Karena Kopi Tidak Untuk Diperdebatkan

  

Resensi buku kopi

Apa kopi favorit kalian? Well, anggap ajalah kalian yang baca ini semuanya suka minum kopi ya. Apalagi kan sekarang “ngopi-ngopi cantik” lagi ngetren :D

Kalian yang sering main ke blog ini pasti tau dong kalau saya suka minum kopi.

Tiap kali ke luar kota, kudu menyempatkan mampir ke coffee shop. Cerita ngopi-ngopi itu (hampir) selalu saya tulis di blog ini, di antaranya: 

Di Bandung pun, kalau pekerjaan mendekati deadline saya biasa melipir ke coffee shop buat kerja. Seringnya sih di The Warung Kopi karena cuma 1,5 km dari rumah. Bisa saya tempuh dengan berjalan kaki sekalian membakar emosi eh kalori.

Biasanya saya pesan cappuccino dengan less sugar atau americano. Khusus di The Warung Kopi, saya hampir selalu pesan copresso.

Kalau di rumah ya … seadanya aja. Kopi hitam dengan sesendok gula aren. Atau kopi instan sachet. Hehe….

 

Kepo Kopi

Kesukaan minum kopi membuat saya jadi kepo dengan si kopi ini. Sebelum pandemi menyerang, saya sempat ikut workshop kopi di Bandung.

Kebetulan banget, pengisi acaranya adalah Dani Hamdan, penulis buku Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan. Saya pernah lihat cover bukunya dan saya suka.

Don’t judge a book by its cover? Ahaha… Untuk yang satu ini bisa diabaikan. Judul bukunya Coffee. Warna dan gambar kavernya pun sangat kopi. Biji-biji kopi dan secangkir kopi hitam yang sangat menggoda untuk diseruput.

Sayangnya, Dani tidak membawa buku itu. Habis dan sedang dalam proses cetak ulang oleh penerbit.

Baru awal 2021 saya mendapat buku ini. Saya malah lebih dulu membaca dan meresensi buku Dani yang ditulis bareng Andika Ajie Sastra, A-Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi.

Tapi karena berbagai hal, resensi buku kopi ini baru bisa saya tulis di bulan Mei.

 

Kenapa Coffee?

Saya tidak berniat mendalami perkopian, sih. Cuma ingin tahu tentang minuman kesukaan saya ini.

Daftar Isi buku Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan sudah menjanjikan akan memenuhi rasa keingintahuan saya itu.

Pembahasannya lengkap. Dari jenis kopi, buah dan biji kopi (tingkat kematangan, pengolahan, roasting, penggilingan, hingga kualitas kopi), manfaat kopi bagi kesehatan, sampai sejarah kopi.

Pembahasan tentang teknik penyajian kopi tentu saja ada, bahkan hampir setengah dari buku setebal 174 halaman ini.

buku tentang kopi
Prinsip dan Teknik Dasar Brewing.


Mulai dari peralatan apa aja yang dibutuhkan untuk brewing dan penyajian kopi, bahan pelengkap sajian kopi, teknik dasar brewing, hingga resep-resep sajian kopi.

Selain itu, ada satu bab khusus yang membahas kopi arabika garut. Kenapa kopi garut?

Tentu bukan sekadar karena kedua penulis buku ini, Dani dan Aries, adalah putra Garut.

Aries Sontani adalah mitra terbesar petani kopi di Garut, terutama wilayah Pasirwangi. Dengan bendera D’Arffi Coffee, Aries membeli buah kopi segar dari petani di Garut dengan harga layak. Buah kopi itu kemudian diolah menjadi green bean, roasted been, dan kopi bubuk berkualitas bagus. Aries juga sekaligus membina kelompok petani kopi di Pasirwangi.

Sementara itu, Dani Hamdan mendampingi D’Arffi dalam urusan manajemen, kerja sama, promosi, dan pemasaran.

Sama seperti buku A-Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi, buku Coffee ini juga dilengkapi dengan glosarium. Sangat membantu orang awam untuk memahami istilah-istilah di dunia kopi.

 

Data Buku

Judul: Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan

Penulis: Dani Hamdan dan Aries Sontani

Penerbit: Agromedia Pustaka

Tahun: 2019 (cetakan keempat)

Tebal:  vi + 174 halaman

ISBN: 978-979-006-618-2

Harga: Rp 148.500.

 

Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan.

 

Cinta dalam Secangkir Kopi

Ada yang menarik dari kopi. Ia bukan sekadar biji kopi yang dihaluskan lalu diseduh dengan air panas.

Seberapa nikmat kopi yang kita minum ditentukan oleh banyak hal. Kalau kopi yang kita minum terasa sangat nikmat dan beraroma sedap, percayalah itu diproses dengan segenap cinta.

Buah kopi yang dipetik saat masih hijau, hijau kekuningan, atau kuning akan menghasilkan cacat cita rasa seperti grassy, bitterness, dan astringency. Begitu pula buah kopi yang dipanen pada kondisi merah tua kehitaman. Aromanya sudah berkurang dan timbul cacat cita rasa berupa stink. (halaman 15)

Setelah mendapatkan buah kopi dengan tingkat kematangan yang pas, cita rasa kopi masih pula dipengaruhi oleh cara pengolahannya.

Buah kopi yang diproses dengan cara wet process (full wash), misalnya, memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dibandingkan kopi yang diproses dengan dry process (semi wash), honey process, atau natural process.

Proses berikutnya adalah roasting alias menyangrai kopi. 

Proses roasting menyumbang 30% terhadap kualitas aroma dan cita rasa kopi.” (halaman 29)

Selesai?

Ahaha…belum. Kenikmatan cita rasa kopi dipengaruhi pula oleh pengolahannya saat akan disajikan. Termasuk takaran kopi dan temperatur air yang digunakan. Dibahas tuntas dalam buku Coffee ini.

Dengan panjangnya proses menghasilkan minuman kopi yang nikmat, nggak berlebihan kan kalau saya bilang ada cinta dalam secangkir kopi?

resensi buku tentang kopi

 

Kopi Hitam vs Kopi Campuran

Penikmat kopi di seluruh dunia, termasuk di dalam negeri, terbagi menjadi dua kubu besar, yaitu penikmat kopi hitam murni dan penikmat kopi yang menambahkan aneka jenis bahan pelengkap ke dalam sajian kopinya. (halaman 74)

Kalian termasuk kubu yang mana? Ahaha… Jangan malah berantem!

Masing-masing kubu tentu punya alasan sendiri. Kopi hitam lebih otentik rasa dan aromanya. Lebih strong.

Kopi dengan aneka bahan pelengkap lebih dapat diterima oleh banyak orang, terutama yang tidak suka pahit.

Meskipun selera tidak bisa diperdebatkan, ternyata ada yang perlu diperhatikan jika hendak membuat kopi dengan menggunakan bahan pelengkap.

...gunakan bahan pelengkap yang tidak merusak cita rasa asli kopi, tidak mengandung kalori tinggi, bersifat alami, bukan bahan tambahan buatan (sintetis), serta memiliki manfaat atau khasiat baik bagi tubuh. (halaman 74)

Nah loh. Ternyata nggak sembarang bahan bisa dijadikan pelengkap racikan kopi.

Susu cair, kental manis, gula semut, madu, bubuk kayu manis, ekstrak vanila murni, krimer buatan sendiri (dari kurma dan susu almond), dan ginseng bisa dijadikan bahan pelengkap kopi.

Sebaliknya, krimer pabrikan, gula pasir, pemanis buatan, dan perasa buatan adalah bahan yang sebaiknya dihindari.

Beberapa resep kopi disajikan dalam buku yang menggunakan kertas art paper (sering disebut kertas glossy karena mengilap) ini. Lengkap dengan foto tahap demi tahap pembuatannya.

affogato
Gimana caranya mengeluarkan affogato ini dari dalam buku ya? :D

 

Sedikit Koreksi

Secara isi, buku ini memenuhi keingintahuan saya tentang kopi. Bahkan, memberikan lebih banyak daripada yang saya butuhkan.

Sedikit kritik saja tentang penulisan (dan penyuntingan) buku ini ya.

  • komoditi atau komoditas

Dalam ejaan Bahasa Indonesia, yang baku adalah komoditas. Buku Coffee ini menggunakan “komoditas” dan “komoditi”.

Tidak konsisten. Persis seperti tidak konsistennya dia yang selalu bilang sayang tapi tahu-tahu nikah sama orang lain. 

  • dibalik atau di balik

Mana penulisan yang benar: dibalik atau di balik?

Dua-duanya benar, tetapi memiliki makna yang berbeda. Kedudukan “di” juga berbeda. Yang satu sebagai awalan, satu lagi sebagai kata depan. Penggunaan yang tidak tepat akan membuat kalimatnya juga menjadi berbeda arti.

Jika “balik” merupakan kata penunjuk tempat, maka ditulis terpisah dari  kata depan “di”. Penulisan yang benar adalah di balik. Di sini “balik” berarti sisi belakang.

Jika “balik” merupakan kata kerja pasif, maka ditulis serangkai dengan awalan “di”. Penulisan yang benar adalah dibalik. Bentuk aktifnya adalah membalik. Di sini “balik” berarti putar arah.

Di halaman 148 ada subbab “Tanam Paksa Dibalik Sohornya Kopi Priangan di Dunia”.

Pada kalimat itu, “balik” adalah keterangan tempat. Jadi, seharusnya adalah “di Balik”, bukan “Dibalik”.

Kan nggak ada “Sohornya Kopi Priangan di Dunia Membalik Tanam Paksa” sebagai bentuk aktif dari “Tanam Paksa Dibalik Sohornya Kopi Priangan”.

 

Highly Recommended

Lepas dari sedikit kesalahan penulisan tadi, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian yang termasuk golongan berikut.

  • Ingin memulai bisnis kopi. Lanjutkan dengan membaca buku A-Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi. Bisa intip dulu resensi santai saya di Usaha Kedai Kopi, Memahami Seluk-Beluknya.
  • Hobi meracik kopi. Dengan mengetahui lebih banyak tentang jenis kopi dan cara pengolahannya, bisa dong meracik kopi yang lebih nikmat. Hm … boleh undang saya untuk mencicipinya.
  • Penikmat kopi yang ingin tahu lebih banyak tentang kopi.
  • Food blogger, food vlogger, dan foodies. Ulasan tentang kuliner, dalam hal ini kopi, akan lebih cerdas berisi. Bukan sebatas “kopinya seenak ituuu...” atau “kopinya enak bangeeet sampai mau meninggal”. Astaga, memangnya kalian lagi minum kopi sianida?

Rekomendasi buku tentang kopi
Dua-duanya recommended, nih.


Buku keren ini bisa dibeli langsung di toko-toko buku seperti Gramedia dan Togamas, bisa juga dibeli di toko-toko online. Versi e-book juga ada. Pastikan hanya membeli buku yang original, ya. 

Ingin tahu peluang bisnis kopi? Bisa lihat Peluang Bisnis Kopi di Aplikasi Siap Kerja QuBisa.

 

Salam,

Triani Retno A

51 komentar

  1. Resensi buku tentang kopi. Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan

    BalasHapus
  2. Terima kasih Teh Eno atas resensi yang jujur, cermat, detail, interaktif dan kadang personal. Kesalahan ejaan itu sungguh sering abai ketika kita berkecimpung dengan ribuan kata dan ratusan gambar pada saat bersamaan. Terima kasih juga sudah mencintai kopi yang bagi saya merupakan sejenis "persembahan terbaik alam untuk peradaban". Salam sehat selalu.

    Dani Hamdan
    Pegiat Literasi Kopi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sawangsulna, Kang Dani.
      Biasa Kang, typo lebih terlihat di mata pembaca daripada di mata penulis dan editor (yang lelah karena berulangkali membaca naskah yang sama)😀🙏

      Hapus
  3. Sebagai penikmat kopi berarti buku ini termasuk highly recommended buatku ya...:)
    Buku yang dari judulnya aja dah sepakat aku, kopi tidak untuk diperdebatkan.
    Misal aku aja sama suami. Suamiku penikmat garis keras kopi murni. Menurutnya kopi yang dah dicampur itu ini ga asli lagi, beda aroma dan rasa. Kalau aku masih bisa, mau kopi item, mau yang kekinian, instan..apa aja yang ada hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe... Sama sih Mbak. Aku juga kopi item hayuuuk, kopi instan juga hayuk aja 😀

      Hapus
  4. Debat soal kopi ini sama kayak debat bubur ayam diaduk dan tidak diaduk, atau debat soal soto bening sama soto santan. Gak bakal ada abisnya ya mba. Wkwkwk. Bukunya asik, dalamnya full color. Menarik untuk dibaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😅😅 iyeeee. Debat tak berujung. Btw, ada lagi penganut paham "bubur disedot" 😅😅

      Hapus
  5. Mpo sangat jarang minum kopi. Tapi kalau lagi kepengen itu nikmat banget. Dari aroma aja memang bisa membuat moodbooster meningkat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aroma kopi emang penting banget ya, Mpok. Aku bisa batal minum kopi kalo aromanya nggak cocok 😁

      Hapus
  6. setuju banget itu sama tulisan di judulnya, selera memang gak bisa diperdebatkan mba. filosofinya dapet dan dalam banget menurutku ini. susah sih kalo udah soal selera, ibaratnya tuh kaya bawaan lahir hahhaha

    BalasHapus
  7. Jadi pingin punya bukunya juga

    saya ingin beralih dari kopi pabrikan ke kopi hasil petaninya langsung,

    tapi bingung mengolahnya.

    Dengan membeli bukunya, jadi punya pengetahuan dasar ya?

    BalasHapus
  8. Unik menurutku cara menyeduh kopi yg sudah expert, nggak hobi ngono tapi pernah ngopi dikedai pengusaha kopi. Salut dg pecinta kopi,,,,bagiku ada value dlm menikmati kehidupan. Sebab itu, penasaran isi bukunya mbak

    BalasHapus
  9. Tos yok kak Tri..hehe, saya juga pecinta kopi kak. Bahkan kadang karena saking gregetnya dengan serbuk kopi yang udah jadi, diem-diem kadang saya seneng lho langsung masukin tuh serbuk ke mulut hehe...karena suka aja dengan aroma dan rasa kopi. Apalagi disambil minum saat bekerja memang betul rasa tak perlu diperdebatkan ya...hehe

    Btw, saya juga pernah belajar2 dari barista yang sering mengisi talkshow atau seminar2 tentang kewirausahaan bisnis usaha coffe shop, bahwa cita rasa kopi juga dipengaruhi oleh kapan buah di ladang itu dipanen? serta bagaimana cara meracik kopi dan menuangkan air panas itu juga berpengaruh kepada cita rasanya. Duh, butuh skill lanjutan ini kalo mau jadi barista coffe shop, hehe...

    Thanks ya kak sharingnya, ulasannya oke banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah aseeek. Kalo pas ke Bandung kita ngopi bareng yuk :)

      Hapus
  10. Waaah, aku tim pecinta kopi juga Teh.
    Tapi suka yg udah dikasi campuran :D Belum berani minum kopi yg polosan, padahal sohib ikribku mba Avy demen bgt kopi yg tanpa gula dan tanpa apapun.

    Kata doi sih, kalo kopi AJA tuh bikin sehat, ya.

    yg udah dikasih campuran, kuatir malah kadar gulanya jadi over. bisa resiko diabetes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe ...iyaaa. Aku juga suka yang pakai campuran, Mbak (tapi bukan yang sachet). Tapi campurannya dikit aja.

      Hapus
  11. Coffee ini semacam buku ensiklopedi tentang kopi ya mbak, informasi lengkap tentang kopi bisa diperoleh dengan membaca buku ini. Jadi pengen punya juga, buat bahan belajar sama anak-anak.

    Saya bukan pecinta kopi, sesekali aja bikin kopi sachetan di rumah kalau lagi pengen begadang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, isinya lengkap Mbak. Mudah dipahami juga.

      Hapus
  12. Sebagai penggemar kopi sejati dengan Ayah yang besar di perkampungan yang memproduksi kopi, kopi hitam murni tetaplah yang terbaik. Kopi tanpa campuran apapun juga lebih bermanfaat dan menyehatkan karena tidak mengandung tambahan gula.

    BalasHapus
  13. Sesuatu tentang kopi apalagi menjadi sebuah buku, menarik untuk disimak. Karena aromanya seperti sedang minum kopi beneran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari covernya seolah tercium aroma kopinya ya, Mbak :)

      Hapus
  14. Sebagai pecinta kopi, kuid banget tuh nyobainnkopi shop kalau pas traveling. Selain rasanya beda, suasanya juga pasti punya ciri khas sesuai daerah masing-masing.

    Ah, Jadi kangan ngupi² sambil main lagi nih

    BalasHapus
  15. Cover dari buku "Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan" bagus banget nuansa kopinya begitu identik
    Aku termasuk penggemar kopi tapi yg sudah di mix. Dan aroma kopi tuh cukup menenangkan menurut aku

    BalasHapus
  16. Bicara soal kopi emang menarik ya mbak, soalnya minuman yang satu ini bukan sekedar minuman saja tapi banyak kisah yang ada dibaliknya. Aku sebenarnya suka banget ma kopi tapi sayangnya lambungku tidak bersahabat. hiks...

    BalasHapus
  17. Apapun itu, kalau benar-benar kopi, saya suka. Haha.. Alibi karena walaupun suka minum kopi, saya selalu lupa jenis-jenis kopi, karena semua terasa enak di lidah saya. Sepertinya perlu juga membaca buku rekomendasinya mba Retno nih!

    BalasHapus
  18. Bener juga sih jangan pernah perdebatkan kopi karena kenikmatannya relatif tergantung gimana cara penyajian sejak awal di panen. Yang kutau dari bunganya aja, itu udah wangiiii banget, pernah punya pohonnya walau cuma satu

    BalasHapus
  19. Aku pecinta kopi hitam yang sekarang mau ga mau mengurangi intensitas ngopi sejak kena asam lambung huhuuu. Kopi hitam favorit masih jatuh ke Kopi Liong kakk, tapi tetap membuka diri ke kopi hitam yg lain dan kopi campuran untuk sesekali.

    BalasHapus
  20. Jujur aku tak hapal sih jenis=jenis kopi, tapi aku jadi tahu ternyata ada dibukukan juga yah. BTW aku suka kopi susu kak, intinya harus ada manis-manisnya hihihi. Nggak kuat sama kopi yang pahit hihih

    BalasHapus
  21. Daku suka kopi dengan campuran kental manis. Jadi gak perlu lagi tambahkan gula atau kalau mau tambah gak banyak². Mantaps kalau udah ngomongin kopi, apalagi ini buku cetakan ke-4. 👍👍

    BalasHapus
  22. Saya jadi kangen kopi di cafe dekat rumah, walaupun yg saya pesan adalah kopi susu, wangi kopi di cafenya bikin rileks. Jadi tahu lebih banyak mengenai kopi dari buku ini ya mba 😃

    BalasHapus
  23. Aku juga suka kopi. Tapi bukan yang kopi hitam. Aku penikmat kopi olahan. Biasa kalau ngopi cantik sukanya ya kayak coffe latte gitu deh...

    Tp bener sih. Ada yang bilang padaku bahwa kenikmatan kopi juga tergantung bagaimana proses pengolahannya.

    BalasHapus
  24. Baca tentang kopi jadi pengen ngopi huhu aku dah lama nih ga ngopi. Oh ya aku lebih suka kopi campuran daripada pure kopi.

    BalasHapus
  25. buku padat informasi dan memang cocok dimiliki oleh para calon pebisnis kopi. setuju sih, kalau masalah rasa kopi memang tak bisa untuk diperdebatkan

    BalasHapus
  26. wah aku setuju banget sama judulnya mba hahhaha kopi gak perlu diperdebatkan, semuanya enak, kopi itu best friend ever deh

    BalasHapus
  27. Berarti memanen buah kopi ini gak boleh terlalu muda atau terlalu tua ya Teh Enno... agar gak cacat cita rasa, noted. Setuju saya,,, kopi tidak untuk diperdebatkan, ada yg suka pakai gula, minim gula atau banyak gulanya ya biarin aja yah (contoh debat ama ponakan saya minum kopi gak mau pake gula kayak saya musti dikasih walau sedikit) hehe

    BalasHapus
  28. Dunia perkopian mendalam banget ilmunya, sampai sekarang aja saya masih gak ngerti bedanya kopi espresso sama kopi americano dan jenis kopi lainnya. Menurut aaya rasanya sama aja, hehe..

    Saya seneng aroma kopi tapi gak bisa menikmati kopi, masih setia dengan es teh, hehe

    BalasHapus
  29. Suamiku suka banget ngopi dan buku ini bakal menarik banget kita bahas ya. Ingin ikutan deh punya bukunya

    BalasHapus
  30. Saya suka ngopi, tapi lebih suka dia, eh hehe...
    Bahasan tentang kopi memang tidak akan ada habisnya. Karena memang perjalanan kopi yang sudah sangat panjang.

    BalasHapus
  31. aku suka dengan tagline bukunya, "karena rasa nggak bisa diperdebatkan"
    tiap orang meskipun sama sama suka kopi, belum tentu selera jenis kopinya sama.
    ada yang suka kopi ala wamena, tapi buat aku kopi wamena terlalu dark dan perutku ga sanggup.

    BalasHapus
  32. semakin ke sini semakin banyak ya cafe cafe gitu, senangnya kalau para pemilik kafe ini bekerja sama dengan para petani lokal nih.. Aku sendiri tim kopi campuran, tapi entah kenapa aku nggak addict sih, cuma suka incip aja kalau ada yang bikin. Padahal enak, tapi enakan dibikinin emang, hihi

    BalasHapus
  33. masih nggunakan tubruk dalam penyajian. Walaupun kepingin alat press, warnanya menggoda apalagi ada kremanya. dan masih ketagihan robusta wonosalam Jatim.

    Takaran masih hal yang nomor 1 terkait keniikmatan, selain itu ada roasting dan penyimpanan setelah di roasting.

    BalasHapus
  34. Sepanjang membaca resensi dari Teteh, Acha paling suka dengan bagian kritik halus soal penulisan. Entah mengapa, senang saja. Dengan anggapan bahwa buku ini dibaca banyak orang awam dan sadar atau nggak kelak cara penyampaiannya bisa ter-copy paste ke kebiasaan menulis pembacanya pula.

    Sungguh aku jadi tahu kalau pengolahan kopi hingga diseduh dan disajikan dalam cangkir atau gelas itu, punya proses panjang supaya rasanya nikmat. Rupanya sampai ada istilah cacat cita rasa.

    BalasHapus
  35. Komodti dan komoditas ...bahahahahaha ..... tidak konsisten kayak kamu, iya, kamuuuu ...yang bilang sayang malah melayang entah ke mana ...

    BTW aku pun peminum kopi.

    BalasHapus
  36. Wah bukunya menarik sekali, sampai ada resep-resep kopi yang nikmat.

    Suami pecinta berat kopi dan bagi beliau memang kopi tidak usah diperdebatkan. Mau kopi hitam, kopi tubruk yang bijinya disangrai bareng beras atau jagung, kopi susu, semua enak.

    Saat ini lagi suka black cofee tanpa gula, tetapi mau juga kopi+gula aren, sepertinya enak.

    BalasHapus
  37. Setuju banget, yang namanya selera gak bisa diperdebatkan. Ga ada selera yg lebih bagus dengan selera lainnya, semua sama ya, termasuk pemilihan kopi. Ini judul bukunya eye catching banget, isinya juga lengkap.. aku ga begitu paham sih soal perkopian, yang penting pas di lidah ya udah cukup :")

    BalasHapus
  38. Kopi memang penuh misteri. Jadi pengen ngulik lebih dlm nih. Pecinta kopi punya seleranya masing2.

    BalasHapus
  39. penikmat kopi sepertinya wajib baca buku ini, biar tahu seluk beluk kopi yang sebenarnya. beberapa tagline yg tertulis dlam artikel ini juga mengena banget,

    BalasHapus
  40. Hahaha... ngakak baca kopinya enak banget sampe mau meninggal. Lucu banget dirimu Mb Eno. :D Iya kenapa ya pada pake istilah begitu untuk menggambarkan rasa yang luar biasa enak.

    Pengin baca juga nih. Aku penggemar kopi juga mba. Dulu waktu masih kuliah dan hobi naik gunung, minumnya ya kopi item. Masih pake gula sih, belum bisa minum kopi pahit. Nah sekarang udah berubah seleraku. Lebih suka yang ada tambahan aneka macam di dalam kopi.

    BalasHapus
  41. Mbak pinjeeeemm.... pengen bacaaaa
    aku tergelitik dengan tagline 'nggak bisa diperdebatkan', karena belakangan minum kopi aja ada kastanya.. kopi sachet vs V60, hahahaa

    BalasHapus
  42. Hahahaha aku juga yg ada bingung mba kalo baca/denger review rasanya kayak mau meninggal 🤣🤣. Kok aku langsung mikir, rasanya ga enaaak byangeetttt sampe mau mati aja sekalian hahahah.

    Okeee, fix ini buku bakal aku cari sih. Aku bukan pecinta kopi, tapi suka minum kopi kalo sdg ngafe Ama suami. Walopun tetep aja blm bisa menikmati kopi hitam, harus dengan tambahan gula ATO krim, tapi buatku kopi itu beneran bisa bikin mood membaik sih. Sedang jenuh, bosan, kalo minum kopi, pasti bisa lebih semangat setelahnya :).

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.