Beda Keluarga Beda Cerita


beda keluarga beda cerita


“Keluarga sekarang sih enak. Tinggal online. Apa-apa serba mudah.”
Iya dong enak. Tapi ternyata nggak seenak itu, Marimar! Saya ngerasain banget nih. Lagi pula, kondisi semua keluarga nggak bisa disamaratakan. Beda keluarga beda cerita.

Media Sosial, Sebuah Etalase

Setiap hari timeline media sosial saya berisi kabar wow dari para orangtua. Yang anaknya menang penghargaan internasional, hafiz 30 juz, dapat beasiswa di kampus bergengsi….
Ada juga yang apdet sedang liburan di Eropa, sedang traveling keliling Asia, yang sedang leyeh-leyeh di destinasi wisata keren….
Hei, saya bukan si hati suci. Kadang ada rasa iri. Ya Allah, kok mereka bisa sih. Kok aku nggak bisa? Kok anak-anakku nggak kayak gitu?
Alhamdulillah, pelan-pelan rasa negatif gitu terhapus. Sekarang mah kalau lihat yang begitu, saya ganti dengan doa semoga saya dan keluarga juga dimampukan seperti itu.
Seriusan loh, hati malah lebih tenang jadinya. Lagi pula kan #BedaKeluargaBedaCerita. Saya juga nggak tau gimana kehidupan nyata keluarga lain di rumah mereka. Bisa jadi ada mertua yang bawel, utang menumpuk, tetangga julid, anak sakit berat, pasangan selingkuh, dan sebagainya.

Beda Keluarga, Beda Cerita
Mungkin, postingan saya di media sosial juga bikin orang lain iri. Tampak awet muda padahal anak udah remaja. Sering menang lomba blog. Buku terbit udah seabrek. Punya anak yang juga penulis.
Tapi apa masih iri kalau tahu yang ada di balik medsos saya?
Saya ibu tunggal dengan dua anak. Kehidupan kami jelas berbeda dengan keluarga yang utuh.
Sejak kecil anak-anak kecil, mereka (harus) terbiasa dengan satu orangtua saja. Saya. Terbiasa dengan saya yang ada di rumah tapi sibuk kerja.
Salah satu momen terberat di keluarga saya adalah ketika tahu salah satu anak saya indigo. Orangtua lain mah paling ngadepin mulut julid tetangga atau kenyinyiran teman medsos doang. Saya masih ketambahan ngadepin makhluk dunia lain.
Alhamdulillah, sekarang lebih aman terkendali.
 
Cerita keluarga
Dua anak dengan karakter bertolak belakang. Satu sangat ekspresif, satu lagi lempeng.

We Time, Good Time

Keluarga saya memang bukan keluarga utuh. Tapi saya ingin anak-anak tetap bahagia. 
Salah satu caranya dengan menyediakan we time. Macem-macem sih bentuknya. Berlomba main ZenCore Cara Seru Asah Otak juga oke tuh.
Kalau lagi ada rezeki lebih, sesekali kami liburan ke luar kota, makan-makan di luar rumah, atau staycation. Apa sajalah, asalkan bisa kami nikmati sama-sama. Bisa bikin kami lebih bahagia.
Lebih seringnya sih nyantai di rumah aja. Pesen makanan via aplikasi online atau beli cookies di minimarket depan kompleks.
Seringnya sih beli Good Time dengan rasa favorit masing-masing. Double Choc, Rainbow, dan Milky Vanilla. Setelah itu, ngobrol ngalor-ngidul sambil ngemil.

Setiap Keluarga Itu Unik

Menyebut Good Time, pikiran sering autoconnect dengan Good Time, #1Cookies produksi PT Arnott’s Indonesia.
Bukan nama dagangnya saja yang membawa vibrasi positif, tetapi juga kegiatannya.
Tanggal 20 November 2019 kemarin, Good Time meluncurkan gerakan #BedaKeluargaBedaCerita di platform digital. Gerakan yang akan berlangsung hingga akhir tahun 2019 ini menghadirkan Artika Sari Devi sebagai brand ambassador.
Artika Sari Devi mantan Putri Indonesia
Beda keluarga beda cerita.

Tujuan gerakan ini adalah untuk mendukung keluarga Indonesia merayakan keberagaman cerita, ide, dan inspirasi dalam menghadirkan kehangatan keluarga. Pernah nggak beli Good Time trus merhatiin bentuk kukisnya? Terserah, rasa apa aja.
Coba deh perhatiin. Good Time yang dibuat dengan home-baking style cookies ini bentuknya unik. Tiap kepingnya nggak ada yang sama, meskipun itu dalam satu kemasan.
Ternyata, ini ada maknanya.
Marieska Widhiana, Marketing Director Arnott’s Indonesia menjelaskan, “Tiap kukis Good Time itu istimewa karena sama lezatnya tapi tidak ada yang sama bentuknya. Begitu juga dengan anggota keluarga kita. Makanya tidak ada cara baku tentang bagaimana kehangatan keluarga bisa ditumbuhkan.”
beda keluarga beda cerita
Peluncuran gerakan #BedaKeluargaBedaCerita
 

Good Time Story Everyday

Masih banyak PR saya untuk bisa menghidupkan dan menjaga kehangatan keluarga. Untuk bisa benar-benar memahami bahwa setiap anggota keluarga adalah pribadi yang unik.
Masih PR juga bagi saya untuk nggak membanding-bandingkan si kakak dan si adik. Untuk nggak membanding-bandingkan keluarga saya dengan keluarga lain.
Saya ingin anak-anak punya Good Time Story buat dikenang. Yang suatu saat di masa depan kelak akan mereka rindukan dan mereka ceritakan pada anak-anak mereka.



Salam,
Triani Retno A

12 komentar

  1. Goodtime ini favorit saya, juga krucil, Mbak Eno. Banyak variannya juga. Ada chip choco, kacang dan lainnya.
    Kadang juga beli kalengannya. Pas dibawa ke mana-mana. Kalau saya paling suka disantap dengan teh panas manis hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huiiih... puas tuh ngemilnya kalo beli yang kemasan kaleng juga 😀

      Hapus
  2. Bener sekali Mba Eno, tiap keluarga punya kisah masing-masing, nggak bisa dibandingin sama sekali. Kadang kita lihat keluarga lain lebih bahagia, tapi sebenarnya keluarga kita jauh lebih bahagia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi mungkin perlu juga ya membandingkan utk dijadikan semangat positif.

      Hapus
  3. Idem perasaan kita ya Mbak Eno 😄 tapi memang harus begitu, tiap keluarga pasti punya cerita masing-masing. Enjoy aza deh akhirnya sambil makan kue kesukaanku Good Time 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe. ..Iyaaa.. Meski tak semua cerita terasa manis ya 😅

      Hapus
  4. Ini cookies kesukaannya anak-anak, klo beli ngga cukup sebungkus. Campaignnya bener banget nih, beda keluarga pasti punya cerita beda. Tapi yang mesti sama adalah cinta pada anak-anak yaa mba

    BalasHapus
  5. Sayangnya ada yang memaksakan model keluarga A masuk ke keluarga B
    Padahal setiap karakter dari tiap anggota keluarga berbeda jadi perlu pola yang berbeda juga
    Tapi kalau soal camilan, Good Time pasti disukai banyak orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin lebih baik "mempelajari" model keluarga lain ya. Bukannya memaksakan.
      Yang baik diambil, disesuaikan dg keluarga kita supaya kita jadi lebih baik juga.

      Hapus
  6. Bener banget, #bedakeluargabedacerita. Nggak perlu membandingkan terlalu jauh keluarga kita dengan keluarga lain. Masing-masing unik. Tayangan medsos kadang di baliknya belum tentu seperti itu. Bisa jadi orang lain malah melihat ke arah keluarga kita, :)

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.