu lagi nggak pakai pedas.
Satu anak karena emang doyan banget makan nasi goreng. Satu anak lagi karena nggak punya pilihan lain. Dia nggak suka nasi kecap, juga langsung menggeleng ketika melihat deskripsi nasi ayam merah.
Saya? Sempat bingung memilih antara nasi ayam kecap (Rp 24.000) dan nasi ayam merah (Rp 26.000).
menu di cawit ciumbuleuit
Menu sarapan di Cawit (lain diciwit, ya!)

Akhirnya saya memilih yang kedua. Penasaran juga sih sama ayam yang dimasak pakai bumbu angkak.
Iya, angkak yang biasa dipakai sebagai minuman untuk menambah trombosit. Waktu kena DBD dulu, saya minum angkak. Rasanya… pahiiiit.
Trus saya malah pesan sup ayam yang dimasak pakai angkak? Demi apa?
Demi memuaskan rasa penasaran, Saudara-saudara. Ya gimana nggak penasaran. Angkak yang saya minum dulu itu kan pahitnya ampun-ampunan. Nah, gimana kabarnya kalau dijadikan bumbu masak?
Makanannya jadi enak atau malah pahit? Kalau pahit, lebih pahit mana dengan ditinggal nikah padahal masih sama-sama sayang?

Lupakan Diet Low Carbo

Fyi, sudah beberapa bulan ini saya diet low carbo. Terutamanya sih mengurangi konsumsi nasi putih. Mengurangi loh ya, bukannya sama sekali nggak makan nasi putih. Dan pagi itu, di Cawit, di depan seporsi nasi ayam merah, saya lupa dengan diet low carbo itu. Hehehe….
Nggak apalah sekali-kali. Toh saya juga nggak bakal sering-sering ke Cawit. Mesti niat banget kalau mau sarapan di Ciumbuleuit sedangkan rumah saya di ujung timur Bandung.  


Tempat makan di Ciumbuleuit
Jadi, dari situlah Cawit bermula.

Mas-mas yang di kasir aja cuma bisa nyengir waktu tahu saya tinggal di mana. Padahal tadinya mereka semangat banget nawarin layanan delivery order.
Makanya saya bilang di awal, saya beruntung bisa sarapan di Cawit ini.
Kalau di deket-deket tempat tinggal saya adanya The Warung Kopi (saya biasa numpang kerja di sana), Bobotoh Pawon Sunda Buhun, dan Saung Legit.

Nasi Ayam Merah dengan Angkak

Seperti tertera di deskripsi menu, nasi ayam merah ini dibuat dengan bumbu kaldu ayam asli, jahe, dan angkak. Pakai garam juga pastinya sih, karena terasa asin.
Jahe inilah yang bikin si sulung ilfil. Entah kenapa, dia nggak suka banget sama jahe. Kebalikan sama saya.
ayam angkak
Ayam angkak ala Cawit.
Aroma jahe dalam ayam merah ini tercium cukup kuat menggelitik hidung. Potongan jahenya juga terlihat besar-besar. Warna jahenya jadi merah karena berteman dengan angkak. Jadi mirip sosis. 

Kalau ayam merah ini hidangan prasmanan, mesti hati-hati loh. Udah seneng ngambil sosis potongan besar, eeeh ... taunya jahe! Kayak kisah rendang dan lengkuas deh 😀.
Uniknya, meskipun aroma jahenya kuat, di lidah saya kuah ayam merah ini justru nggak terasa jahe yang pedas-pedas menggigit. Yang terasa adalah asin gurih. Pahit-pahit angkaknya juga nggak ada, tuh. Bikin lega sih karena nggak ada rasa pahitnya.
ayam angkak merah
Jahe dan angkak, bumbu utama dalam Ayam Merah ini.

Enak? Iya! Suka banget. Bmbunya meresap ke dalam daging ayam. Daging ayamnya spicy sampai ke dalam, empuk tapi masih terasa padat ketika digigit. 

Sampe nggak sadar nih nasi putih sepiring pun tandas. Tuh kan, beneran lupa sama diet low carbo😋
Karena enak, saya pesen satu porsi lagi buat ngoleh-olehin ibu, eyang utinya anak-anak.
Oya, untuk minumnya kami memesan es teh. Gelasnya besaaaar. Jadi aja akhirnya yang abis cuma satu gelas. Biar nggak mubazir, yang dua gelas lagi dibungkus alias take away.

Nasi Goreng dan Menu Andalan

Nasi gorengnya gimana? Kata si sulung sih enak tapi nggak istimewa. Nasi goreng pedasnya nggak terasa pedas.
nasi goreng ciumbuleuit
Nasi goreng ala Cawit.

Untungnya, di meja disediakan tiga macam sambal: sambal cabe ijo, sambal kecap manis, dan sambal kecap asin.
Kata dia, sambal cabe ijonya pedes mantap! Kalau di rumah makan Minang, sambal cabe ijo kan biasanya memakai cabai hijau besar dan tomat hijau, dengan tampilan berminyak.
Di Cawit Ciumbuleuit ini sambal cabe ijonya menggunakan cabai rawit hijau dan cenderung kering. Tapi tau sendiri kan gimana pedesnya cabe rawit sampai ada idiom "kecil-kecil cabe rawit".
sambal hejo dan sambal kecap
Tiga macam sambal ala Cawit.

Menu andalan di Cawit ini sebenarnya Nasi Siram (Rp 30.000). Variannya ada dua, Nasi Siram Ayam Jamur dan Nasi Siram Sapi Jamur.
Tapi itu menu untuk makan siang (dan malam?). Kami datang ke sana pada pagi hari dan mennu andalan itu belum tersedia. Mudah-mudahan di lain waktu berkesempatan menikmati nasi siram ala Cawit ini.
Kalau kalian pas lewat di sekitaran Cihampelas – Ciumbuleuit, coba deh menikmati kuliner di Cawit yang udah berdiri sejak tahun 2004 ini. Buka dari pukul 07.00 sampai pukul 01.00 dini hari.
Makanannya enak, layanannya ramah, dan tempatnya asik buat foto-foto.

Cawit / Ken Ken Bali
Jl. Ciumbuleuit No. 129 Bandung
Delivery order: 0812-2500-7500 / 0878-2500-7500 / 022-203-5331.
                                                            
Salam,
Triani Retno A

22 komentar

  1. jadi pengen nyobain ih ayam angkak baru denger. kayaknya di jakarta belum ada ya..

    BalasHapus
  2. Lumayan besar jahenya, tapi beda kam ya penampakannya jahe dan ayam😂
    Kuahnya kayak sop atau gimana, belum tau angkak🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Angkak itu beras yang difermentasi.
      Kuahnya kayak sop, cuma warnanya merah.

      Hapus
  3. Jadi penasaran nih sama sup ayam merahnya. Banduunggg aku dataanggg entah kapan hihihi..

    BalasHapus
  4. Aku ngiler benerannnn astagaaa mbaa 😖

    BalasHapus
  5. Padahal sering lewat situ, nasi angkak nya kayanya pengen nyoba nih hehehe

    BalasHapus
  6. Jadi penasaran dengan angkak yang digunakan buat masak. Ada rasa khasnya nggak mbak? Angkak tu sebenarnya semacam biji atau apa ya?

    BalasHapus
  7. Suka uyy sama judulnya, makan minum senang2, asiik ��
    Btw menunya menggiurkan nih

    BalasHapus
  8. Wah,cocok nih untuk santai bareng teman maupun keluarga yah,mbak. Saya sih tergoda untuk icip menu sarapannya, paket hemat juga tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocok banget, Kak. Kalo lagi melalak ke Bandung, cobalah mampir :)

      Hapus
  9. Eh, kok saya penasaran sama Ayam Merah ya ... menggodah selerah ... hehehe. Yakin, itu dibungkus buat eyang uti, bukan dimakan sendiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaaah....bantu ngabisin biar nggak mubazir.

      Hapus
  10. Menu yang ada di Cawit menggoda lidah ya.. Jadi penasaran juga sama Ayam merah, belum pernah dengar ada menu ini di resto lain..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba masak sendiri di rumah, Mbak :)
      ....padahal aku juga belum nyoba bikin sendiri :D

      Hapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.