Allah yang Mengundang, Allah yang Memudahkan


Kakbah masjidil haram makkah

"Besok kita ke Hijr Ismail," kata muthawif kami.
Beliau kemudian menjelaskan apa itu Hijr Ismail. Sebuah tempat yang mustajab untuk berdoa. Shalat di sana seperti shalat di dalam Kakbah.
"Kita usahakan shalat sunnah di sana. Yang satu shalat, temannya menjaga."

Hijr Ismail ini berada di sebelah utara Kakbah. Berbentuk setengah lingkaran. Ukurannya tidak besar. Tak sebanding dengan banyaknya jamaah umroh yang berkeinginan bisa shalat dan berdoa di tempat mustajab itu.
Auto-terbayang perjuangan buat masuk ke sana. Pasesedek! Desak-desakan.

Tetap dalam Rombongan

“Nanti semua tetap dalam rombongan!” Begitu ujar muthawif berkali-kali, sejak kami masih ngumpul di lobi Hotel Hilton tempat kami menginap. Tentang hotel ini sudah kutulis di Empat Malam di Hotel Hilton Convention Makkah.
Aku mengangguk. Dalam hati pasrah. Sejak di Madinah, dengan cara yang kadang nggak kupahami, aku sering terpisah dari rombongan. Tentang ini sudah kuceritakan di Jangan Kelayapan Sendiri di Mekah Madinah.

Kalau kali ini pun terpisah dari rombongan, insya Allah ada kebaikan di dalamnya.

Laa hawla wa laa quwwata illa billahil aliyil adzim. Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Mahaluhur dan Mahaagung.
rombongan umroh nra travel
Bersama rombongan umroh NRA Travel seusai tawaf pertama, beberapa jam setelah tiba di Mekkah.

Tiba di pelataran Kakbah, lagi-lagi muthawif mengingatkan kami agar tetap berada di dalam rombongan. Yang perempuan di tengah. Yang laki-laki (kecuali anak-anak dan yang udah sepuh) di sisi kanan, kiri, depan, dan belakang rombongan.
Tapi itu teorinya.
Belum lama berjalan mencari celah untuk masuk ke Hijr Ismail, rombongan udah berantakan.
Atau lebih tepatnya: aku yang tadinya di tengah agak belakang rombongan, begitu saja terpisah dari rombongan.

Tiba-tiba aku sudah berada di tengah orang-orang yang aku nggak kenal. Sepintas kulihat ada wajah-wajah Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa, Afrika....
Panik?
Alhamdulillah enggak. Mungkin karena dari awal udah pasrah sama kehendak Allah.
Ikuti aja alurnya. Tetap berjalan bersama arus manusia yang mensucikan-Nya.

Multazam

Nggak bisa langsung mencapai Hijr Ismail, aku ikut arus sambil sedikit-sedikit bergeser mendekati Kakbah, berusaha mencapai Hijr Ismail.
Saat mengelilingi Kakbah, jamaah nggak bisa berdiri diam lama-lama di suatu tempat. Harus terus berjalan mengelilingi bangunan suci ini.
Putaran pertama, Hijr Ismail masih jauh dari jangkauan. Putaran kedua juga. Putara ketiga pun sama. Padat sekali di sekitar Hijr Ismail ini.
Tapi anehnya, aku yang aslinya nggak sabaran, justru menikmati proses itu.
Hijr Ismail
Foto: https://travel.dream.co.id/umroh/ingin-sholat-di-dalam-kabah-sholatlah-di-hijir-ismail-170726x.html

Terus saja berjalan sambil berdoa. Terus memuji-Nya. Dan tiba-tiba aku sudah berada dekat sekali dengan Kakbah.
Di Hajar Aswad sangat ramai. Sekilas kulihat teman serombonganku di sana. Aku lewat saja, masih mencari kesempatan untuk masuk ke Hijr Ismail.

Dekat sekali dengan Kakbah. Menyentuh kiswah hitamnya. Mencium harumnya yang begitu lekat. Allahu Akbar....

Berhenti di sana untuk berdoa. Lumayan lama dan nggak ada babang askar yang negor.
Tapi sadar diri aja, jamaah lain juga pasti ingin menyentuh Kakbah. Jadi aku kembali berjalan.
Karena sudah dekat sekali dengan Kakbah, jarak keliling yang mesti kutempuh juga lebih pendek. Aku tiba lagi di Hajar Aswad. Teman serombonganku masih di posisi berdesakan yang sama.
Kulewati saja.
Tapi baru beberapa langkah, badanku terdorong lagi mendekati Kakbah.
Multazam!
Kakbah masjidil haram makkah
Multazam. Foto: Shutterstock.

Ini Multazam. Tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah ini adalah tempat mustajab untuk berdoa.
Kulihat beberapa orang menangis saat berdoa di Multazam. Aku? Air mata meluncur begitu saja ketika akhirnya bisa menyentuh Multazam dan berdoa di sana.
Tapi tak bisa lama-lama. Babang Askar memberi isyarat untuk kembali berjalan. Ah, kalau kita nggak bandel, babang askar ini baik kok. Galaknya cuma kalo ada jamaah yang bandel.

Aku jalan lagi. Tapi tiap kali berusaha menjauh dari dinding Kakbah, aku terdorong mendekat lagi. Terdorong nempel lagi di dinding Kakbah. Berkali-kali begitu.
Mungkin Allah ingin aku lebih banyak lagi berdoa di rumah-Nya.
Mungkin Allah ingin aku mengadu sepuas hati di sana.
Mungkin Allah ingin aku puaskan menangis di tempat suci-Nya saja.
Dan kali ini nggak ada babang askar yang menyuruh berjalan lagi. Nggak ada jamaah yang membuatku terdorong ke sana kemari. Membuatku leluasa berlama-lama berdoa.
Ketika berbalik untuk meneruskan berjalan menuju Hijr Ismail, ternyata ada ruang kosong di belakangku. Ada dua orang yang sedang shalat.
Aku langsung mundur, mengisi tempat kosong di sebelahnya dan mendirikan shalat sunnah.
Shalat, tepat di depan Kakbah. Allahu Akbar.

Menuju Hijr Ismail

Selesai shalat sunnah, aku kembali berjalan menuju Hijr Ismail. Padat sekali di belakang dinding Hijr Ismail. Terlihat di area setengah lingkarannya penuh sesak oleh jamaah.
Aku sudah berjalan mlipir, menempel di tembok luar Hijr Ismail.
Pintu Hijr Ismail semakin dekat. Jamaah pun semakin padat. Ada babang-babang askar berjaga di pintu. Berteriak-teriak mengatur. Dalam bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia.
Terbayangkah padatnya?
hijr ismail masjidil haram
Hijr Ismail. Foto: Shutterstock.

Aku hanya bisa melangkah sedikit demi sedikit. Kadang rasanya nggak melangkah pun udah maju sendiri karena terdorong dari belakang. Bisa apalah badan kurus lemah begini.
Tapi ada Allah.
Hati terus berzikir. Bibir terus bergetar menggumamkan zikir. Laa hawla wa laa quwwata illa billahil aliyil adzim. Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang, ya Allah….”
Allah yang mengundang ke Tanah Suci ketika aku sedang terpuruk. Allah yang memanggilku ke rumah-Nya ketika hatiku sedang patah, terluka parah.
Begitu mudah Allah memanggilku untuk datang. Begitu mudah Allah memberikan undangan itu. Gratis, pula.
Allah yang mengundang, Allah juga yang akan beri kemudahan. Aku yakin, Allah nggak akan mempersulit tamu-Nya. Bukankah Allah adalah sebaik-baiknya tuan rumah?
Cerita lain seputar umroh ini bisa di baca di blogpost berikut:

Hijr Ismail, Akhirnya

Lalu aku terdorong masuk ke Hijr Ismail.
Di dekat pintu masuk, ada jamaah yang hendak keluar, ada yang baru bergerak masuk. Ada babang-babang askar yang berteriak-teriak mengatur.
Aku mencoba bergerak sedikit ke tengah agar tak menghalangi arus keluar masuk. Terhenti di dekat jamaah yang sedang shalat. Nggak bisa berjalan lagi saking padatnya.
rooftop masjidil haram
Kakbah dilihat dari rooftop Masjidil Haram. Area setengah lingkaran di dekat Kakbah itu adalah Hijr Ismail.

Ah, pantas saja muthawif mengingatkan kami untuk menjaga teman yang sedang shalat. Begini padat kondisinya. Bisa-bisa ketika sedang shalat malah terdorong oleh orang lain. Bisa-bisa kepala tersenggol kaki jamaah lain.
Orang yang shalat di dekatku sudah selesai. Satu langkah kecil, aku menggantikannya. Menempati bekas tempatnya shalat tadi.
Di sebelah kiriku ada jamaah laki-laki berbadan tinggi besar yang sedang shalat. Di kananku arus lalu lalang jamaah.
Bismillah. Aku mulai shalat. Tak sempat meragu bagaimana jika sedang sujud lalu ada kaki menyenggol kepalaku.
Shalat saja.
Lalu datang seseorang di sebelah kananku, Berdiri untuk shalat. Laki-laki bertubuh tinggi besar juga.
Aku yang terpisah dari rombongan, sendiri tanpa teman yang menjaga ketika aku shalat di Hijr Ismail. Lalu Allah tempatkan dua orang bertubuh tinggi besar itu di kiri kananku.
Secara fisik, aku jadi lebih aman dari kemungkinan terdorong, terjungkal, bahkan ketendang ketika sedang shalat.
Allahu Akbar. Masya Allah.

Sungguh, Allah yang Memudahkan

Selesai shalat sunnah di Hijr Ismail, langsung keluar dari area setengah lingkaran itu. Muthawif memang sudah mengingatkan, kita nggak bisa lama-lama di sana. Gantianlah dengan jamaah lain.
triani retno di kakbah
Alhamdulillah, berada di dekat Kakbah :)

Kali ini sungguh mudah bergerak menjauh dari Kakbah. Setelah lepas dari lautan jamaah tawaf, barulah aku bisa minum. Lalu kembali mengisi tumbler yang kubawa dengan air zamzam.
“From Indonesia?” seorang pekerja di Masjidil Haram menyapaku.
“Yes.” 
“Jakarta? Surabaya?”
“No. Bandung.”
Lelaki itu manggut-manggut. Dia melihat tumbler merah yang kepegang. “Mau ambil zamzam?”
Hei! Dia bisa bahasa Indonesia!
“Ya.”
“Silakan.” Tangannya menunjuk deretan keran air zamzam. “Isi penuh-penuh.”
Setelah  mengisi penuh tumblerku dengan air zamzam, aku duduk di pelataran Kakbah. Duduk saja, istirahat. Minum. Menatap Kakbah.
Ya Allah, kuasa-Mu yang membawaku bisa berada di sini, di tanah suci-Mu. Engkau yang mengundangku ketika aku terluka. Engkau yang memudahkan segalanya bagiku.
Habis sudah kata-kata.
Belum lagi berpisah, aku sudah rindu. 
Catatan #6 dari Perjalanan Umroh 16-24 Januari 2020.
Umroh ini merupakan hadiah Juara 1 Lomba Blog Bank Muamalat tahun 2019.

Salam,
Triani Retno A

34 komentar

  1. Masha Allah Mba, selalu ada kemudahan di setiap undangan Allah ya.
    Duh jadi terbayang mama saya yang sudah pengen banget ke baitullah ini.
    Semoga Allah masih mampukan dan izinkan, sekalian dengan saya bisa ke sana, aamiin.

    Ah semoga juga masa pandemi Covid-19 ini segera berlalu, agar bisa ke baitullah lagi, aamiin :)

    BalasHapus
  2. Ya Allah bergetar aku mba haru...
    Rasa-rasanya kepengen banget bisa berada di tempat itu. Ya Allah selagi bulan Ramadhan aku banyak minta disegerakan ke sana. Aamiin

    BalasHapus
  3. MasyaAllah... Ikut terharu baca pengalamannya, Mbak. Allah benar-benar memudahkan Mbak Triani merasakan pengalaman istimewa di sana ya. Semoga suatu saat saya juga bisa merasakan hal yang sama.

    BalasHapus
  4. Wah makasih infonya
    Berguna bgt nanti kalau saya haji or umrah amin.
    Setidaknya jd tergambar suasana disana san tenpat2 yg harus di kunjungi 🙏

    BalasHapus
  5. Ya Allah, teh Eno.. Auto netes airmata saya, asa ikutan pasesedek, ikutan sholat
    Semoga waktu itu tiba untukku ya, amin yra

    BalasHapus
  6. Ya Allah mba sy jd ikut merasakan suasana beribadah di tanah suci, subhanallah semoga saya juga bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke Baitullah, aamiin

    BalasHapus
  7. Merinding saya membacanya mbak. Sungguh segalanya memang telah diatur oleh Allah, hingga mbak sepertinya mudah banget mendekat ke ka'bah dan sholat di Hijr Ismail

    BalasHapus
  8. Masya Allah, baca ini jadi kangen pengen shalat di depan Ka'bah.
    Alhamdulillah ya mba, menang dari blog bisa berangkat umroh. Aku dulu nggak pernah punya kesempatan shalat di Hijr Ismail

    BalasHapus
  9. Saya selalu merinding kalo baca tulisan mengenai ibadah ke tanah suci. Rasanya hati bergetar ingin sekali beribadah disana. Apalagi hijr ismail ini yah bisa mengabulkan doa-doa juga. Semoga setelah pandemi bisa beribadah ke tanah suci.

    BalasHapus
  10. MasyaAllah, teeh Enoo. Aku mbrembes lho bacanya. Ada getaran di dada. Semoga aku pun diundang sama Allah untuk ke Baitullah.

    BalasHapus
  11. Masya Allah ya Kak,
    Jadi kangen pengen kesana.

    Istri ku juga cerita waktu disana ketemu banyak orang luar negeri yang ternyata begitu bangga dengan Muslim di Indonesia.


    Ya Allah, semoga wabah Pandemi ini segera berlalu dan aktivitas Umroh dan Haji bisa aktif dan dibuka lagi.

    BalasHapus
  12. masya allah, semoga bisa kembali ke rumah allah lagi ya. aku juga berharap semoga seuatu saat bisa ke sana.. tiba2 sambil membayangkan mengisi tumblerku pke air zamzam di sana

    BalasHapus
  13. MasyaAllah Mba membaca ini aku jadi kangen Umroh, semoga tahun ini kedua masjid segera dibuka dan umroh segera dibuka lagi ya Aamiin

    BalasHapus
  14. Masya Allah... mbak, sampe nangis bacanya. Aku pengen mbak. Pengen umroh atau naik haji. Doain ya mbak...

    BalasHapus
  15. masyaallah tabarakallah ya Mba sudah bisa mengunjungi rumah Allah senangnya alhamdulillah, doakan semoga saya segera menyusul mba dan dimudahkan jalankan dan bisa membawa semua keluarga ke sana, terharu lihatnya

    BalasHapus
  16. pengen juga suatu saat umroh ke sana dan merasakan nikmat dekat dengan alloh dan mohon doanya juga ya

    BalasHapus
  17. Masya Allah... pengen banget suatu saat bisa menginjakkan langkah ini ke tanah suci juga, terima kasih infonya kak biar bisa memotivasi lagi nih hehe

    BalasHapus
  18. Terharu saya membaca cerita ini. Terbayang saya saat pertama umroh 2020 yg lalu. Ketika tawaf ikut hanyut dalam ribuan manusia mengelilingi Ka'bah.. Dan akhirnya bisa shalat di Hijir dan mencium Hajar Aswad. Berdoa di sana memohon dipanggil kembali ke tanah suci. Doa di depan Ka'bah memang mustajab. Alhamdulillah 2017 yg lalu saya kembali bedanya kali ini saya bisa berhaji bareng suami dan ayah. Hanya Allah yang punya kuasa kepada hamba2nya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh typo, saya umroh yg pertama tahun 2010 yg lalu..

      Hapus
  19. aku terharu membaca tulisannya mba, membayangkan betapa bahagianya jika bisa Allah izinkan bertamu ke rumah Nya, sampai saat ini masih nabung, masih berusaha banget.

    BalasHapus
  20. Terharu juga perjuangannya menuju Hajr Ismail ya mbak. Apalagi yang Hajar Aswad. Semoga aku juga diizinkan Allah untuk menuju Tanah Suci. Minimal orangtuaku nanti. Lagi nabung juga sih. Doakan juga ya mbak.

    BalasHapus
  21. Haru banget bacanya mbak, sampe bergetar hati saya malem-malem bacanya. Sungguh Allah Maha Besar. Semoga suatu saat kami dan keluarga bisa ke sana juga. Insya Allah.

    BalasHapus
  22. Ikut senang dan takjub dengan pengalamannya, sepertinya nggak akan terlupakan, dan selalu pengin balik ke sana. Apalagi bisa sedekat itu dengan kakbah :')

    BalasHapus
  23. Masya Allah ❤
    Semoga saya kesampaian juga bisa ke baitullah, mbak. Pingiiinn banget rasanya ke sana bareng suami.

    BalasHapus
  24. Masya Allah, aku ikut senang baca pengalaman mba. Ibuku pernah cerita kebawa arus dan ikuti aja akhirnya beliau sampai di depan Ka'bah. Semoga aku bisa berkunjung ke baitullah bersama keluarga, aamiin

    BalasHapus
  25. Jadi inget nasihat alm.ayah, kalau Allah sudah berkehendak, apa pun terjadi dengan mudah dan cepat, selalu berbaik sangka aja. Termasuk di Makkah sana ya mbak. Masyaallah luar biasa ceritanya

    BalasHapus
  26. Aku bacanya meneteskan air mata nih mbak, Alhamdulillah selalu diberikan kemudahan ya selama di sana walaupun terpisah rombongan. Ikut senang dengan cerita mbak Eno apalagi berangkatnay juga mudah dan gak keluar biaya ya mbak. Mudah-mudahan aku juga bisa merasakan hal ini

    BalasHapus
  27. MasyaAllah kapan saya bisa kesini mbak, kalau membaca cerita teman-teman dengan pengalamannya haji maupun umrah bikin saya iri untuk bisa kesana juga. Semoga saya bisa kesana juga... Aamiin

    BalasHapus
  28. Paling senang dengerin cerita atau baca artikel perjalanan umroh atau haji. Soalnya saya dan keluarga juga sangat ingin bisa berangkat.Semoga tahun depan saya dan keluarga dimudahkan untuk berangkat umroh dan haji.

    BalasHapus
  29. Masya Allah, bergetar aku mba lihat foto2 dan baca cerita nya. Semakin ingin Bisa berkunjung kerumah Alloh. Semoga aku juga jadi salah satu yang terundang. Aamiin. Semoga dimudahkan juga

    BalasHapus
  30. Baca artikel ini jadi kepengen haji, harus siapin tabungan selagi masih muda biar nanti bisa ibadah ke tanah suci, amin:)

    BalasHapus
  31. Masya alloh, aku ikut larut dalam cerita mbak triani saat umroh. Aku yg blm pernah merasakan indahnya berada di tanah suci, jadi bisa membayangkan bagaimana berjalan menuju kabah dan membayangkan begitu indah beribadah disana.

    BalasHapus
  32. Bergetar hati ini membaca ceritanya teh, masyaAllah.. tidak ada yang mustahil di mata Allah. Kalau mau mengundang, insyAllah akan ditunjukan jalan-Nya. :)

    BalasHapus
  33. masya Allah, mbak.... aku speechless ini. baca judulnya aja udah bergetar: Allah yang mengundang, Allah yang memudahkan.
    Semoga aku juga bisa dapat undangan dari Allah untuk bisa umroh. aamiin

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.