Seribu hari pertama setelah kehidupan
(1000 HPK) merupakan momen yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak.
Pada masa ini orangtua wajib
memperhatikan kecukupan gizi anak agar tumbuh kembangnya optimal. Salah satu
upaya pemenuhan gzi itu adalah dengan memberikan susu pada anak.
Sayangnya kerap terjadi kesalahan
persepsi orang tua karena iklan. Dengan mudahnya orangtua memberikan kental
manis pada bayi dan balitanya.
Padahal, kental manis yang biasa juga
disebut sebagai susu kaleng ini bukanlah susu. Bahkan, kental manis menjadi salah
satu faktor penyebab stunting, diabetes, dan permasalahan gizi.
Baca juga: 5 Kebiasaan Baik Untuk Menjaga Imunitas Tubuh Anak
Bidan dan Masyarakat
Dalam mengawal 1000 HPK ini, bidan memiliki
peranan penting. Umumnya di masyarakat kita, memeriksakan kehamilan ya ke
bidan. Begitu juga ketika melahirkan dan mengimunisasi si kecil.
Termasuk saya. Dua kali hamil, periksa rutinnya ya ke bidan. Imunisasi-imunisasi juga selalu di bidan. Bingung-bingung dikit juga konsulnya ke bidan. Mungkin karena umumnya bidan itu perempuan, ya. Jadi merasa lebih nyaman.
Entah apa jadinya kalau bidan tidak
teredukasi dengan baik tentang 1000 HPK ini. Atau teredukasi tapi tak bisa menyampaikannya
dengan baik kepada masyarakat.
Untuk mengedukasi bidan itulah hari Kamis 11 Agustus 2022 Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengadakan seminar.
![]() |
Para narasumber seminar. (Foto: Nchie Hanie) |
Seminar itu bertema Penguatan Peran Edukasi
Bidan untuk Masyarakat dalam Rangka Mencegah Terjadinya Gizi Buruk.
Penyelanggaraannya dilakukan secara
hybrid. Sekitar 100 bidang hadir langsung di Fave Hotel Bandung, sedangkan
lebih dari 2.000 bidan mengikuti secara online.
Peran Bidan dalam Mencegah Gizi Buruk
Indonesia masih mempunyai banyak permasalahan
di bidang kesehatan. Termasuk masalah gizi, baik itu gizi kurang (stunting)
maupun gizi lebih (obesitas).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 menargetkan prevalensi stunting sebesar 14%. Namun,
survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menunjukkan prevalensi stunting
di angka 24,4%.
“Bidan berperan penting dalam
mencegah gizi buruk melalui posyandu, fasilitas kesehatan, atau edukasi di
masyarakat,” ujar dr. Berli Hamdani, Staf Ahli Gubernur Jawa Barat, saat memberikan
sambutan.
Masalah stunting ini bukannya baru
terjadi setelah bayi masuk ke masa MPASI. Stunting sudah berlangsung sejak janin
di dalam kandungan, bahkan sejak sang ibu masih remaja putri.
Remaja putri yang kurang literasi
gizi kelak akan menjadi ibu. Jika masih saja kekurangan gizi pada saat hamil,
janin dalam kandungannya pun akan terdampak.
“Kondisi psikologis seperti cemas dan
depresi juga bisa mengakibatkan stunting,” ujar Khalida Yurahmi, psikolog klinis
dewasa.
Mengelola stres untuk hidup lebih baik memang perlu banget dilakukan ya, Bun.
Di sinilah bidan berperan penting
untuk mengedukasi masyarakat secara terus-menerus. Kenapa bidan? Ya karena bidan
sangat dekat dengan masyarakat.
“Bidan merupakan tenaga profesional
dan lini terdepan yang bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat,” ujar Eva Riantini, Ketua IBI Provinsi Jawa Barat.
Pasal 46 Undang-Undang No. 4 Tahun
2019 menegaskan bahwa tugas bidan meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak,
reproduksi perempuan, serta keluarga berencana.
“Bidan juga menjadi fasilitator bagi
keluarga untuk mencegah dan menangani stunting sejak dini, terutama pada masa
1000 HPK,” lanjut Eva.
Lalu, apa saja yang harus dilakukan bidan dalam mencegah stunting ini?
![]() |
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, SE., MM. |
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, mengingatkan para bidan agar melakukan hal-hal berikut ini:
- Memastikan pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil.
- Memastikan ibu melakukan inisiasi menyusui dini, kemudian memberikan ASI hingga saatnya MPASI kelak.
- Menginformasikan kepada ibu, makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh anak.
- Tidak membiarkan masyarakat memberikan kental manis sebagai minuman susu untuk balita, atau memasukkan kental manis ke menu MPASI
Kental Manis Penyebab Masalah Gizi
Kental manis yang selama ini dikenal
masyarakat sebagai susu kental manis bukan pengganti ASI.
Masyarakat kita, dari generasi ke
generasi, telanjur menganggap kental manis sebagai susu. Apalagi yang berwarna
putih.
Tak heran jika banyak orangtua dengan
ringannya membuatkan minuman kental manis untuk anak atau cucunya setiap hari. Padahal,
kandungan gizi kental manis jauh berbeda dibandingkan susu.
Kalsium dan protein pada kental manis
lebih rendah dibandingkan susu segar atau susu bubuk. Di sisi lain, kandungan gula
pada kental manis jauh lebih tinggi.
“Temuan di Jawa Barat, dua dari sepuluh
anak minum kental manis setiap hari,” ujar Arif
Hidayat. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada orangtua yang memberikan
anaknya kental manis sampai tiga kaleng sehari.
Apakah dengan begitu kebutuhan
gizinya tercukupi?
Tidak. Yang ada malah kekurangan gizi.
Konsumsi gula yang berlebihan akan membuat anak tidak nafsu makan atau
mengalami gangguan pola makan.
Selain itu, mengonsumi gula berlebih
meningkatkan risiko mengidap berbagai penyakit tidak menular. Mulai dari merusak gigi, hingga
obesitas, diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal, hingga menghambat
pertumbuhan.
Arif juga mengungkapkan data lain
yang tak kalah membuat miris. Dari survei di Kabupaten Bekasi ditemukan bahwa
81% ibu hamil mengonsumsi kental manis.
Bidan yang berada di garda terdepan
harus cepat tanggap. Sebagai langkah pertama, bidan harus meluruskan
pemahamannya sendiri tentang kental manis.
Jangan sampai bidan malah merekomendasikan
ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak untuk meminum kental manis.
“Bidan harus memahami peraturan peraturan
seputar kesehatan, terutama masalah gizi,” ujar dr. Alma Lucyati dari PDUI Jawa
Barat.
![]() |
dr. Alma Lucyati, M.Kes, M.Si, MH.Kes. dari PDUI Jawa Barat. |
Susu Untuk Anak
Lalu, susu apa yang sebaiknya
dikonsumsi oleh anak agar kebutuhan gizinya tercukupi?
Anak harus minum susu untuk anak
karena kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan anak.
Yang terbaik tentu saja ASI. ASI
eksklusif bagi bayi 0-6 bulan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan hingga anak
berusia 2 tahun.
Jika sudah berusia di atas 1 tahun, anak
dapat diberikan susu pertumbuhan, susu sapi segar, susu UHT, atau susu kedelai.
Susu kaleng alias kental manis tidak
diberikan sebagai minuman. Kental manis dapat digunakan sebagai toping pada
makanan. Misalnya martabak manis, pancake, atau pie.
Maman Suherman, pegiat literasi yang
juga menjadi narasumber dalam seminar ini, mengingatkan para bidan untuk selalu
membaca label kemasan produk. Termasuk produk susu.
![]() |
Maman Suherman, penulis dan pegiat literasi |
Selain itu, literasi gizi di kalangan
ibu rumah tangga pun harus dilakukan.
Kental manis bukanlah susu pengganti
ASI. Kental manis pun tidak bisa menggantikan susu dalam memenuhi kebutuhan
anak akan gizi.
Kental manis mungkin lebih murah
daripada susu UHT atau susu bubuk. Namun, dampak kesehatan yang ditimbulkannya
sangat serius.
Stop stunting. Kita ciptakan generasi
emas berkualitas tinggi dengan mencukupi kebutuhan gizinya sejak dini. Percaya deh Bun, sehat adalah nikmat yang luar biasa.
Salam,
Triani Retno A
Kental manis bukan susu, bukan pengganti ASI
BalasHapus