SMA 79 Bandung Itu di Mana, Sih?

Kota Bandung

Kita ngobrol tentang lokasi dalam cerita fiksi, yuk. Kalau kita menulis fiksi seperti cerpen atau novel, apa lokasinya harus benar-benar ada?

Tidak harus, kok. Boleh benar-benar ada, boleh karangan kita sendiri. 

Memangnya boleh, ya, mengarang-ngarang tempat?

Tentu saja boleh. Kenapa tidak? Kita kan sedang menulis cerita fiksi. Jadi, sah-sah saja jika kita membuat negara sendiri, membangun kota sendiri, mendirikan sekolah, mal, dan rumah sakit sendiri, dan sebagainya.

Paling mudah dilihat sih pada cerita-cerita fantasi semisal Harry Potter atau The Chronicles of Narnia, ya. Tapi kita juga boleh kok mengarang-ngarang lokasi sendiri untuk cerita fiksi realitas. Kalau perlu, buat peta untuk lokasi di dalam ceritamu.


Lokasi yang Benar-Benar Ada

Kalau mau pakai lokasi yang benar-benar ada, apa boleh?

Boleh saja. Di novel saya It's Not A Dream, ada kota Bandung. Di novel serial Balada Si Roy (karya Gol A Gong) ada kota Serang. Di novel Are You Afraid of The Dark (karya Sidney Sheldon) ada kota New York, Denver, Paris, dan Berlin.

Namun, saya pribadi memberi batasan sendiri untuk lokasi yang benar-benar ada ini.
  • Jika lokasinya semakin spesifik, sebaiknya pakai lokasi fiktif saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya alamat rumah.

    Percaya atau tidak, ada saja lho pembaca novel yang menganggap apa yang tertulis di dalam novel adalah 100% kisah nyata. Repot juga kalau tiba-tiba ada yang datang ke rumah dan mencari tokoh khayalan kita itu.

  • Jika lokasi itu dipakai untuk kejadian yang negatif, semisal pembunuhan, bunuh diri, atau markas sindikat narkoba, lebih baik karang saja lokasinya. Jika itu terjadi di kamar hotel, bikin saja sendiri hotel tersebut. Tak usah memakai nama hotel yang sudah ada. 

    Ambil amannya saja. Berabe kalau pihak
    hotel tersebut berkeberatan nama hotelnya dipakai untuk peristiwa pembunuhan sadis. Urusannya bakal panjang kalau sampai dituduh melakukan pencemaran nama baik.

SMA 79 Bandung

Kebanyakan novel saya berlokasi di Bandung. Sebut saja misalnya Limit, It's Not A Dream, Dimensi, Kayla Twitter Kemping, serta noomic Cermin dan The Shy

Lebih spesifik lagi, tokoh utama dalam It's Not A Dream tinggal di Ujung Berung. Bagi yang belum tahu, Ujung Berung benar-benar ada. Ini adalah nama sebuah kecamatan di Bandung Timur.

Tentang teknik menulis fiksi, saya tulis juga di blogpost ini:


Namun, untuk sekolah si tokoh, saya memilih membuat sendiri. Jadilah si Keira, Aldi, dan Zhafira bersekolah di SMA 215 Bandung (novel Dimensi). Kayla dan Dion cs di SMA 303 (novel Kayla Twitter Kemping). Fayya, Kriesta, dan Elvin di SMA 74 Bandung (novel It's Not A Dream). Keala dan Eizel di SMA 79 Bandung (novel Limit).


Lokasi dalam cerita fiksi
Tak perlu berkeliling Bandung untuk mencari SMA-SMA dalam novel-novel saya ini. Semua SMA dalam novel saya itu fiktif adanya.


Tak usah membuang-buang waktu untuk mencari letak SMA-SMA tersebut. Tidak akan menemukannya. 

Sebagai informasi, sesungguhnya SMA Negeri di Bandung hanya sampai SMAN 27, plus 2 Madrasah Aliyah Negeri (MAN). SMAN 28 Bandung saja tidak (belum) ada, apalagi SMAN 79 Bandung dan SMAN 215 Bandung. Hehehe....

Sebagai penulis buku saya merasa lebih nyaman "menyekolahkan" tokoh-tokoh novel saya di sekolah buatan saya sendiri. Saya bisa membuat tata letak dan fasilitas sekolah sesuka saya. Bisa bikin ekskul sekehendak hati saya.

Jadi, yaa... saya hanya tersenyum-senyum gimanaaa gitu sewaktu membaca komentar seorang pembaca yang bernada marah-marah. "Ini penulisnya gimana, sih? Masa nggak riset dulu? Di Bandung mana ada SMA 79. Please, deh. Lebih cerdas dong kalau nulis novel!"

Ya, senyum sajalah. Yang saya tulis adalah novel, bukan reportase, autobiografi, atau setidaknya novel biografi yang tempat-tempatnya memang harus benar-benar nyata.


Salam,

Triani Retno A

Penulis buku anak, novelis, editor freelance.

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.