Ujungberung sekarang makin
ramai. Sayangnya, tempat kuliner yang sekaligus enak buat nyantai belum sebanyak
di pusat kota Bandung.
Saya pernah nanya ke
Google yang lalu merujuk ke sebuah aplikasi. Waduh. Kok yang muncul kebanyakan
warteg, gerobak makanan, dan sejenisnya, ya?
Mengabaikan petunjuk
dari Google, saya dan anak-anak sepakat ke Bobotoh (lagi).
Btw, di kawasan Ujungberung ada ini juga nih. Enak juga buat makan-makan:
Btw, di kawasan Ujungberung ada ini juga nih. Enak juga buat makan-makan:
- Saung Legit. Ada gurame bakar, ikannya baru diambil dari kolam.
- Ayam Geprek Pangeran. Murmer, enak, kenyang.
Nuansa Jadul di Bobotoh
Pawon Sunda Buhun Bobotoh ini
adalah usaha keluarga, dikelola oleh lima bersaudara. Ketika siang itu ke sana,
saya hanya bertemu dengan Bu Sri dan Pak Tono.
Alhamdulillah, siang itu
Bu Sri lagi seneng ngobrol pakai bahasa Indonesia. Hehehe…
Pertama ke sana beliau ngajak saya ngobrol pake bahasa Sunda alus dan saya … nyengir bingung. :D
Pertama ke sana beliau ngajak saya ngobrol pake bahasa Sunda alus dan saya … nyengir bingung. :D
Nuansa jadul terasa begitu
memasuki Pawon Sunda Buhun ini. Ada sepeda ontel tersandar di dinding, dinding
(yang berlapis) bambu, baskom-baskom dan peralatan makan zaman nenek, serta jajanan
jadul di meja kasir.
Ada pula televisi, radio, dan setrika arang yang menghias salah satu sudutnya.
Ada pula televisi, radio, dan setrika arang yang menghias salah satu sudutnya.
![]() |
Nuansa zaman baheula di Pawon Sunda Buhun Bobotoh. |
Ruangannya tidak
berpendingin udara. Hanya ada kipas angin. Pintu masuk yang tak terlalu besar dibiarkan
terbuka.
Selain itu, langit-langitnya cukup tinggi. Kapasitas Bobotoh tidak terlalu besar. Tapi cukuplah 40 orang makan di sini.
Selain itu, langit-langitnya cukup tinggi. Kapasitas Bobotoh tidak terlalu besar. Tapi cukuplah 40 orang makan di sini.
Tak ada saung-saung
terbuka seperti di rumah-rumah makan besar. Kalau kamu perokok, mohon pertimbangkan
kenyamanan dan kesehatan pengunjung lainnya, ya.
Menu Khas Sunda di Bobotoh
Interior Bobotoh agak
berbeda dengan terakhir kami ke sana. Sekarang terlihat lebih lapang. Yang tetap
sama adalah keramahannya dan tentu saja menunya yang khas Sunda.
Kami memilih meja di
pojok. Kenapa, ya? Emh… mungkin supaya lebih leluasa memperhatikan orang-orang
yang datang? Hehe….
Bobotoh ini sudah
mengantungi sertifikat halal dari MUI. Jadi, tenang deh. Saya memilih nasi
tutug oncom + pepes ayam, si Kakak memesan nasi tutug oncom + gepuk.
Si Bungsu? Begitu lihat ada sop iga, dia langsung pengin itu. Sebagai tambahan, si kakak memesan kerupuk banjur.
Si Bungsu? Begitu lihat ada sop iga, dia langsung pengin itu. Sebagai tambahan, si kakak memesan kerupuk banjur.
Ada yang belum tahu apa
itu gepuk, nasi tutug oncom, dan kerupuk banjur?
![]() |
Gepuk yang di kiri atas. |
Gepuk ini daging sapi yang
direbus dengan macam-macam bumbu (bawang merah, bawang putih, kemiri, merica, dan
seabrek bumbu lainnya) lalu digoreng. Rasanya manis gurih.
![]() |
Nasi tutug oncom dan pepes ayam. Selalu plus tahu, tempe, ikan asin, dan kerupuk. |
Nasi tutug ini adalah nasi
putih pulen yang kemudian dicampur beraneka bumbu dan (tentu aja) oncom yang
sudah dihancurkan berbutir-butir. Rasanya gurih.
![]() |
Kerupuk banjur di Bobotoh. |
Nah, ini kerupuk banjur.
Yang di Bobotoh ini menggunakan kerupuk mi berwarna kuning. Disebut
kerupuk banjur ya karena disajikan dengan dibanjur kuah. Kerupuknya lho yang
dibanjur, bukan pembelinya 😀
Kata si Kakak, kuah kerupuk banjur di Bobotoh ini seperti kuah seblak. Saya cuma nyicipin dikit karena bagi saya terlalu pedas.
Kata si Kakak, kuah kerupuk banjur di Bobotoh ini seperti kuah seblak. Saya cuma nyicipin dikit karena bagi saya terlalu pedas.
Menurut si Kakak sih pedesnya pas. Gitu, deh. Dia penggemar makanan pedas, sedangkan saya kurang suka pedas.
![]() |
Sop iga Bobotoh. |
Ini mah udah familier, ya. Banyak daerah yang punya hidangan sop iga ini. Sebagai ibu yang baik, saya juga nyicipin sop iga pesenan si Adek dong. Kuahnya panas dan gurih. Bagi saya, daging dan wortelnya empuk. Nggak perlu berantem dulu sama gigi untuk mengunyahnya.
Hehe... iyaaa… Saya nyobain
daging iganya secuil sekadar untuk tahu rasa dan teksturnya. Cukup secuil. Terlalu
banyak makan daging merah nggak bagus buat diet saya.
Harga makanan di Bobotoh
ini terjangkau, kok. Dari Rp 2.000 sampai Rp 27.500. Bahkan kalau makan di
Bobotoh pada hari Rabu, gratis nambah nasi putih dan untuk aneka tumis diskon 50%. Raw food alias alapan dan sambal juga gratis.
Sedikit merepotkannya adalah
harga tidak tercantum di daftar menu. Harga tercantum di papan tulis di belakang
meja panjang berisi lauk-pauk.
Lokasi dan Angkutan Umum
Pawon Sunda Buhun “Bobotoh”
ini berlokasi di Jalan A.H Nasution No. 111A Ujungberung, Bandung. Kalau dari
arah Cicaheum sebelum Alun-Alun Ujungberung. Posisinya di sebelah kiri jalan. Tak jauh di seberang Bandung Timur Plaza (yang sekarang sedang direnovasi menjadi
Ubertos).
Coffee shop di Ubertos: Janji Kopi.
Coffee shop di Ubertos: Janji Kopi.
Ini, nih, kendaraan umum
yang melintas persis di depan Bobotoh.
- Angkot Cicaheum – Cileunyi (dan sebaliknya), berwarna hijau.
- Angkot Gedebage – Dago (dan sebaliknya), berwarna pink.
- Angkot Ujungberung – Ciwastra (dan sebaliknya), berwarna biru muda banget.
- Bus Damri Cibiru – Leuwipanjang (dan sebaliknya).
- Bus Damri Cibiru – Kebon Kelapa (dan sebaliknya).
Sekadar info. Kalau pas bulan Ramadan mau bukber di sini, pesan tempat setidaknya 2 hari sebelumnya, ya. Kalau dadakan dijamin nggak bakal dapat tempat. Saya pernah mengalami gitu soalnya :D
So, selamat jalan-jalan di Bandung. Keep Bandung clean and beautiful, ya.
![]() |
Apa yang dilakukan ketika menunggu makanan datang? Betul. Foto-foto :D |
![]() |
Cuma mau bilang, Ailurofil dan penulisnya pernah berada di Bobotoh. |
No comments
Komentar dimoderasi dulu ya karena banyaknya spam. Terima kasih sudah berkunjung. Semoga mendapat manfaat dari tulisan di blog ini :)