Ngopi pagi? Di rumah aja. Iya sih, kebanyakan kita minum kopi ketika pagi hari ya di rumah aja. Saya juga biasanya gitu.
Tapi ada
waktu-waktu saya butuh tempat “sepi” buat nyelesein kerjaan yang udah mepet
deadline. Waku terbaik saya adalah pagi hari.
Kalau kondisinya
gitu, pilihan saya adalah ngungsi ke The Warung Kopi by Morning Glory di
Ujungberung Town Square.
Buka Sejak Pagi
Itu satu-satunya
coffee shop terdekat dari rumah saya yang buka sejak pagi hari. Sebelum pandemi
sih buka sejak jam 7 pagi.
Coffee shop lain
di kawasan Ujungberung kebanyakan buka mulai jam 10 pagi. Seperti Janji Kopi, Bagi Kopi, atau Dewaji milik Andika
Ajie salah satu penulis buku A-Z Usaha Kedai Kopi.
Sebagai anaknya
“Morning Glory” wajar dong buka dari pagi gitu. Namanya juga Morning.
The Warung Kopi
sempat tutup beberapa minggu di awal masa pandemi. Lalu buka lagi tapi hanya
melayani pembelian online dan take away.
Di masa new
normal udah buka lagi seperti biasa. Tapi sekarang mulai jam 8 pagi.
Eh jam segitu
kan malnya belum buka?
Iya. Ubertos
sendiri baru buka pukul 10 pagi. Tapi pintu masuk utama ke The Warung Kopi ini
berada di luar mal.
![]() |
Pintu masuk utama The Warung Kopi terpisah dari pintu masuk mal. |
New Normal di Warung Kopi
Salah satu yang
saya kangenin selama masa pandemi adalah duduk di pojokan The Warung Kopi.
Menulis sambil
mendengarkan musik dan menyesap kopi. Oh btw, musik di The Warung Kopi ini
lumayan kenceng. Makanya tadi di atas saya bilang tempat yang “sepi”, pakai
tanda petik.
Sepi di sini
dalam artian nggak ada yang ngajak saya ngobrol. Mau musiknya gedombrengan juga
saya mah nggak masalah. Asalkan saya nggak diajak ngobrol.
Pertama kali
kembali berkunjung ke The Warung Kopi di era new normal, rasanya tuh excited
banget.
Ya ampuuun, saya
beneran kangen sama coffee shop ini! Bukan sekadar minum kopi, tapi kangen
suasananya. Kopi sih bisa aja dipesen online. Tapi suasananya kan nggak bisa.
![]() |
The Warung Kopi Ubertos pada suatu pagi di masa New Normal. Sepi. |
Semua pegawai
warung kopi ini mengenakan masker. Di pintu masuk tersedia wastafel plus sabun
cair buat cuci tangan.
Di dalam juga
meja-meja ditempeli lakban bertanda silang. Plus stiker di tiap meja yang
mengingatkan agar selalu jaga jarak aman dari mantan.
Ada satu hal
yang saya rasakan sangat mencolok. Beberapa kali ke Warung Kopi di masa
adaptasi kebiasaan baru, sering saya menjadi satu-satunya pengunjung yang duduk
manis di sana.
Iya,
satu-satunya. Dari buka jam 8 pagi sampai saya pulang sekitar jam setengah dua
siang.
Padahal, daya
tampung The Warung Kopi ini banyak loh. Ada sekitar 80 kursi (indoor dan
outdoor).
Kebayang kan,
saya pengunjung tunggal di situ selama berjam-jam? Serasa jadi anak sultan
deh, punya ruang kerja pribadi seluas gitu plus waiter yang siap melayani :D
![]() |
Suatu pagi menjelang siang di The Warung Kopi Ubertos. |
Bebas banget mau duduk di mana dan nggak perlu risau dengan jaga jarak aman. Lah mau jaga jarak sama siapa?
Pengunjung lain
sih ada tapi nggak duduk. Mereka lebih memilih take away. Yang sering dateng sih babang-babang grabfood
dan gofood.
Alhamdulillah,
ya. Berarti penjualan online-nya masih lancar.
Es Kopi Favorit
“Ada copresso?”
Pertanyaan itu terlontar tanpa melihat daftar menu lagi. Hihi…itu minuman favorit saya di The Warung Kopi ini.
Saya pernah
mencoba beberapa minuman lain di kedai kopi ini. Di antaranya cappucino dan
kopi aren Parahyangan.
![]() |
Kopi Aren Parahyangan. |
Tapi copresso yang bikin saya jatuh hati. Saya baru mesen minuman lain kalau copresso nggak ada.
Lho? Nggak
selalu tersedia?
Begitulah. Saya
ceritain tentang minuman favorit saya ini, ya.
Copresso ini terbuat dari air kelapa, gula aren, dan tentu saja kopi. Seiris lemon mempercantik penampilannya. Coconut espresso.
Bagi saya, cara terbaik meminum copresso ini adalah menyedotnya perlahan tanpa mengaduknya.
Rasa segar air kelapanya terasa begitu memanjakan indra pengecap. Lalu perlahan rasa segar itu tercampur manis gula aren dan espresso yang turun perlahan.
![]() |
Minuman favorit saya, copresso. |
Kalau beli online, mana bisa menikmati sensasi rasa yang begini. Nyampe rumah pasti udah teraduk-aduk. Kayak rasa hati kalau ketemu mantan 😖
Copresso ini
ternyata nggak selalu tersedia di The Warung Kopi Ubertos. Tergantung pada stok
air kelapa. Tau sendiri kan ya, air kelapa yang udah keluar dari batoknya nggak
bisa bertahan lama.
Itu sebabnya
saya selalu bertanya “copresso ada?” sebelum memesan.
Pertama kali
memesan copresso di The Warung Kopi ini, harganya masih Rp19.000 ++. Sekarang
harganya naik jadi Rp23.000++ .
Iya, jangan
kaget. Harga yang tertera di daftar menu belum termasuk pajak 10% dan service.
![]() |
Daftar minuman di The Warung Kopi. Belum termasuk pajak dan service. |
Sempat Ragu
Di Ubertos ini
ada dua kedai kopi yang biasa saya datangi. Janji Kopi dan The Warung Kopi.
Janji Kopi waktu
itu baru dibuka dan saya nggak nemu review apa-apa tentangnya di Google. Jadi
aja saya yang nulis dan page view-nya ketje badai dong 😍.
Beda dengan The
Warung Kopi ini. Saya sempat maju mundur untuk ke tempat ngopi ini. Review yang
saya temukan di Google kok nggak asik ya.
Jutek, lah.
Pesanan lama, lah. Harga mahal, lah. Yang dipesen dan yang dianter nggak
sesuai, lah.
Olalaaa!
Dengan berbekal
info seperti itu, saya datang ke The Warung Kopi. Yang saya butuhkan ketika itu
adalah coffee shop yang buka pagi untuk numpang kerja.
![]() |
Area outdoor di The Warung Kopi Ubertos. |
Keraguan saya
terjawab di sana. Dari segi harga, minuman dan makanan di kedai kopi ini memang
lebih mahal daripada kedai kopi lain di kawasan Ujungberung ini.
Tapi bagi saya,
nominal itu sebandinglah dengan tempat yang luas, suasana yang nyaman, wifi yang
cukup kencang, lagu-lagu yang cocok dengan saya, dan tentu saja dengan uniknya
rasa copresso.
Bagi saya,
kekurangan The Warung Kopi Ubertos ini adalah pada tidak adanya toilet.
Kalau ada
“panggilan alam” mesti ngibrit dulu ke toilet di dalam mal. Nah, kalau begini
tantangan banget buat yang senang menyendiri seperti saya.
Mau ngibrit ke dalam mal tapi minuman di gelas masih banyak. Mau ditahan … ya nggak mungkin juga 😁
![]() |
Pintu masuk dari dalam mal. Lewat sini ya kalo mau ngibrit ke toilet :D |
Jadi, berapa lama saya bertahan duduk di The Warung Kopi ini tergantung pada kedatangan "panggilan alam". Kopi dingin biasanya bikin lebih cepat kebelet buang air kecil. Minuman hangat seperti hot cappuccino atau wedang uwuh biasanya lebih aman.
Wedang uwuh?
Betul. Di The Warung Kopi ini kita juga menikmati segelas wedang uwuh yang hangat dan berkhasiat.
Alamat The Warung Kopi by Morning Glory
Ubertos Shopping Mall
Jl. A.H Nasution No. 46A
Pakemitan, Kec. Cinambo
Bandung
Fasilitas The Warung Kopi
- Jam buka The Warung Kopi: 08.00 – 23.00 WIB.
- Toilet: Tidak ada.
- Ruangan: Ada pemisahan smoking dan no smoking
area.
- Wifi: Ada.
- Poin plus: Instagramable, tempatnya nyaman,
para pegawainya nggak berisik ngerumpi.
- Instagram: @thewarungkopi_mg_ubertos
Salam,
The Warung Kopi by Morning Glory Ubertos Bandung
ReplyDeleteSaya pribadi jarang bahkan gak pernah ngopi di cafe lalu nongkrong berlama-lama menikmati wifi atau situasi sekitarnya lalu post di sosmed, bahkan kelas Starbucks sekalipun.
ReplyDeletePadahal ipar memiliki 2 gerai cafe kopi di Bali dengan suasana yang hijau dikelilingi sawah.
Tapi kalopun kepepet diajak ngopi pas briefing post blog ya ayo aja. dan selalu Cafe Latte yang jadi pilihan. Tanpa Gula.
Wah asyik ya bisa ngopi sambil nyelesain tulisan. Aku kadang2 juga gitu klo lg dikejar DL. Cari tempat menyepi sambil minum trus nyamil
ReplyDeleteBener buangeett mba Eno!
ReplyDeleteYang saya rindukan dari warung kopi/coffee shop itu SUASANA-nya
Kagak tergantikan dah :D
Saya juga beberapa kali demen nongkrong sendirian di coffee shop, sambil bawa laptop tentu saja.
dan ajaib bgt, bisa ngelarin 2-3 blogpost lho! Hanya dalam durasi 2 jam aja :D
Kalo di rumah aja mah... jarang bisa kayak gitu wkwkwkw
Mbaaakk...ngakak dong pas bagian lama tidaknya bertahan di Warung Kopi tergantung panggilan alam. Nggak bisa ya nitip aja ama waiternya buat jagain tempat gitu? Ntar balik lagi
ReplyDeleteWaaaaah di Bandung geuningan.
ReplyDeleteEnakeun euy tempatnya. Jadi pengen ke sana
Gakuat nahan ketawa saat udah masuk ke paragra akhir dari tulisan ini... Soal nongkrong lama nngak sih kadang biasanya kalo ngopi atau nongkrongku tuh cuma sekitar 30 menit sampai 1 jam saja. Soalnya kalo udah keluar ngopi atau nongkrong nih pasti ujungnya bebarengan ngajakin siapa gtu. Karena niat awalnya emang keluar biar gak suntuk, jadi biar makin seru aja sekalian bebarengan.
ReplyDeleteKalo lagi pengen sendiri biasanya sih beli kopi lalu dibungkus pulang dan dinikmati di rumah. Sambil nyeruput kopi dan kenikmatannya, hbis itu terlelap lagi dalam kesibukan :D
Saya termasuk pecinta kopi, tapi jarang minum kopi langsung di coffee shop. Disini ada coffee shop, tapi sayangnya terlalu ramai kalo untuk menyendiri, menulis atau lainnya. Tapi kalo untuk sekedar tempat nongkrong sama temen sih asik..
ReplyDeleteEh iya teh, maaf ada *typo dikit. Harusnya kelapa, tertulis kepala.
Ahahaha....Makasiiiih koreksinya, Kang. Udah kuedit :D
DeleteIya sih, beda orang beda kesukaan. Aku justru nggak suka nongkrong sama temen di coffee shop, kecuali buat urusan kerja :)
Rindu dengan kehidupan normal sebelum corona jadinya...
ReplyDelete