Duhai Muslimah, Menulislah


Muslimah menulis

Duhai Muslimah, Menulislah

jika engkau merasa tak puas karena buku islami yang baru tuntas dibaca itu ternyata ditulis oleh seseorang yang berpenampilan seksi. Atau oleh seseorang yang bukan beragama Islam. Atau malah tak jelas beragama apa.

Engkau yang memiliki bekal ilmu agama, selayaknya bisa memberikan teladan yang baik. 

Teladan tentang sesuainya apa yang engkau tulis dengan nilai yang engkau pegang.


Akan beda hasilnya jika tulisan islami dibuat oleh engkau yang meyakini kebenarannya dan menerapkan nilai-nilai indahnya dalam kehidupan nyata.


Duhai Muslimah, menulislah...

jika engkau mendecak kesal ketika melihat profil penulis yang rapi berhijab tetapi mengumbar adegan kemesraan pasangan yang bukan mahram dalam kisah yang ditulisnya.

Atau setelah matamu melotot pada belia-belia usia belasan hingga awal 20 yang menulis cerita bertabur adegan peluk cium. 

Atau ketika benakmu lelah bertanya-tanya kenapa mereka, pada usia sedemikian belia, sudah bisa menulis cerita syahwati seperti itu.

Tentu tak mau, kan, kalau adik-adikmu atau anak-anakmu membaca cerita-cerita seperti itu? Apalagi jika mereka sampai teracuni. 

“Itu cuma fiksi” katamu. Sadarkah, fiksi lebih menghanyutkan daripada artikel ilmiah, dan punya kemampuan memengaruhi pembacanya. 

Tanyalah pada diri sendiri. Terpengaruhkah batin, pikiran, dan rasamu setelah membaca sebuah karya fiksi?

Jadi, mulailah menulis. Tunjukkan bahwa cerita pun bisa indah memikat tanpa mengumbar syahwat.

Penulis buku dan menulis
Menulislah.


Duhai Muslimah, menulislah...

jika engkau beruntung dapat melakukan perjalanan ke banyak tempat di muka bumi. 

Ceritakan keindahan tempat-tempat yang engkau kunjungi. Ceritakan keunikannya. Ceritakan kehidupan di sana. Ceritakan pengalamanmu di sana.

Tahukah engkau, ada banyak muslimah lain yang ingin melakukan perjalanan tetapi terkendala oleh banyak hal. Kesehatan, kondisi fisik, keuangan, anak yang masih kecil-kecil, orangtua yang sudah sepuh….

Engkau beruntung bisa terbang ke berbagai kota dan negara. Entah perjalanan dinas, perjalanan wisata, atau mendampingi suami yang tengah tugas belajar. 

Engkau beruntung bisa datang, bahkan menetap, di tempat-tempat yang hanya ada dalam impian banyak orang.

Menulislah. Kekayaan pengalamanmu tak akan berkurang jika kaubagikan dalam bentuk tulisan.

Cerita tentang perjalanan bisa kautulis ringan saja seperti ini. Semoga bisa menggerakkanmu untuk mulai menulis. 

Menulislah agar kami yang tak pernah ke mana-mana ini dapat menikmati indahnya negeri-negeri jauh itu. 

Tahukah engkau, betapa kami bersyukur dapat mengembara ke sana melalui tulisan yang kami baca.


Duhai Muslimah, menulislah...

jika engkau menguasai suatu ilmu atau suatu bidang keterampilan. Entah ilmu hukum, kesehatan, politik, parenting… atau ilmu-ilmu lainnya. 

Atau mungkin engkau terampil mendaur ulang barang, memotret, menyulam, dan sebagainya. Tuliskanlah.

“Saya tak bisa menulis cerpen atau novel," kilahmu.

Siapa yang mengharuskanmu menulis novel atau cerpen? Buang jauh-jauh anggapan bahwa “menulis = menulis novel atau cerpen”. 

Ada banyak jenis tulisan yang bisa digarap. Bisa menulis artikel populer, bisa menulis tip dan trik berdasarkan bidang keilmuanmu, menulis resensi, menulis tentang traveling.... Banyak. Banyak sekali.

Ayolah. Ada sangat banyak orang yang butuh bacaan berkualitas dari para penulis yang ahli dalam bidang mereka. Tidak hanya berkualitas, tetapi juga komunikatif dan mudah dipahami. 

Engkau bisa menulis di media cetak atau media elektronik. Bisa pula menulis di blog pribadi.

Muslimah menulis
Berbagi pengalaman dan ilmu tentang menulis.


Duhai Muslimah, menulislah...

jika engkau memiliki pengalaman hidup. Engkau pasti punya. Setiap kita pasti memiliki pengalaman hidup. Pengalaman saya pasti berbeda dengan pengalamanmu. Kau bisa menulis novel tentang pengalaman hidup atau menulis kisah sejati.

Usia kita terlalu singkat untuk mengalami sendiri beraneka peristiwa. Namun, kita bisa “mengalaminya” dengan membaca tulisan orang yang telah mengalaminya.

Menulislah agar kami bisa ikut mengalami yang tak kami alami langsung. Agar kami bisa belajar dari pengalamanmu. 

Dari pengalaman sedihmu ketika kehilangan orang yang engkau cintai, kami bisa belajar menerima dan mencintai dengan lebih baik.

Dari pengalamanmu ketika mengurus si kecil yang sakit, kami bisa bersiap jika menghadapi situasi yang sama.

Dari pengalamanmu berwisata ke negeri antah-berantah, kami bisa mempersiapkan diri hingga tidak mengalami gegar budaya. Kami pun bisa ikut mengembara tanpa beranjak dari rumah.

Dari pengalamanmu mengatasi luka fisik dan psikis dalam rumah tanggamu yang berujung pada perceraian, kami bisa belajar mensyukuri nikmat pernikahan yang baik-baik saja. 

Dari pengalaman yang engkau tuliskan, kami bisa belajar banyak hal.


Duhai Muslimah, menulislah.

Menulis tak akan membuat ilmu yang kaumiliki berkurang.
Menulis tak akan membuat pengalamanmu yang luar bisa menjadi kehilangan warna.

Tebarkan kebaikan melalui tulisanmu. Jika kebaikan yang ditebar, insya Allah kebaikan pula yang akan dituai nanti.

Tebarkan kebermanfaatan melalui tulisanmu dengan cara yang baik.
Tebarkan indah nilai-nilai Islam melalui tulisanmu dengan cara yang indah.

Bukan menyebar hoax dan fitnah. Bukan menyebar sumpah serapah dan caci maki. Bukan menghamburkan isi kebon binatang dalam kosa katamu. 

Bukan pula memplagiat, mengakui tulisan orang lain sebagai tulisanmu sendiri.

Apa itu plagiat? Bacalah ini, agar kau tak terperosok menjadi seorang plagiator:



Duhai Muslimah, menulislah.

Jika kau belum terampil menulis, belajarlah. Memang ada di antara kita yang dikaruniai bakat menulis hingga apa pun yang ditulisnya begitu enak dibaca. Tapi lebih banyak lagi yang mau bekerja keras belajar menulis. Praktik dan praktik menulis.


Dan membacalah. Membaca. Membacalah.
Semoga rida Allah terlimpah atasmu.


Salam,  

Triani Retno A
www.trianiretno.com 
Penulis Buku, Novelis, Editor Freelance

10 komentar

  1. Muslimah menulis. Menulis pengalaman hidup. Menulis novel. Menulis artikel. Menulis cerita anak. Menulis karya ilmiah.

    BalasHapus
  2. Jadi semangat nih mba nulis ttg wisata di sekitar tempat tinggalku hihi..selama ini baru wacana huhu

    BalasHapus
  3. Wah, beneran makin terpacu menulis nih aku :) Memang ya berbagi cerita pribadi di blog itu sangat menyenangkan dan in sya allah berpahala. Pembaca dapat merasakan seolah2 sedang berada di tempat yang kita tulis. Membaca juga penting karena idealnya orang yang gemar menulis itu suka membaca juga :D

    BalasHapus
  4. Menulis tuh emang menyenangkan, saya menulis dari dulu dan niatnya ingin meninggalkan jejak saja jika suatu hari nanti saya ga ada.

    BalasHapus
  5. Masya Allah reminder ini...beneran fiksi lebih menghanyutkan, maka menulis atas dasar nilai kebaikan berlandaskan moral juga nilai-nilai agama itu lebih utama. terima kasih sudah diingatkan. Semoga saya lebih samangat buat menulis dan membaca
    Saya menulis perjalanan yang saya lakukan diantaranya juga untuk membagikan pengalaman. Tapi sayangnya saat ada teman sesama penulis berkomentar kesannya saya sombong karena sudah bisa ke tempat itu, hingga beberapa saya hapus komennya karena menyakitkan. Sepertinya ga hanya menulis panjang di blog, tapi di media sosial pun di kolom komentar sebaiknya memang beradab

    BalasHapus
  6. Kebiasaan menulis ini memang tidak dilakukan oleh semua orang ya. Sebenarnya bisa dilakukan tapi bisa jadi ada yang beralasan sibuk dan ada juga yang mengatakan bukan hobi untuk menulis. Saya punya beberapa teman yang sering melihat saya mengetik untuk blog tapi tetap belum tergerak hati untuk menulis padahal buat status nyinyir di sosmed bisa. Memang bagus banget nih ketika para muslimah bisa rutin menulis dan bisa menginspirasi dari tulisannya.

    BalasHapus
  7. Ah benar ya mbak..
    Menulis itu peru..
    Selain untuk mengikat ilmu, menulis bagiku juga bisa jadi proses healing tersendiri

    BalasHapus
  8. Banyak hal yang bisa dituliskan, apalagi tulisan itu sangat bermanfaat untuk orang yang membutuhkan, makin Siip banget karena dapat menbantu

    BalasHapus
  9. Saya menulis, karena saya ingin meninggalkan kenang-kenangan berupa karya tulis kepada mereka yang jangkauannya jauh dari saya. DAn saya senang menjadi muslimah yang menulis

    BalasHapus
  10. Makasih, Teh Eno, banyak motivasi hari ini, jadi semangat lagi nih. Saya harus benerin lagi managemen waktunya biar bisa rutin nulis.

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.