
"Sudah punya investasi apa?" Sekitar satu tahun belakangan ini pertanyaan tersebut mengusik saya. Sebelumnya, dalam pemikiran awam saya menabung di bank kan investasi masa depan juga.
Jadi, saya tenang-tenang saja. Saya masih bisa rutin menabung meski harus mengencangkan stagen.
Lama-kelamaan saya mulai ragu dengan pemikiran saya itu. Lebih-lebih setelah membaca tulisan para perencana keuangan serta beberapa kali mengikuti acara yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Di antaranya:
Jadi, saya tenang-tenang saja. Saya masih bisa rutin menabung meski harus mengencangkan stagen.
Lama-kelamaan saya mulai ragu dengan pemikiran saya itu. Lebih-lebih setelah membaca tulisan para perencana keuangan serta beberapa kali mengikuti acara yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Di antaranya:
Menabung di bank memang dianjurkan. Namun, jika melihat inflasi yang terus menggerus nilai rupiah, berarti harus melakukan cara lain juga. Cara itu adalah dengan melakukan investasi. Tepatnya, investasi yang bisa melawan inflasi.
Simpelnya gini, nih. Sewaktu saya hamil anak pertama tahun 2001-2002, martabak keju di pinggir jalan dekat tempat tinggal saya bisa dibeli dengan harga Rp 5.000,- Martabak dan kejunya sama-sama tebel. Saya cukup sering beli martabak itu selama hamil.
Tahun 2016 ini, dengan uang Rp 5.000,- saya nggak bisa beli martabak keju itu lagi. Martabak itu baru bisa dibeli dengan uang Rp 20.000.
Martabak keju ini bikin saya makin serius mikir. Katakanlah saya sekarang punya tabungan 20 juta buat biaya kuliah si sulung.
Ketika tiba waktunya dia kuliah empat tahun lagi, uang itu eh… cukup nggak? Jangan-jangan seperti si martabak keju, nih. Nggak bisa lagi dibeli dengan uang senilai yang dulu.
Pengalaman saya dalam urusan keuangan saya tuangkan dalam beberapa tulisan, di antaranya:
Inflasi dan Martabak Keju
Dalam Kamus Istilah Ekonomi dan Bisnis, inflasi didefinisikan sebagai tingkat kenaikan harga umum secara terus-menerus dalam periode tertentu.Simpelnya gini, nih. Sewaktu saya hamil anak pertama tahun 2001-2002, martabak keju di pinggir jalan dekat tempat tinggal saya bisa dibeli dengan harga Rp 5.000,- Martabak dan kejunya sama-sama tebel. Saya cukup sering beli martabak itu selama hamil.
Tahun 2016 ini, dengan uang Rp 5.000,- saya nggak bisa beli martabak keju itu lagi. Martabak itu baru bisa dibeli dengan uang Rp 20.000.
Martabak keju ini bikin saya makin serius mikir. Katakanlah saya sekarang punya tabungan 20 juta buat biaya kuliah si sulung.
Ketika tiba waktunya dia kuliah empat tahun lagi, uang itu eh… cukup nggak? Jangan-jangan seperti si martabak keju, nih. Nggak bisa lagi dibeli dengan uang senilai yang dulu.
Pengalaman saya dalam urusan keuangan saya tuangkan dalam beberapa tulisan, di antaranya:
![]() |
Pinjem gambar martabak keju dari www.martabakborneo.com. |
Dulu SPP kuliah saya Rp 120.000,- per semester (Rp 150.000,- kalau dalam semester itu ada praktikum). Sekarang? Biaya kuliah yang berjuta-juta per semester di kampus saya dulu bikin perut mules seketika. Mahal amaaat.
Mau tidak mau saya harus memikirkan alternatif lain. Saya harus tetap bisa menabung untuk biaya kuliah anak-anak dengan catatan nilai tabungan saya itu bisa melawan inflasi.
Pertanyaannya sekarang, apa yang bisa seperti itu?
Produk investasi hasil pasti (fixed income investment). Yang termasuk investasi jenis ini misalnya adalah deposito dan tabungan di bank. Keuntungannya kecil tapi pasti.
Produk investasi pertumbuhan (growth income investment). Yang termasuk investasi jenis ini misalnya saham, emas, dan rumah. Investasi ini lebih berisiko tetapi keuntungannya juga lebih besar.
Bicara soal keuntungan, saya sih nggak melihat dari bunga (kecuali kalau itu bunga cinta di hatimu #eh). Saya lebih melihat daya tahannya.
Seperti yang di atas tadi itu, lho. Tahun 2002 uang lima ribu masih bisa beli satu wajan martabak keju yang uenak, eh tahun 2016 cuma bisa dapat seperempatnya (tapi kaaan… si martabak keju itu nggak boleh dibeli sepotong-sepotong).
Jadi, saya mencoba melirik investasi jenis kedua. Yang terpikir pertama kali adalah investasi rumah kos.
Pertimbangan saya simpel. Ketersediaan tanah terbatas sedangkan kebutuhan manusia akan tempat tinggal terus ada, bahkan terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Artinya, kalau saya investasi rumah kos sekarang, di masa depan harganya akan naik.
Sayangnya, membeli rumah kos tak semudah membeli pulsa di konter hape. Lebih-lebih, saya bukan karyawan tetap di sebuah kantor. Jadi, mari berpikir lagi. Cari alternatif lain.
Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin tinggi pula kenaikan harga emas, bahkan sering lebih tinggi daripada inflasi
Sebenarnya dulu-dulu saya pernah memikirkan hal ini. Investasi emas. Yang sering saya lihat adalah investasi perhiasan emas.
Ah, saya tidak tertarik. Selain tidak suka perhiasan emas, menyimpan emas di rumah sangat berisiko. Trus, gimana dong?
Pucuk dicinta ulam tiba. Ketika saya ikut Roadblog Excite Indonesia 10 Cities di Bandung tanggal 14 Mei 2016, Pegadaian memperkenalkan salah satu produk mereka yaitu Tabungan Emas.
Tabungan Emas adalah layanan penjualan dan pembelian emas dengan fasilitas titipan.
Olala! Saya kira Pegadaian cuma buat menggadaikan emas dan barang berharga lainnya.
Untuk urusan emas-emas, selain gadai emas dan Tabungan Emas, juga ada Mulia (yaitu penjualan emas batangan kepada masyarakat secara tunai dan angsuran). Namun, yang menjadi fokus di sini adalah Tabungan Emas.
Ketika kita menabung di Tabungan Emas, itu berarti kita membeli emas. Emas yang kita beli itu nggak perlu kita bawa pulang. Emas itu kita titipkan alias kita tabung di Pegadaian.
Kalau nanti kita butuh uang, kita bisa mengambil tabungan kita alias menjual emas yang kita miliki di Tabungan Emas, minimal seberat 1 gram.
Mau mencetaknya dalam bentuk emas batangan juga bisa, tapi minimal mesti 5 gram.
Mau tidak mau saya harus memikirkan alternatif lain. Saya harus tetap bisa menabung untuk biaya kuliah anak-anak dengan catatan nilai tabungan saya itu bisa melawan inflasi.
Pertanyaannya sekarang, apa yang bisa seperti itu?
Investasi Melawan Inflasi
Kata Safir Senduk dalam buku yang saya baca, produk investasi digolongkan menjadi dua macam.Produk investasi hasil pasti (fixed income investment). Yang termasuk investasi jenis ini misalnya adalah deposito dan tabungan di bank. Keuntungannya kecil tapi pasti.
Produk investasi pertumbuhan (growth income investment). Yang termasuk investasi jenis ini misalnya saham, emas, dan rumah. Investasi ini lebih berisiko tetapi keuntungannya juga lebih besar.
Bicara soal keuntungan, saya sih nggak melihat dari bunga (kecuali kalau itu bunga cinta di hatimu #eh). Saya lebih melihat daya tahannya.
Seperti yang di atas tadi itu, lho. Tahun 2002 uang lima ribu masih bisa beli satu wajan martabak keju yang uenak, eh tahun 2016 cuma bisa dapat seperempatnya (tapi kaaan… si martabak keju itu nggak boleh dibeli sepotong-sepotong).
Jadi, saya mencoba melirik investasi jenis kedua. Yang terpikir pertama kali adalah investasi rumah kos.
Pertimbangan saya simpel. Ketersediaan tanah terbatas sedangkan kebutuhan manusia akan tempat tinggal terus ada, bahkan terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Artinya, kalau saya investasi rumah kos sekarang, di masa depan harganya akan naik.
Sayangnya, membeli rumah kos tak semudah membeli pulsa di konter hape. Lebih-lebih, saya bukan karyawan tetap di sebuah kantor. Jadi, mari berpikir lagi. Cari alternatif lain.
Menabung Emas Melawan Inflasi
Alternatif berikutnya adalah menabung emas. Harga emas relatif stabil. Bahkan, ahli ekonomi mengatakan bahwa harga emas berbanding searah dengan inflasi.Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin tinggi pula kenaikan harga emas, bahkan sering lebih tinggi daripada inflasi
Sebenarnya dulu-dulu saya pernah memikirkan hal ini. Investasi emas. Yang sering saya lihat adalah investasi perhiasan emas.
Ah, saya tidak tertarik. Selain tidak suka perhiasan emas, menyimpan emas di rumah sangat berisiko. Trus, gimana dong?
Pucuk dicinta ulam tiba. Ketika saya ikut Roadblog Excite Indonesia 10 Cities di Bandung tanggal 14 Mei 2016, Pegadaian memperkenalkan salah satu produk mereka yaitu Tabungan Emas.
Tabungan Emas adalah layanan penjualan dan pembelian emas dengan fasilitas titipan.
Olala! Saya kira Pegadaian cuma buat menggadaikan emas dan barang berharga lainnya.
Untuk urusan emas-emas, selain gadai emas dan Tabungan Emas, juga ada Mulia (yaitu penjualan emas batangan kepada masyarakat secara tunai dan angsuran). Namun, yang menjadi fokus di sini adalah Tabungan Emas.
Ketika kita menabung di Tabungan Emas, itu berarti kita membeli emas. Emas yang kita beli itu nggak perlu kita bawa pulang. Emas itu kita titipkan alias kita tabung di Pegadaian.
Kalau nanti kita butuh uang, kita bisa mengambil tabungan kita alias menjual emas yang kita miliki di Tabungan Emas, minimal seberat 1 gram.
Mau mencetaknya dalam bentuk emas batangan juga bisa, tapi minimal mesti 5 gram.
![]() |
Tabungan emas nantinya bisa dicetak jadi emas batangan seperti ini. |
Syarat
bikin Tabungan Emas ini juga mudah banget. Cukup mengisi formulir yang
disediakan, membawa bukti identitas diri (KTP/SIM/Paspor), membayar biaya administrasi
Rp 5.000, plus membayar biaya pengelolaan rekening selama satu tahun sebesar Rp 30.000. Udah, deh. Gampang banget.
Oke, buka
Tabungan Emasnya gampang. Bagaimana dengan menabungnya? Apa harus minimal
seharga satu gram emas? Duh, duitnya dari mana, Beiiib?
Eh, ternyata
enggak! Pegadaian benar-benar menawarkan cara mudah dan terjangkau untuk
berinvestasi emas.
Minimal setoran di Tabungan Emas Pegadaian cuma Rp 5.000. Artinya, dengan Rp 5.000,- saja kita udah bisa punya emas.
Minimal setoran di Tabungan Emas Pegadaian cuma Rp 5.000. Artinya, dengan Rp 5.000,- saja kita udah bisa punya emas.
Memang
jumlahnya kecil. Kalau 1 gram emas = Rp 500.000,- dengan uang Rp 5.000,- kita
cuma bisa membeli 0,01 gram emas.
Tapi kalau yang kecil-kecil itu kita rutinkan, nantinya akan banyak juga, kan? Dan yang penting, nilainya nggak akan terkapar di-KO oleh inflasi.
Tapi kalau yang kecil-kecil itu kita rutinkan, nantinya akan banyak juga, kan? Dan yang penting, nilainya nggak akan terkapar di-KO oleh inflasi.
Tabungan Emas Pegadaian
Setelah
mendapat pencerahan langsung dari Pegadaian di acara Roadblog itu, saya
langsung deh buka Tabungan Emas. Kebetulan banget di arena Roadblog ada booth
Pegadaian.
Di booth
itu juga saya nanya-nanya lagi. Maklum, tujuan saya kan untuk investasi, bukan
gaya-gayaan doang. Hari gini kebanyakan gaya mah… bisa-bisa cuma nambah beban
hidup.
Seperti
halnya menabung di bank, di Pegadaian Tabungan Emas ini kita juga mendapat buku
tabungan.
Berhubung saya buka tabungannya bukan di kantor Pegadaian, buku tabungan itu harus saya ambil di kantor Pegadaian Jl. Pungkur No. 125 Bandung.
Kalau kita buka tabungannya di kantor Pegadaian, ya langsung jadi dan diambil di kantor tersebut.
Berhubung saya buka tabungannya bukan di kantor Pegadaian, buku tabungan itu harus saya ambil di kantor Pegadaian Jl. Pungkur No. 125 Bandung.
Kalau kita buka tabungannya di kantor Pegadaian, ya langsung jadi dan diambil di kantor tersebut.
![]() |
Ngambil buku Tabungan Emas di customer service Pegadaian Jl. Pungkur 125 |
Sekarang, buku Tabungan Emas sudah di tangan. Untuk menabung selanjutnya, saya tak perlu jauh-jauh ke Jl. Pungkur. Saya bisa menabung di kantor cabang Pegadaian terdekat dari rumah saya.
Sementara itu, kalau untuk mengecek saldo atau harga emas terkini, bisa dilakukan secara online.
Masalah saya yang bingung mencari investasi yang bisa mengalahkan inflasi. Masalah saya yang ingin berinvestasi tetapi berpenghasilan tak pasti.
Dengan cara yang mudah dan murah saya bisa mulai menabung emas. Aman, pula, karena dikelola oleh BUMN yang berpengalaman dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Sementara itu, kalau untuk mengecek saldo atau harga emas terkini, bisa dilakukan secara online.
![]() |
Cek saldo secara online. |
Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah
Pegadaian Emas membantu menyelesaikan masalah saya. Masalah saya yang galau karena nilai tabungan rupiah saya semakin lama kok terasa semakin tak berarti.Masalah saya yang bingung mencari investasi yang bisa mengalahkan inflasi. Masalah saya yang ingin berinvestasi tetapi berpenghasilan tak pasti.
Dengan cara yang mudah dan murah saya bisa mulai menabung emas. Aman, pula, karena dikelola oleh BUMN yang berpengalaman dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Aku juga punya Tabungan Emas di Pegadaian, Mbak. Kalau nabung uang di bank kadang gatel aja pengin ngambil.
BalasHapusAku mau ah kalo bisa nabung sedikit. Aku kan buruh pabrik borongan. Harus punya tabungan model gini.
BalasHapusTerima kasih untuk info ini. Baru tahu.
BalasHapusWaaaa menarik! Mau juga ahh buka tabungan emas ini. Makasih teeh��
BalasHapus