Jalan-Jalan ke Museum Pos Indonesia Bandung

  
Museum Pos Indonesia


Kapan terakhir kali ke museum? Saya sih di ujung tahun 2018 kemarin. Ujung banget. 31 Desember 2018. Kali ini saya ke Museum Pos.
Museum di Bandung ada banyak, sih. Di dekat Museum Pos ini aja ada Museum Geologi. Tapi saya udah beberapa kali ke sana.
Sempat mempertimbangkan untuk ke Museum Kota Bandung dan Museum Nike Ardilla. Tapi akhirnya jalan-jalan ke Museum Pos aja.

Sejarah Museum Pos Indonesia

Museum Pos ini ternyata udah berdiri sejak tahun 1931, lho. Waktu itu namanya Museum PTT (Pos, Telegrap, dan Telepon).
Tahun 1983 museum ini direnovasi dan berganti nama menjadi Museum Pos dan Giro.
Tanggal 20 Juni 1995 berganti nama lagi menjadi Museum Pos Indonesia. Pergantian nama ini karena perubahan status perusahaan. Yang semula Perum Pos dan Giro berubah menjadi PT Pos Indonesia (Persero).
Dari sejarah panjangnya udah kelihatan kan, ya, Museum Pos ini menempati bangunan seperti apa.
Yes, gedung tua peninggalan zaman Belanda. Pencinta wisata sejarah bakal suka nih main ke sini. Cerita wisata sejarah dan budaya saya juga bisa dibaca di tulisan ini:


Museum Pos Indonesia

Museum Pos ini terletak persis di sebelah Gedung Sate. Berseberangan dengan Taman Lansia.
Untuk masuk ke museum, mesti naik tangga dulu. Lalu sampailah di sebuah koridor panjang. Untuk ke museum, kita belok ke  kiri. Ada pintu lengkung bertuliskan “Museum Pos” di ujungnya.
Museum Pos Indonesia di Bandung
Koridor menuju Museum Pos Indonesia.

Tepat di depan pintu masuk, ada pigura besar yang memajang gambar prangko pertama Hindia Belanda terbitan tahun 1864.
Setelah mengisi buku tamu, turun tangga ke basement deh. Oya, masuk ke museum ini GRATIS. Eung … gratis aja sepi gitu. Apalagi kalo kudu bayar yak.

Ruang Koleksi Museum Pos

Baru beberapa langkah memasuki ruang basement, saya lumayan kaget ketika melihat beberapa patung di sana. Ya ampun! Mirip banget seperti manusia sehingga tampak … seperti hidup!
Diorama Pos dan masyarakat
Diorama pengantar pos dan masyarakat.

Hadeuh, gimana yang di Museum Lilin Madame Tussaud, ya?
Saya nggak tahan lama-lama melihat diorama ini. Makin dilihat, saya makin merinding. Langsung aja lihat koleksi prangkonya.
Kalau nggak karena ada patung-patung itu, rasanya saya betah deh berlama-lama memperhatikan prangko-prangko di museum ini. Sukaaaa…!
Waktu kecil kan saya sempet ngoleksi prangko. Dan melihat prangko-prangko zaman saya kecil itu rasanya nostalgik banget.
Belum lagi melihat prangko-prangko seri khusus. Ya ampuuuun. Pengen rasanya memperhatikan satu per satu. Wisata mata banget itu.
Ada yang ditata di lemari-lemari khusus, ada yang ditata di album prangko berukuran besar.
Koleksi perangko di Museum Pos
Album perangko berukuran besar.

Penataan prangko-prangko di museum ini dibedakan antara prangko dalam negeri dan prangko luar negeri.
Koleksi Prangko
Lemari koleksi perangko dalam negeri.

Lemari koleksi perangko
Lemari koleksi perangko luar negeri. Tiap negara ada "pintu: sendiri. Yang sedang saya lihat itu perangko dari Jepang.

Duh, beneran deh ini. Bisa habis seharian di sini kalau mau mencermati semua prangko yang ada.
Beranjak lebih ke dalam, ada pigura berisi prangko The Penny Black. Bukan yang asli, sih. Hanya gambarnya. Ya iyalah, masa prangko asli segede gaban gitu? Amplopna sakumaha atuh.
The Penny Black ini prangko pertama di dunia yang dterbitkan oleh Pemerintah Inggris pada tanggal 1 Mei 1840.
Perangko pertama di dunia
The Black Penny. Eung...yang dipigura. Bukan yang berdiri. ;p
 

Bukan Hanya Prangko

Koleksi di Museum Pos Indonesia ini bukan hanya prangko, lho. Di ruang berikutnya kita bisa melihat berbagai peralatan pos yang digunakan dari zaman ke zaman. 
Koleksi museum pos bukan hanya perangko
Seragam pegawai pos dan tas pengiriman surat zaman Hinddia Belanda.

Ada seragam pegawai pos pada zaman Hindia Belanda dan Jepang, timbangan surat, gerobak angkut pos, bus surat seberat 75 kilogram yang pernah digunakan di Papua Barat, hingga vending machine zaman baheula untuk membeli prangko seharga 12,5 cent.
Koleksi Museum Pos Indonesia
Vending machine zaman Hindia Belanda.

Bus surat seberat 75 kg.
Bus surat di Papua Barat, beratnya 75 kg.

Ada juga ruangan khusus berisi manuskrip-manuskrip kuno dari berbagai daerah di Indonesia.
Koleksi manuskrip kuno
Ruang manuskrip.

Yang juga menarik, di dekat ruang manuskrip ada kolase besaaar yang terbuat dari prangko reguler Seri Pelita terbitan tahun 1980an. (foto pertama di tulisan ini)

Mau ke Museum Pos Indonesia?

Gampang banget kok kalau mau ke Museum Pos Indonesia ini. Alamatnya di Jalan Cilaki Nomor 73 Bandung. Tepat di sebelah Gedung Sate. Cerita wisata museum saya di kota lain nih.


Cumaaa, Jalan Cilaki ini satu arah. Kalau dari arah Jalan Diponegoro nggak bisa langsung ke Jalan Cilaki, tapi mesti dari Jalan Cisangkuy.
Jalan Cilaki dan Cisangkuy ini dipisahkan oleh Taman Lansia. Yang dari arah Jalan Cimanuk mah bisa langsung lewat Jalan Cilaki dan masuk ke halaman Museum. Tempat parkirnya lega.
Kalau naik angkot, turun aja di Taman Lansia ini lalu jalan kaki sebentar.
Kalau bawa kendaraan sendiri mesti muter dulu. Atau parkir aja di Cisangkuy lalu jalan kaki melintasi Taman Lansia.
Jam buka Museum Pos Indonesia
Senin – Jumat : 09.00 – 16.00 WIB .
Sabtu: 09.00 – 13.00 WIB.

 
museum pos indonesia
Museum Pos Indonesia, Jl. Cilaki 73 Bandung.

Ntar abis dari Museum Pos tinggal wiskul di Cisangkuy. Ada Pasar Pinuh yang bener-bener penuh dengan aneka makanan (daftar menunya aja setebal 50 halaman!). Di sebelahnya ada Yoghurt Cisangkuy yang legendaris.

Atau bergeser beberapa ratus meter ke kawasan Jalan Cihapit deh. Di sana ada EncyKoffee yang menyatu dengan Taman Bacaan Hendra. Taman bacaan ini legend banget di Bandung, sudah eksis sejak tahun 1967. 
Selamat jalan-jalan dan berwisata sejarah di Bandung. Keep Bandung clean and beautiful, yak.

Salam,

Triani Retno A
Penulis Buku
Novelis
Blogger Bandung

4 komentar

  1. teh ini tu POS yang dimana sih? yang di gedung sate? sering banget lewat situ tapi belum pernah masuk ih, ternyata ada musieum nya ya, ku baru tau ih teh hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sebelah Gedng Sate. Halamannya juga (kayaknya) masih nyambung.

      Hapus
  2. kalo kartu pos ada juga ngga teh?
    dulu sempet koleksi perangko (atau prangko, yang baku yang mana?)dan kartu pos.
    kalo teman dari luar negeri sampai sekarang masih suka berkirim kartu pos. tapi yang dalam negeri ngga ada lagi yang mau. hiks!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kartu pos...kemarin sih nggak lihat.
      Haha...iyaaaa. Aku juga dulu suka kirim -kiriman kartu pos. Pernah pas ngebolang ke luar kota,bela-belain nyari kartu pos yang khas di sana buat dikirim untuk diri sendiri :D

      Hapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.