Ini Resolusiku. Apa Resolusimu?


Resolusi tahun baru


Resolusi saya tahun 2018?  Tentu saja saya punya. Mau tahu resolusi saya? Well, ini dia.

Menulis dan menerbitkan 30 buku baru yang semuanya menjadi bestseller internasional dan difilmkan. Mengajar bahasa Indonesia di Timbuktu. Selfie  sambil memeluk emas di puncak Monas. Jadi Ketua DPR menggantikan yang sekarang.

Keren banget nggak sih… bohongnya? Hehehe….

Resolusi yang Membumi dan Realistis

Resolusi di atas sungguh hoax. Selfie di puncak Monas? Olala…. Melihat foto teman-teman berpose di berbagai spot tinggi The Lodge Maribaya saja kaki saya sudah gemetar. Iya, saya takut ketinggian.

Itu resolusi yang tidak masuk akal bagi saya. Begitu juga dengan resolusi 30 buku terbit dan difilmkan, mengajar di Timbuktu, dan menjadi Ketua DPR.

Bagi saya, resolusi haruslah membumi dan logis. Yang mungkin terwujud tanpa membuat saya stres. Yang mungkin saya raih tanpa mengorbankan kesehatan jiwa raga saya. 

Memasang resolusi yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuan diri bisa-bisa malah membuat saya tertekan sepanjang tahun. Resolusi ketinggian begitu ibarat jargon nafsu besar tenaga kurang. 

Resolusi dan kemampuan menggapainya
Resolusi harus logis. Setidaknya bagi saya.

Ini Resolusi Saya

Lalu, apa resolusi saya sebenarnya?  Secara garis besar, resolusi saya untuk tahun 2018 hanya tiga.

Resolusi yang ingin dicapai
Resolusi saya tahun 2018.

Tuh, nggak ada mengajar di Timbuktu, kan? Hehe….


Membuka Lebih Banyak Kelas Menulis Online

Ceritanya begini. Selama bertahun-tahun saya menolak membuka kelas menulis online. Kalau ada yang minta, saya malah menunjukkan supaya ikut kelas si ini dan si itu yang saya tahu betul kapasitasnya.

Tapi beberapa bulan belakangan ini tiba-tiba saya dapat hidayah. Terpikir serius untuk membuka kelas menulis online. Pemicu utamanya adalah meninggalnya seorang penulis yang sangat dekat dengan saya. 

Berduka berbulan-bulan (sekarang juga masih, sih), lalu berpikir: “Kalau saya meninggal nanti, apa yang saya bawa, ya?”

Iya, sudah bertahun-tahun saya sering share tentang kepenulisan di blog ini, dari masalah teknis sampai pajak royalti dan pengurusan hak waris jika penulis  meninggal dunia.

kelas menulis online
Penulis harus sehat dan bermanfaat.


Tapi mendadak saya merasa itu nggak cukup. Saya merasa harus melakukan lebih banyak lagi. Medianya tidak cukup lagi sekadar menulis di blog. Harus berupa kelas menulis. 

Desember 2017 saya membuka kelas online perdana. Menovelkan Kisah Hidup Batch 1.  Lega? Ternyata beluuum...!

Tahun 2018, selain membuka Kelas Menovelkan Kisah Hidup Batch 2, saya berencana membuka kelas yang lain. 

Mungkin kelas menulis nonfiksi, mungkin kelas lainnya. Atau bisa jadi menggandeng rekan yang jago dalam bidang penulisan yang tidak saya kuasai

Dan tahukah, Teman, itu rasanya seperti berpacu dalam melodi dengan waktu. 

Dengan sisa waktu yang entah berapa lama lagi, saya berharap bisa memberikan ilmu dan pengalaman menulis saya sejak tahun 1995 pada sebanyak mungkin orang.


Konsisten Menulis Buku

Ini harus masuk ke resolusi tahun baru saya. Dua belas buku saya yang terbit di Mizan dan Quanta Kids tahun 2017 adalah hasil kerja tahun 2016. 

Tahun 2017 saya hanya menulis satu naskah (masih proses terbit). Saya lebih sering menulis di blog. 

Menulis buku, bagaimana pun, memiliki target dan tujuan yang berbeda dibandingkan menulis blog. Tantangannya pun berbeda.

Target menulis berapa buku? Sebanyak yang saya bisa lakukan dengan hati riang.


Menjadi Lebih Sehat

Awal 2017, sahabat saya panik ketika melihat saya tiba-tiba sesak napas saat sedang mengisi acara. Untung moderator sigap mengambil alih.

“Ya ampuuun! Gue kira lu becanda doang waktu bilang sering sesak napas kalo kebanyakan bicara,” kata teman saya.

Hehehe… begitulah. Ngobrol panjang sama anak-anak di rumah pun sering mendadak terganggu oleh sesak napas. 

Tahun 2018 ini sepertinya harus lebih sering berlatih pernapasan (saya sampai nodong Mbak Ayu, blogger juga, buat mengajarkan mudra untuk mengatasi sesak napas) dan menghirup udara segar.

mengatasi sesak napas
Posisi mudra untuk mengatasi sesak napas.

Memulihkan Kesehatan Bersama Theragran-M

Selain sesak napas, yang sering mengganggu saya adalah sakit mag dan tifus. Eheuheu… saya sampai dimarahi dokter karenanya. 

Kalau sampai kena tifus, pemulihannya itu yang bisa lama. Istirahat paling tidak satu bulan. Bandel? Si tifus bisa balik lagi. 

Pernah sih saya bandel gitu karena telanjur terikat jadwal kerja. Padahal badan masih lemas, masih terasa dingin dan gemetar. 

Yeah, bisa ditebak, kan? Saya sakit lagi. Heuheu… atuhlah kalau sakit jangan lama-lama!

Yang terbaik memang beristirahat sampai pulih. Mengurangi aktivitas. Merilekskan pikiran. Membaca novel-novel yang selama ini tak tersentuh karena kesibukan kerja. 

Bila perlu, mengonsumsi vitamin untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit. Theragran-M menjadi pilihan.

Theragran-M menjaga kesehatan
Resolusi sehat 2018 bersama Theragran-M.

Theragran-M ini vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan setelah sakit. 

Setiap tablet salut gula Theragran-M , mengandung 10 vitamin (A, B1, B3, B3, B5, B6, B12, C, D3, dan E) serta 6 mineral (Iodium, Besi, Tembaga II, Mangan II, Magnesium, dan Zinc). Cukup diminum satu tablet sehari atau sesuai anjuran dokter. 

Kalau tubuh sehat, resolusi yang dicanangkan pun akan lebih mudah digapai.

Kalau tubuh sehat, bekerja pun bisa lebih maksimal dan memberikan hasil terbaik.

Kalau tubuh sehat, lebih ringan beribadah, lebih bisa membahagiakan keluarga, dan lebih bermanfaat luas bagi sesama.

Nah, itu resolusi saya untuk tahun 2018. Apa resolusimu?


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Theragran-M.

Update: artikel ini menjadi Juara 2 dalam Lomba Blog Theragran-M dan BPN.


Salam,
Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.