Kerupuk Tak Selalu Kriuk


seblak bandung


Siapa yang tak kenal kerupuk. Makanan ringan yang kriuk-kriuk ini menjadi kegemaran banyak kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.

Salah satu sahabat saya sangat suka makan kerupuk. Makan nggak afdol kalau tak ditemani kerupuk. Waktu kami sedang kemping di Subang, dia sibuk mencari kerupuk. 

Karena tak ada kerupuk, kacang sukro pun menjadi penggantinya. "Yang penting kriuk-kriuk, No," ujarnya sambil nyengir.

Salah satu teman saya ketika KKN di Desa Cihanyir juga penggemar kerupuk. Hari pertama di desa KKN di Kecamatan Cikancung, dia sempat gundah karena tak ada kerupuk di meja makan Pak Lurah. 

Akhirnya, dia ngeloyor ke warung untuk membeli Taro snack. "Yang penting kriuk-kriuuuk...," katanya sambil tertawa riang. Beneran deh. Makan makin enak pakai kerupuk.

Camilan kriuk ini bisa juga dicoba nih, Makaroni Brayy Camilan Khas Bandung yang Lagi Ngetrend.


Kerupuk Tak Lagi Kriuk

Sejak dua-tiga tahun lalu, di Bandung kerupuk tak selalu kriuk lagi. Apa pasal? Ini gara-gara ulah kreatif orang Bandung yang mengolah kerupuk menjadi kuliner lezat bernama seblak. 

Jajanan Khas Bandung lainnya yang tak kalah nikmat nih:

Bukannya digoreng dengan minyak yang banyak, kerupuk mentah malah direndam air selama beberapa jam sampai lumayan lembek.

Cara membuat seblak bandung
Telur ayam yang dikocok lepas (kiri) dan kerupuk yang direndam (kanan).


Resep Seblak

Kerupuk basah yang sudah lembek itulah yang dimasak. Caranya, tumis bawang putih + garam + kencur yang sudah diulek halus. Kencur jangan sampai ketinggalan, lho. Bukan seblak kalau nggak pakai kencur :)

Boleh tambah lada kalau suka. Lalu masukkan daun bawang + seledri yang sudah diiris halus. 

Setelah itu, masukkan air. Jangan banyak-banyak, ya. Kita lagi bikin seblak, bukan bikin sayur sop. Trus, masukin deh si kerupuk basah tadi. Aduk-aduk.

Biar makin enak, masukkan telur yang sudah dikocok lepas. Kalau ada sosis, bakso, atau ceker ayam (yang udah mateng, lah), boleh juga dimasukkan. Masak sampai air habis. 

Oh, ya, soal airnya, saya nggak selalu pakai air putih. Kalau kebetulan ada kuah sop, soto, gulai, dan sejenisnya... ya pake itu aja. Boleh, dong, tampil beda dengan seblak rasa soto ayam atau seblak rasa gulai ikan patin :D

Yang ini juga praktis masaknya:

Kok seblaknya nggak pakai cabe? Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Iya, sih, sepertinya bukan seblak kalau nggak pedas. 

Masalahnya, selera pedas di rumah beda-beda. Ada yang suka pedas, ada yang sama sekali nggak suka. 

Bagi saya, nggak praktis banget kalau harus masak berkali-kali. Satu seblak yang nggak pedas, satu yang agak pedas, satu yang pedas.

Saya memilih menyediakan Bon Cabe aja. Yang suka pedas, silakan taburkan sendiri di seblaknya. Yang nggak suka pedas, nggak perlu ribut komplen.

seblak campur
Seblak campur.


Tak Cuma Kerupuk yang Diseblak

Kerupuk yang biasa diseblak, kalau di Bandung mah dikenalnya dengan nama kerupuk Sumber Sari. Warnanya oranye. Kerupuk yang kalau digoreng biasa jadi pelengkap bubur ayam, nasi goreng, mi goreng, dan sejenisnya itu lho. Kalau dimasak seblak, kerupuk ini jadi kenyal-kenyal gitu.

Nah, rupanya bahan utama seblak Bandung ini nggak cuma kerupuk. Bisa makaroni (kalau beli di warung atau pasar, bilang aja makaroni buat seblak. Beda dengan makaroni yang biasa buat skotel), mi, atau kwetiaw.

Kalau di rumah, saya biasanya membuat seblak campur. Si Kakak pengen seblak kerupuk, si Adek pengen makaroni, saya pengen seblak mi, ponakan pengen seblak apa-aja-deh-yang-penting-enak. 

Daripada bingung, campur aja semuanya. Hehehe... mami kece ogah repot saya mah. (apa males aja, ya? :p)

Kalau ogah repot tingkat dewa, beli aja. Penjual seblak Bandung ini ada di berbagai penjuru kota. Harganya sekitar Rp6.000,00 sampai Rp8.000,00 per porsi (satu porsi kira-kira sekotak styrofoam yang kecil). 

Di dekat rumah saya juga ada dua penjual seblak. Cuma setelah saya hitung-hitung... lebih irit kalau bikin sendiri. Lebih ramah lingkungan juga karena nggak perlu pakai styrofoam. Hehehe....


resep seblak bandung
Seblak kerupuk + telur dan sosis ayam. 

Salam,

Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger
www.trianiretno.com

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.