Geliat Perubahan dari Permukiman Padat Pasirluyu


KBA Pasirluyu Bandung
 
Bermukim di kota besar bisa jadi merupakan impian banyak orang. Berbagai kemudahan tersedia di depan mata. Lapangan pekerjaan, fasilitas kesehatan, akses pendidikan, dan sebagainya.
Nyatanya, kehidupan di kota tak selalu indah. Tak semua orang bisa mengecap kenikmatan hidup di kota. Tak sedikit yang harus bergelut dengan kerasnya kehidupan kota supaya bisa hidup layak. Bahkan, tak sedikit pula yang akhirnya tersisih.


Sebuah Sudut Kota Bernama Pasirluyu

Hari Minggu, 9 Desember 2018, saya berkunjung Kampung Berseri Astra (KBA) Pasirluyu. Kalau melintas di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, tepatnya di kawasan Mengger, sebenarnya kita sudah tak jauh dari tempat tersebut. Namun, kawasan padat penduduk itu tak terlihat dari jalan raya.
KBA Pasirluyu ini tersembunyi di balik gedung-gedung perkantoran yang berdiri megah di ruas jalan terpanjang di Bandung ini
Dari ruas jalan nasional yang lebar, saya berbelok ke Jalan Mengger Girang (di sebelah Graha Fortune). Setelah berjalan kaki sekitar satu kilometer (menurut Google Maps), tibalah saya di kawasan RW 08 tempat KBA Pasirluyu berada.  
Gang-gang kecil langsung menyapa pandangan saya. Juga menara sutet yang menjulang gagah di antara rumah-rumah penduduk. Di bawah menara sutet itu warga berlalu-lalang.
Rumah-rumah berdempetan, banyak yang tak memiliki halaman. Anak-anak kecil asyik bermain di jalan, berlari riang ke sana kemari, melintas di bawah menara sutet.

Menara sutet Pasirluyu
Menara Sutet di antara rumah-rumah warga.

Keramaian juga terlihat di Masjid Jami Al-Muslimin. Rupanya di sini sedang berlangsung Olimpiade Rumah Pintar Nurul Falah. Ada lomba kolase, menggambar, pidato, baca puisi, tahfidz Quran, azan, dan cerdas cermat. Anak-anak kecil, remaja, hingga ibu-ibu antusias mengikuti berbagai lomba.

Masjid Al-Muslimin
Masjid Jami Al-Muslimin di KBA Pasirluyu Bandung.

Rumah Pintar Astra Nurul Falah

“Olimpiade Rumah Pintar ini agenda rutin kami sejak tahun 2015,” ujar Pak Yayat Rustandi saat kami berjalan menuju Rumah Pintar di RT 06. Rumah Pintar ini diresmikan oleh Ibu Ani Yudhoyono pada tanggal 19 Mei 2014.
Gang kecil tempat Rumah Pintar ini berada pun ramai oleh anak-anak, pedagang jajanan, dan motor yang melintas.

Rimah Pintar Astra
Rumah Pintar Astra Nurul Falah, di gang sempit Pasirluyu.
 
Menempati sebuah bangunan wakaf berlantai dua, Rumah Pintar ini selalu ramai dari pagi hingga malam hari. Pagi hingga siang hari dipakai oleh 120 murid PAUD dan 12 guru. Pukul empat sore sampai pukul delapan malam dipakai oleh anak-anak usia SD hingga SMP untuk pengajian. Pada waktu-waktu tertentu juga ada seminar parenting.
Tak heran jika buku-buku yang berada di pojok baca (sentra buku) tak hanya untuk anak usia dini. Sekilas saya lihat ada banyak buku KKPK, juga ada buku Langkah Sejuta Suluh Merry Riana. 
 
Rumah pintar Pasirluyu
Ibu-ibu mengikuti lomba cerdas-cermat di Rumah Pintar Astra Nurul Falah.

Meski terletak di gang sempit, Rumah Pintar ini berusaha membuka wawasan anak-anak. Selain pojok baca, Rumah Pintar juga dilengkapi dengan empat unit komputer.
Sekali dalam seminggu anak-anak PAUD belajar dengan menggunakan komputer. Menonton cerita atau bermain game edukatif.
Ruangan kelas di Rumah Pintar ini ternyata multifungsi. Saat jam olahraga, para guru menyingkirkan perabotan ke sisi kelas.
“Tidak ada fasilitas umum berupa lapangan di sini,” ucap Pak Yayat. “Anak-anak PAUD kalau berolahraga senam ya di dalam kelas.”
“Kadang-kadang saja anak-anak dibawa berjalan-jalan atau berolahraga di tanah lapang,” timpal Bu Yati, guru PAUD.
Tanah lapang yang dipakai berolahraga itu bukanlah fasilitas umum. Itu hanyalah tanah kavling yang masih kosong.
“Kalau nanti di tanah itu dibangun rumah yaaa … kami tidak punya tempat lagi untuk anak-anak berolahraga,” lanjut Bu Yati.


PAUD Pasirluyu
Bu Yati, Guru PAUD di Rumah Pintar KBA Pasirluyu.
 

Kampung Berseri Astra (KBA)

Kampung Berseri Astra (KBA) adalah program Corporate Social Responsibilty (CSR) PT Astra Internasional.
Menurut Pak Ogi Sugana, Personalia PT Astra International Daihatsu Sales Operation, saat ini ada 113 KBA di Indonesia. Sebanyak 77 KBA sudah aktif, selebihnya masih dalam tahap persiapan.
“Tujuan KBA adalah untuk memberdayakan potensi yang ada di daerah atau kampung  agar menjadi kampung yang maju dan mandiri,” tutur Pak Ogi. “Untuk itu ada empat pilar KBA, yaitu pendidikan, kesehatan, kewirusahaan, dan lingkungan.”
Infografis KBA Pasirluyu
Infografis KBA Pasirluyu Bandung.

Lebih lanjut Pak Ogi menjelaskan bahwa Astra memberikan pendampingan dan pelatihan untuk setiap pilar itu. Masing-masing memiliki target sendiri. 
Pilar pendidikan, misalnya, menargetkan tidak ada anak yang putus sekolah di tingkat pendidikan dasar. Demikian pula dengan pilar kesehatan dan lingkungan. Untuk pilar kewirausahaan, semangat wirausaha masyarakat pun terus ditumbuhkan.
“Kita berharap lingkungan masyarakat jadi sehat. Warganya sehat sehingga bisa produktif, terampil, bisa berwirausaha, dan mempunyai daya saing untuk diserap menjadi tenaga kerja. Bisa mempunyai penghasilan dan bisa memenuhi kebutuhan pokok,” ungkap Pak Ogi.


Gerak Perubahan KBA Pasirluyu

Rumah Pintar Nurul Falah yang saya kunjungi ini merupakan pilar pendidikan dari KBA Pasirluyu. Tidak hanya memberikan pendidikan pada anak-anak usia dini, tetapi juga untuk warga yang berusia remaja dan dewasa.
Untuk pilar kesehatan, posyandu dan posbindu lansia di KBA Pasirluyu memiliki kegiatan andalan. Ada pijat bayi, pemeriksaan tensi dan gula darah, serta pemeriksaan refleks motorik lansia. Untuk itu, para kader posyandu dan posbindu mendapat pelatihan dari Astra.
Pak Yayat dan pengurus KBA Pasirluyu memilih pijat bayi dengan pemikiran bahwa tidak semua orangtua paham mengenai pijat bayi. Sering kali ketika bayi menangis itu dikira karena lapar. Padahal, belum tentu. 

Posyandu
Posyandu KBA Pasirluyu Bandung.

Bayi bisa saja menangis karena merasa tidak nyaman. Memijat bayi dengan benar bisa memberikan rasa nyaman dan rileks pada bayi.
Bagaimana dengan pilar kewirausahaan?
Program kewirausahaan di KBA Pasirluyu ini sudah berjalan meski belum memuaskan. Berbagai pelatihan seperti membuat kue kering dan servis handphone pun pernah diadakan. Begitu juga dengan lomba berkreasi dari barang bekas.
Tujuannya tak lain untuk menemukan potensi, memberi bekal keterampilan, dan membuka peluang usaha. Namun, yang sekarang berjalan baru usaha laundry dan kriya.
“Pilar kewirausahaan dan lingkungan masih menjadi PR besar bagi kami,” ujar Pak Yayat.
Lelaki yang sehari-hari bekerja di sebuah perusahaan konsultan teknik itu kemudian bercerita tentang usaha KBA Pasirluyu melibatkan warga dalam program kebersihan dan penghijauan lingkungan.
Dulu, KBA Pasirluyu pernah melakukan biodigester. Sampah-sampah organik dikumpulkan dan diolah menjadi biogas dan pupuk cair.
Sayangnya biodigester di KBA Pasirluyu ini hanya bertahan satu tahun. Program biodigester ini terhenti karena ketiadaaan lahan dan kurangnya kesadaran warga untuk memilah sampah rumah tangga.
KBA Pasirluyu pernah pula melakukan program penghijauan. Namun, ini pun tak tahan lama. Tanaman yang ada malah mati karena tak dirawat.
Pak Yayat dan KBA Pasirluyu tak putus asa. Mereka terus berusaha menumbuhkan kepedulian warga pada lingkungan.
“Sekarang kami sedang mencoba vertikultur,” ujar Pak Yayat.
Vertikultur ini adalah usaha berkebun secara vertikal. Bentuk ini dinilai cocok dengan kondisi rumah-rumah warga di RW 08 Pasirluyu yang kebanyakan berhalaman sempit atau malah tidak memiliki halaman.
Geotextile
Vertikultur dengan mengguakan media tanam nonwoven geotextile. (Foto: Yayat Rustandi, KBA Pasirluyu)

Vertikultur dilakukan dengan menggunakan media tanam nonwoven geotextile. Yang ditanam adalah tanaman sayuran dan tanaman hias. Kali ini tidak dilakukan secara massal seperti program penghijauan dahulu.
KBA Pasirluyu memutuskan untuk melakukan proyek percontohan di satu RT. Jika sukses, barulah pelaksanaannya diperluas.
“Belum terlihat hasilnya karena baru saja dimulai,” Pak Yayat tertawa. 

Diharapkan, dengan vertikultur ini kelak warga dapat menikmati sayur-mayur dari kebun sendiri atau bahkan menjualnya.

KBA Tanpa Potensi Wisata Alam

Pak Yayat terdiam sejenak ketika saya bertanya tentang kemungkinan menjadikan KBA Pasirluyu ini sebagai tujuan wisata. 

KBA Pasirluyu berbeda dengan KBA-KBA lainnya. KBA Pasirluyu ini berada di permukiman padat perkotaan. Tidak ada potensi wisata alam di sini.
“Kami berpikir untuk mengangkat wisata budaya Sunda, bekerja sama dengan penggiat budaya Sunda. Jadi nanti pada hari-hari tertentu ada pertunjukan budaya Sunda. Juga ada yang berjualan makanan tradisional Sunda,” tutur Pak Yayat kemudian.
Mendengar penuturan Pak Yayat, terlintas di benak saya sebuah kampung wisata yang hijau dan asri serta sebuah kampung sentra industri kerajinan daur ulang dengan banyak spot yang instagramable. Di era digital sekarang, spot yang instagramable efektif untuk memancing wisatawan.
Hanya lintasan di benak. Tapi siapa tahu bisa terwujud, kan?

Terus Bergerak dan Berubah

Rencana-rencana untuk berubah ke arah yang lebih baik terus disusun. Pak Yayat dan para pengurus KBA Pasirluyu sadar betul bahwa tak mudah mendapat dukungan dan kerja sama mutlak dari 1.250 kepala keluarga di sini. Pro kontra pasti ada.
Seperti ketika menjalankan program biodigester dulu itu. Meskipun tujuannya untuk menciptakan lingkungan yang bersih sekaligus menghasilkan sumber energi alternatif, nyatanya ada saja yang menentang.
Kampung Berseri Astra
Berbincang dengan Pak Yayat di Rumah Pintar KBA Pasirluyu Bandung.
 
Tidak mudah mengubah perilaku masyarakat. “Tapi kalau sudah merasakan manfaatnya, mereka pasti mau ikut serta,” ujar Pak Yayat optimis.
Peduli lingkungan dimulai dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat. Perubahan memang tak terjadi dalam sekejap mata. Butuh ketekunan dan kerja keras bersama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Salam,

Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger

9 komentar

  1. Akkk, tulisannya apik, aku ngiriii..Alhamdulillah kba pasirluyu keren ya berkembang makin maju

    BalasHapus
  2. semoga diridhoi Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan ya mbak. Moga makin sukses! :)

    BalasHapus
  3. @Dewi Rieka : Aamiin. Iya, Dew. Selalu ada jalan buat yang mau berusaha ya :)

    BalasHapus
  4. @Tira Soekardi : Aku paling suka sama semangat mereka, Mbak. Keren. :)

    BalasHapus
  5. @Amirotul Choiriah : aamiin. Kita dukung deh ya kegiatan positif kayak gini :)

    BalasHapus
  6. Pendidikan yang layak akan membawa pengaruh besar terhadap anak-anak di sana nanti ya.

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.