Cegah Penyakit Tidak Menular dengan Germas

Germas

“Hati-hati, sudah mulai tinggi.”
Kalimat itu diucapkan oleh ibu saya sepulang saya dari klinik. Yup, siang itu saya memutuskan untuk datang ke sebuah klinik untuk cek kesehatan. 

Gara-garanya, sudah beberapa hari badan saya terasa tak nyaman. Persendian terasa sakit dan kaku. Punggung pun terasa nyeri. Udah nggak beres itu.
Dokter meminta saya melakukan tes kimia darah. Kebetulan klinik yang saya datangi itu memang menyediakan layanan periksa darah. Jadi, nggak perlu repot mondar-mandir ke lab dan klinik.
Setengah jam setelah pengambilan darah, hasilnya keluar.
Nggak menggembirakan. Kadar asam urat saya di atas normal. Nggak lewat jauh, sih. Tapi tetap saja di atas batas normal.
Asam urat di atas normal itulah yang membuat ibu saya mengeluarkan kalimat peringatan di atas.


Gagal Ginjal

Sepuluh tahun lalu, tepatnya 25 September 2009, bapak saya meninggal dunia. Ketika itu lima hari menjelang Idul Fitri.
Sudah sejak beberapa tahun sebelumnya bapak menderita gagal ginjal kronik. Setahun belakangan, kondisi ginjal bapak semakin menurun. Bapak pun harus rutin menjalani hemodialisis alias cuci darah.
Semakin lama, kondisi ginjal bapak semakin memburuk. Frekuensi cuci darahnya pun semakin kerap.

cuci darah
Ilustrasi cuci darah. Foto: shutterstock.com

Penyebab Gagal Ginjal

Penyakit gagal ginjal yang diderita bapak nggak datang secara tiba-tiba. “Pengundang”nya sudah terlihat sejak banyak tahun sebelumnya.
Tekanan darah tinggi dan kadar asam urat yang tinggi menjadi pemicunya. Selain itu, dari garis keluarga bapak juga ada riwayat diabetes. Om saya meninggal karena diabetes. Terakhir saya mudik ke Solo, adik sepupu pun sedang opname karena diabetes.
Semasa sehat, bapak rajin berolahraga. Dulu sih seminggu sekali berolahraga tenis. Ya tenis lapangan, ya tenis meja alias pingpong. Setelah mulai sepuh, ganti berolahraga jalan kaki.
Tapi bapak juga suka makanan dan minuman yang manis-manis. Teh dan cokelat panas buatan bapak selalu luar biasa manis.
Satu gelas minuman manis buatan bapak bisa menjadi tiga gelas minuman dengan kadar manis yang cukup.
Kebayang kan gimana manisnya?
Untuk urusan makanan,  bapak tidak punya pantangan apa-apa. Sayur, daging, ikan, tahu, tempe … semua disantap. Bapak baru mulai diet ketika divonis gagal ginjal kronik.

Belajar dari Pengalaman

Jujur aja, saya khawatir. Iya sih, banyak teman saya yang kadar asam uratnya jauuuh di atas normal. Saya sih nggak ada apa-apanya.
Saya sering melongo takjub melihat mereka masih bisa dengan santai melahap makanan apa pun yang mereka inginkan. 
Lha, asam uratnya gimana?                           
Sambil tertawa mereka menyebutkan merek obat asam urat yang selalu mereka kantongi. Obat itulah andalan mereka agar si asam urat tak melambung tinggi.
Huhuhu … saya nggak berani begitu. Asam urat bukan masalah sepele. Penyakit satu ini bisa memicu penyakit tak menular yang mematikan.
Apalagi saya single parent. Lah kalau saya sakit, siapa yang mengurus dan menafkahi anak-anak? Makin repot urusannya ntar.
Bagi saya, cukup deh pengalaman melihat dan merawat bapak yang sakit gagal ginjal kronik gara-gara kreatinin dan purin dalam darahnya sedemikian tinggi.
Ya, saya memang minum obat yang diresepkan dokter setelah melihat hasil lab saya. Tapi setelah itu saya memilih untuk mengubah gaya hidup saja. Terutama banget soal asupan makanan.

Menormalkan Asam Urat

Beruntung, pak dokter memberikan daftar makanan dan minuman apa saja yang tidak boleh saya konsumsi. Saya pun mulai diet untuk menurunkan asam urat.
Ah, ternyata bukan cuma harus membatasi konsumsi sate kambing, sop iga, soto betawi, dan olahan  daging merah lainnya. Beberapa jenis makanan berserat tinggi seperti sayur-sayuran hijau pun masuk ke daftar terlarang.
Sayuran?
Yes. Bayam, kangkung, dan daun singkong harus saya hindari. Hadeuuuh … itu semua kesukaan saya.
Kalau beli makanan di warung padang, mana enak kalau tak pakai daun singkong.
Saya juga pernah beberapa kali terpaksa batal membeli lotek gara-gara komposisi sayurannya: bayam, kangkung, labu, dan daun singkong. Lah iya, masa saya beli lotek tapi isinya cuma labu siam doang? Kan syedih!

konsumsi sayur-sayuran
Beberapa jenis sayuran harus dipantang.

Untungnya, masih banyak sayur-mayur yang boleh saya konsumsi. Buah-buahan pun banyak yang bebas saya makan, bahkan dianjurkan karena dapat membantu menurunkan asam urat seperti stroberi, lemon, semangka, alpukat, dan nenas.
Nggak bosen kok makan buah, asalkan tahu cara asyik mengonsumsi buah.
Oh, nggak. Saya nggak lantas menjadi vegetarian. Saya masih makan telur ayam, daging ayam, dan ikan air tawar.
Perlahan, kadar asam urat saya kembali normal. Alhamdulillah.

Bahaya Penyakit Tidak Menular

Pada tahun 1990-an, penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit menular. Sebut saja demam berdarah, malaria, tubercolosis (TBC), dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Sekarang juga masih banyak sih yang sakit seperti itu. Pekan lalu saya baru membawa anak bungsu saya ke dokter gara-gara ISPA ini.

ISPA pada anak
Memeriksakan si bungsu yang terkena ISPA.
Tahun lalu, anak tetangga pas di sebelah rumah dirawat di rumah sakit gara-gara demam berdarah. Akibatnya, sekompleks harus disemprot.
Namun ternyata, ada ancaman lain yang tidak kalah berbahayanya dibandingkan penyakit-penyakit menular itu. Ancaman itu berupa penyakit tidak menular.
Tahun 2015 lalu, penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, penyakit jantung koroner, dan stroke bahkan menduduki peringkat tertinggi dalam pelayanan kesehatan.
Penyakit gagal ginjal kronik seperti yang diderita bapak saya memang tidak termasuk yang tertinggi. Namun, biaya pengobatannya termasuk yang paling besar.
Membengkaknya jumlah penderita penyakit tidak menular ini terjadi akibat perubahan pola hidup. Apa saja?

1. Makanan

Makanan yang kita konsumsi sehari-hari sering mengandung terlalu banyak garam, gula, dan lemak. Lezat di lidah tetapi jika terlalu banyak dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes. 

makanan tinggi karbohidrat
Makanan tinggi gula, karbo, lemak, dan garam. Foto: shutterstock.com
Bahkan tak sedikit makanan dan minuman yang masuk ke perut kita mengandung zat pewarna buatan dan pengawet. Zat-zat ini selain bersifat karsinogen juga akan memperberat kerja ginjal.
Di sisi lain, kita kurang atau bahkan tidak mengonsumsi sayur dan buah. Padahal, tubuh kita membutuhkan serat, vitamin, dan zat-zat penting lainnya yang terkandung dalam buah dan sayur.

2. Kurang gerak

Bekerja di depan laptop dan gadget membuat kita kurang bergerak. Sepertinya baru satu jam, ternyata sudah setengah hari kita duduk di depan piranti pintar itu.
Ke mana-mana kita menggunakan kendaraan bermotor. Naik tangga? Capek. Pakai lift saja. Berolahraga? Mana sempat. Gaya hidup sedentari begitu membuat kesehatan kita terancam.

3. Rokok dan alkohol

Rokok dan alkohol seperti menjadi bagian dari gaya hidup orang modern. Nggak gaul kalau nggak merokok. Nggak keren kalau nggak minum minuman beralkohol.
Padahal, rokok dan alkohol punya daya rusak yang besar. Apalagi rokok. Yang dirusaknya bukan hanya yang mengisapnya, tetapi juga orang yang berada di dekatnya.
Contoh terkini adalah Sutopo Purwo Nugroho. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB ini meninggal dunia akibat kanker paru-paru stadium 4B. Dia tidak merokok, tetapi banyak orang di sekitarnya yang merokok dan dia terpapar asapnya.

Perilaku Germas

Tingginya jumlah penderita penyakit tidak menular ini merupakan masalah serius. Lebih-lebih penderitanya banyak yang masih dalam usia produktif.
Produktivitas kerja berkurang karena sakit kanker, gagal ginjal kronik, diabetes, dan sebagainya. Biaya pengobatan yang tinggi pun menjadi masalah tersendiri.
Yang paling baik adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah penyakit-penyakit itu bersarang di badan kita.  Caranya gimana?
Kementerian Kesehatan RI menganjurkan masyarakat untuk melakukan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).
Ada tiga perilaku Germas yang mudah dilakukan oleh masyarakat. Biayanya pun jauh lebih murah dibandingkan jika telanjur sakit.
Apa aja, sih, tiga perilaku Germas itu?

3 perilaku germas
3 perilaku Germas untuk mencegah penyakit tidak menular.

Gampang, kan?
Hm … pelaksanaannya gampang juga nggak?
Hehe … bisa gampang kalau dibuat gampang. Bisa jadi sulit kalau dipersulit. Saya mencoba mempermudahnya saja untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Aktivitas fisik 30 menit per hari.

 
aktivitas berjalan kaki
Berjalan kaki, aktivitas fisik yang mudah dan murah meriah.


Saya menerjemahkan aktivitas fisik ini secara sederhana saja. Ke minimarket di depan kompleks, jalan kaki saja. Ke agen ekspedisi untuk mengirim barang, jalan kaki saja. Ke warung sayur di blok sebelah, jalan kaki saja. 
Jika masih pagi, ke bank yang berjarak sekitar 1,5 kilometer pun berjalan kaki saja. Di Bandung, taman-taman dan hutan kota juga bisa dimanfaatkan untuk berjalan kaki santai.
Jika berlibur, berjalan kaki juga masuk ke agenda kegiatan. Dalam destinasi yang didatangi harus ada berjalan di alam terbuka.

2. Mengonsumsi buah dan sayur.

makanan kaya serat
Pecel, makanan kaya serat.

Selain diet asam urat dan kolesterol yang terus berlanjut meski sudah normal, sekarang saya menambah porsi buah dan sayur yang saya konsumsi. Selain itu mengurangi konsumsi gula dan karbo (terutama nasi putih).
Banyak kok cara asyik untuk mengonsumsi buah dan sayur. Buah-buahan, selain bisa dimakan langsung juga bisa dibuat jus (tanpa gula) atau infused water.
Untuk sayur-mayur, saya bukan penikmat lalapan mentah (kecuali daun kemangi dan selada). Tapi sayur-sayuran ini bisa diolah menjadi berbagai makanan lezat.

3. Periksa kesehatan secara rutin.


pemeriksaan kesehatan
Rutin periksa kesehatan.

Inginnya sih bisa general check up tiap tahun. Tapi, keuangan sebagai freelancer nggak memungkinkan, euy.
Namun, setahun sekali saya rutin memeriksa status asam urat, kolesterol, dan gula darah saya. Jika ada yang nggak beres, bisa langsung ditangani.

Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati

Kedengarannya klise, ya. Tapi begitulah kenyataannya. Banyak kenikmatan yang hilang gara-gara sakit. Banyak rencana yang terhambat gara-gara sakit.
Kita bisa berupaya mencegah datangnya penyakit tidak menular dengan melakukan Germas. Mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kita sendiri, dan mulai dilakukan sekarang juga.
Sehat itu nikmat yang luar biasa. Semoga kita selalu sehat, ya.

13 komentar

  1. Dilema menu rumah makan padang vs kesehatan tuh nuat saya mirip dilema make up vs agama.

    Harus bisa memilah mana yang sesuai, mana yang hanya tren dan nikmat sesaat.

    Makasih sharing nya Teh. Sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  2. Memang sudah semestinya rutin medical check-up tapi seringnya kelupaan dan baru check up saat sakit melanda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Padahal kalo udah telanjur sakit tuh rasanya nggak enak banget :(

      Hapus
  3. Saya pernah mengalami asam urat tinggi 2 kali, semua terjadi saat menyusui. Over bayam karena pikirnya demi ASI melimpah, tapi kebablasan tdk banyak gerak. Dan 3 point germas di atas memang susah-susah sulit ya, hehehe. Padahal tdk terlalu repot. Malasnya ini yg mesti juga diberantas. Tapi, sekarang benar-benar mesti tertib, termasuk poin terakhir. Semoga kita sehat selalu kedepannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jadi bertanya-tanya, Din. Popeye itu asam uratnya gimana ya? Kan dia suka banget makan bayam.

      Hapus
  4. Memang mencegah lebih baik daripada mengobati, tapi sayang sekali mayoritas dari masyarakat masih buta akan kesehatan. Jangankan untuk rutin check up, untuk pergi berobat setelah merasa sakit pun kadang tidak dilakukan, tidak heran kalau banyak orang yang meninggal karena penyakit yang sebenarnya bisa diantisipasi.
    Memang yang paling baik itu adalah dari pola hidup pribadi, seperti pepatah '1 apel setiap hari akan menjauhkanmu dari dokter' yang artinya rajin konsumsi yang bergizi dapat membantu kita tetap sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, Kak. Kadang kita sakit karena ulah dan kemalasan kita sendiri sih :(

      Hapus
  5. Alhamdulillah sy dah melaksanakan 2 dari 3 perilaku germas, apalagi yang nomer 1... Di sekolh megang 2 kelas, (krn ahir juni kmrn rekan meninggl krn diabet, dan blm dpt pengganti ) jadi bolak balik mondar mandir, blm lgi di rumah kegiatan emak2 mondar mandir kayak setrikaan jd alhamdulillah dh aktivitas fisikkan? He... He.... 😅😅😅
    Mudah mudahan semua di berikan kesehatan, Aamiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...kayaknya gak ada deh yang bisa ngalahin kesibukan emak-emak.:D

      Hapus
  6. Baru kemarin suami ngeluh badan pada sakit karena mulai jarang olahraga, dan niatnya sih mau dirajinin lagi olahraganya. Kalau saya aktifitas fisiknya mah cukup jalan kaki kaya teteh. Karena belajar naik motor ga lulus-lulus, jadi saya kemana-mana masih ngangkot. Kadang pas lagi nunggu angkot suka ga betah gitu berdiam diri aja, jadinya saya jalan kaki dulu, tau-tau udah setengah jalan. Ada angkot lewat akhirnya dicuekin karena bentar lagi sampe hehe. Ga sekali dua kali begitu tapi sering. Makan juga lagi dijaga biar ga kebanyakan jajan, demi kesehatan tubuh dan dompet juga :D

    BalasHapus
  7. Terima kasih, Mb. Kebetulan sekali, kemarin uwakku(paman) baru chek kesehatan ternyata sudah mengidap sakit ginjal stadium 4. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk beliau.

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.