Usaha Kedai Kopi, Memahami Seluk-Beluknya


bisnis kedai kopi

Belakangan ini kedai kopi bermunculan bagaikan janur melengkung di musim kawinan. Lokasinya pun tersebar dari mall sampai ke kawasan sekolah dan perumahan.
Usaha kedai kopi tampak sangat menjanjikan. Pertumbuhan usaha kedai kopi ini pun nggak main-main.

Indonesian Coffee Annual Report 2019 menyebutkan dalam waktu tiga tahun, jumlah kedai kopi naik 170%. Dari 1.083 kedai kopi di tahun 2016 menjadi 2.937 kedai kopi pada akhir tahun 2019.
Tentang kopi bisa juga dibaca di blogpost saya Nikmat Kopi Jujur, Kopi Alami Tanpa Campuran Essen.
Penikmat kopi pun datang dari berbagai kalangan. Bukan cuma bapak-bapak kantoran tapi juga anak-anak muda. Generasi Z (kelahiran 1995-2015) pun banyak yang menjadi pencinta kopi.
Sebagai usaha berskala mikro dan kecil, usaha kedai kopi sangat layak dijalankan pada saat ini. Pangsa pasar konsumen kopi terus tumbuh, tidak hanya di perkotaan, tetapi juga mulai merambah ke daerah-daerah. (halaman 92)
Berminat memulai usaha coffee shop juga?

Buku tentang Bisnis Kopi

Sebagai penikmat kopi, sebenarnya saya mengincar buku pertama Dani. Coffee: Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan.
Tapi ternyata sudah agak susah mendapatkan buku terbitan 2018 itu (cetak ulang, dong😊). Sebagai gantinya, saya mendapat buku kedua Dani.
Buku kedua ini juga tentang kopi. Tapi yang ini lebih spesifik ke usaha kedai kopi. Judulnya A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi.
Yang menarik, di buku kedua ini Dani nggak menulis sendiri. Bersamanya ada Andika Ajie Sastra. Ajie adalah dosen, pemilik Dewaji Coffee, pendiri dan penasihat Kelompok Tani Kopi Buntis, pemegang sertifikat Q Arabica Grader alias sudah berlisensi internasional, serta narasumber di berbagai seminar keuangan dan perkopian. 
Dani sendiri merupakan technical advisor sebuah program pengembangan kopi di Gayo Luwes (Aceh) dan Bajawa (NTT). Ia juga ikut mengembangkan D’Arffi Coffee Garut serta menyusun “Pedoman Pengolahan Kopi yang Baik” bersama tim dosen dari Universitas Garut.
Dengan latar belakang seperti itu, makin penasaran nggak sih dengan isi buku yang tampil ketjeh dengan kertas lux dan berwarna ini?
usaha kedai kopi
Buku A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi.

Data Buku

Judul: A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi
Penulis: Dani Hamdan dan Andika Ajie Sastra
Penerbit: Agromedia Pustaka
Tahun terbit: 2020 (cetakan 1)
Tebal: vi + 182 halaman
ISBN: 978-979-006-646-5
Harga: Rp 159.500

Memulai Usaha Kedai Kopi

Buku berisi enam bab ini bisa dibilang lengkap untuk panduan memulai usaha kedai kopi modern.
Bahasan tentang manajemen ada. Tentang semangat kewirausahaan ada. Tentang kelayakan usaha coffee shop dan penentuan harga jual ada. Tentang lokasi ada. Tentang keuangannya ada. Tentang risiko usaha dan cara mengelolanya pun ada.
Tapi tentu, buku A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi ini berbeda dengan buku manajemen secara umum.
Di buku ini kita akan mendapat banyak pengetahuan tentang perkopian. Dari sejarah kopi dan kedai kopi sampai produksi kopi di Indonesia.
Cara pengolahan kopi, istilah-istilah di dunia perkopian, hingga teknik menyeduh kopi dan menu untuk kedai kopi pun ada.
Kenikmatan kopi berawal dari biji kopi yang berkualitas. Karena itu buku A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi itu memberi cukup banyak bahasan tentang kopi itu sendiri. Dari pemilihan, karakteristik, hingga teknik pengolahan biji kopi.
usaha kedai kopi
Pembahasan lengkap mengenai kopi dan kedai kopi.


Bahasan tentang modal usaha coffee shop ada nggak? Juga tentang proyeksi keuntungan atau paket usaha coffee shop?
Secara khusus blak-blakan dalam suatu bab sih nggak ada. Namun, di halaman 14 Dani dan Ajie menyajikan tabel aset dan omset usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah secara umum.
Dalam bahasan tentang alat seduh kopi juga ada informasi tentang harga grinder, rok presso, steamer, dan sebagainya.
Selanjutnya pada halaman 99-109 ada kisah para pengusaha kedai kopi. Di sini kita bisa dapat informasi tentang modal yang mereka tanam dan omset yang mereka dapatkan dari usaha tempat ngopi ini.
Jadi bisa dihitung-hitung berapa modal usaha coffee shop yang dibutuhkan.
Menariknya, meskipun salah satu penulis buku ini adalah pemilik Dewaji Coffee, foto-foto diambil di berbagai coffee shop. Nggak narsis menampilkan Dewaji Coffee melulu.
Begitu juga dengan success stories yang ditampilkan. Alih-alih bercerita tentang diri dan bisnisnya sendiri, Dani dan Ajie justru menampilkan kisah sukses generasi milenial dalam berbisnis kedai kopi.
Khawatir minum kopi akan bikin lambung sakit? Mampir deh ke blogpost saya Solusi Sakit Maag bagi Pencinta Kopi Agar Aktivitas On Terus.

Mengenal Untuk Lebih Menikmati

Sebagai penikmat kopi, banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dari buku ini. Misalnya tentang jenis minuman kopi.
usaha kedai kopi
Recommended buat yang akan memulai usaha kedai kopi dan yang ingin tahu lebih banyak tentang kopi.


Minuman yang berbasis espresso itu ternyata banyak sekali macamnya. Beda jumlah air, beda takaran espresso, beda bahan tambahannya, beda komposisi, akan berbeda pula namanya.
Rasanya, tentu saja beda. Yang jelas mah bukan rasa “mo meninggal rasanya… seenak itu..., lu mesti nyoba”. Plis atuhlah. Mo mati mah mati aja sendiri. Jangan ajak-ajak orang lain.
Saya cuplik secara bebas dari halaman 52-55 ya.
Espresso adalah kopi yang diekstrak menggunakan mesin penyeduh bertekanan tinggi. Hasil seduhannya hitam kental dan terdapat crema di permukaannya. Espresso dibuat tanpa tambahan apa pun dan disajikan hanya sekitar 23-35 ml.
Dua takaran espresso menjadi double espresso.

Espresso dengan tambahan air panas di atasnya, menjadi americano.

Espresso yang ditambahkan di atas air panas, menjadi long black.

Espresso dengan
steamed milk dan milk foam di atasnya, menjadi latte.

Espresso dengan lebih sedikit
steamed milk dan lebih tebal milk foam, menjadi cappuccino.

Espresso dengan
steamed milk saja, menjadi macchiato. Ini terbagi dua. Latte macchiato (susunya lebih banyak daripada kopinya) dan caffe macchiato (susunya lebih sedikit).

Masih banyak lagi jenis minuman kopi yang bisa ditemukan di buku ini. Bahkan resep untuk membuat berbagai minuman kopi pun ada. Bener-bener royal informasi.

Seperti Kopi, Tak Selalu Sempurna

Biji kopi tak selalu sempurna. Seduhan kopi kadang tak konsisten. Demikian juga dengan buku.
Saya sih nggak yakin, para calon pelaku usaha kedai kopi peduli dengan typo atau penggunaan diksi dan istilah yang tidak tepat 😀.
Kecuali mungkin kalau typo ini terdapat pada takaran kopi, temperatur air, atau penetapan harga jual.
Ada yang merasa janggal dengan kalimat ini?
Jengah menjadi pekerja kantoran, dia memutuskan ‘pensiun dini’ dan banting setir mengelola bisnis sendiri. (halaman 104)

Dalam KBBI Edisi V, jengah berarti malu, kemalu-maluan.
Kalau melihat konteks kalimat, tidak ada alasan alasan untuk merasa malu dengan pekerjaannya sebagai orang kantoran. Yang ada adalah rasa jenuh. Jemu. Bosan. Bukan jengah.
Eh, tapi itu Dani dan Ajie mengutip artikel dari merdeka.com ya. Baiklah, berarti merdeka.com nih yang salah diksi 😀
Kalau kalimat di bawah ini, gimana? 
Di kalangan anak muda yang baru lulus sekolah atau kuliah, motivasi untuk menjadi seorang wirausaha terus tumbuh, terutama di perkotaan. Generasi Z atau millenials memiliki kecenderungan untuk leluasa mengembangkan ide….” (halaman 97)

Well, generasi Z dan generasi milenial adalah dua generasi yang berbeda.  Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1995 sampai 2015.  Sedangkan generasi milenial (disebut juga generasi Y) lahir pada tahun 1980 sampai 1994.
Beberapa typo juga ada di halaman-halaman lain. Misalnya kadaluarsa (halaman 69). Bentuk bakunya sih kedaluwarsa. Atau ini gaya selingkung Agromedia? 
Tapi sepertinya memang tak ada buku tanpa typo, ya 😀. 
Namun, yang paling mengganggu saya adalah tampilan huruf yang berbayang di halaman 19, 46, 96, dan 100.
usaha kedai kopi modern
Saya lebih suka Rey Mbayang daripada huruf berbayang :D

Pusing euy membaca huruf yang berbayang-bayang gitu. Apa nggak cukup bayangan mantan aja yang menghantui?
Semoga pada cetakan berikutnya diperbaiki ya agar huruf berbayang-bayang yang memusingkan ini tidak muncul lagi.

Rekomendasi

Kegemaran orang ngopi bukan tren sesaat. Kopi telah menempuh perjalanan panjang. Selama berabad-abad minum kopi tetap menjadi sesuatu yang istimewa. Dan sepertinya akan terus begitu.
Untuk persiapan memulai dan mengelola usaha kedai kopi, atau sekadar menambah pengetahuan tentang perkopian, buku ini sangat recommended. 
Bener-bener A sampai Z deh. Dengan bahasan selengkap itu, harga buku yang lumayan mahal, Rp159.500, menjadi sepadan.
usaha kedai kopi
Buku panduan untuk memulai usaha kedai kopi.

Masih merasa kurang dan ingin tambo ciek belajar lebih banyak tentang kopi secara langsung? Colek aja Kang Ajie atau Dewaji Coffee untuk mengikuti kelas perkopian.

Salam,
TR

54 komentar

  1. Usaha kedai kopi, dibahas lengkap dalam buku A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi.

    BalasHapus
  2. Satu kali aku pernah nongkrong dengan pegiat kopi yang tersohor banget di Palembang. Dengan iseng dia suruh menebak, "coba modal punya kedai kayak gini berapa." Pas disebut miliraran aku gak percaya. "Kamu lihat mesin itu?" tunjuknya. "Mesin itu aja seharga satu buah mobil."

    WOW banget. Usaha kayak gini mesti dijalankan dengan kecintaan dan modal yang lumayan. Eh tapi, tergantung pangsa pasar juga ya. Ada yang buka angkringan bisa dan tetap ramai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...bener, Om. Nggak selalu miliaran. Tergantung skala dan lokasinya juga :) Harga mesinnya juga beda-beda.

      Hapus
  3. Udah lama kepingin punya usaha di bidang kuliner, tapi blm punya gambaran. Kek nya Usaha Kedai Kopi menarik banget nih, bisa ngulik di buku panduan memulia usaha kedai kopi. Makasih sharingnya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kelak bisa bikin usaha kuliner sendiri ya, Mbak :)

      Hapus
  4. Salah satu bisnis yang tidak lekang dimakan usia ya ini. Apalagi minum kopi, sekarang sudah jadi gaya hidup. Bisnisnya menjanjikan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kulihat sih, meski tiap orang butuh makan, nggak kehitung juga bisnis kuliner yang rontok karena berbagai hal :( Bener-bener butuh ketekunan dan kegigihan buat menjalankan bisnis ya.

      Hapus
  5. Aku salfok pada mendingan bayangin Rey Mbayang daripada kalimat berbayang hahaha
    Buku yang bisa jadi referensi para calon pengusaha kedai kopi ini ya, dengan segala lebih kurangnya pasti membantu sekali. Yang mesti dikritisi editornya juga sepertinya, karena beberapa typo lolos periksa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar peresensi ada kerjaan nyariin typo, Mbak. :D Eh, aku nggak nyari ding. Auto terlihat :D

      Secara keseluruhan, buku ini insya Allah membantu banget buat yang mau memulai usaha kedai kopi.

      Hapus
  6. Baca tulisan Mbak Tri ini....suka deh. Aku jadi membahas soal espresso sama anak2 dan suami hahaha... Oooh, begitu ternyata ya, ada perbedaanya. Bakalan makin pintar kalau baca buku ini deh. Kalau ada sejarah tentang kopinya... udah berasa jalan2 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejarah kopinya juga dibahas, Mbak, meskipun nggak banyak.
      Aku juga baru ngeh soal espresso itu dari buku ini. Pengetahuan bermanfaat banget kalo nanti dapat job review coffee shop :D

      Hapus
  7. Pernah ada dalam doaku bikin kedai kopi di sudut kota di salah satu daerah kesukaanku, lantai dasar kedai, lantai 2 dan 3 penginapan model kekinian untuk backpacker. Sampai suatu ketika, berubah ingin bikin kedai jamu dengan konsep kekinian ala kedai kopi, ternyata biayanya gak jauh beda. Membaca tulisan ini mengingatkanku pada mimpi itu kembali. Sepertinya, bukunya cocok untuk kubaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah.... Semoga dimudahkan Allah buat bikin kedai kopi (atau kedai jamu) plus penginapan ya Mbak.

      Insya Allah cocok, Mbak :)

      Hapus
  8. Saya ada kebun kopi. Sepertinya perlu baca ini ya biar tau pengolahan kopi yang benar dan ngga merusak kualitas kopi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, keren. Iya, Mbak. Perlu banget. Kalo mau ngobrol langsung sama penulisnya juga bisa kok. Dua-duanya udah ahli di bidang mereka.

      Hapus
  9. Emang bener, usaha kopi itu menjamur ya dimana-mana, apalagi ada rekomendasi seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar usahanya bisa bertahan lama, Kak. Nggak kayak jamur yang usianya pendek :)

      Hapus
  10. MashaAllah. Kok pas banget ini Mbak. Saya dan sepupu lagi mempertimbangkan untuk bisnis kedai kopi. Kebetulan kami sudah memiliki sources yang sudah siap. Mulai dari biji kopinya sampai mesin peracik. Tinggal mencari tempat dan waktu yang tepat.

    Lebih baik lagi kalau membaca buku ini dulu deh. Biar semua perhitungan financial, kesiapan mental, dan strategi pengembangan bisa lebih mumpuni.

    Makasih tulisannya apiknya Mbak Tri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah...kebetulan banget ya, Mbak. Monggo. Bukunya bisa dibeli di Gramedia (toko dan online) atau toko-toko buku online terkemuka. Semoga makin matang dan mantao untuk berbisnis kopi ya, Mbak. :)

      Hapus
  11. Usaha kedai kopi nih emang lagi menjamur banget yaaaa, kayanya laris manis dimana mana kedai kopi. Nanti mau coba cari buku ini juga ah, penasaran sama isinyaaaa. Makasi sharingnya maaaak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan aku salah satu yang suka banget ke kedai kopi :D

      Hapus
  12. Usaha kopi seperti ini banyak banget, kalau di sekitaran rumah, udah puluhan, meskipun beda merek tapi rasa hampir mirip-mirip. Karena kopi bukan tren sesaat nih, udah jadi gaya hidup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya sih tiap kedai kopi punya kopi andalan. Ada satu kedai kopi di Bandung yang sering kudatangi dan minuman yang kupesan itu-itu mlulu. Di coffee shop lain yang biasa kudatangi, minuman itu nggak ada :D

      Hapus
  13. Benar, Mbak Eno. Fenomena Indonesia memang selalu ikut-ikutan sesuatu yang hits dan kekinian. Termasuk menjamurnya kedai kopi ya, Mbak. Dan bagus juga buku ini, agar yang mau berkecimpung di bisnis kedai kopi. Jadi paham seluk beluknya.

    Soal typo Jengah, saya rasa itu maksudnya jenuh ya, Mbak. Sama kayak orang mengartikan Bergeming itu bergerak, makanya ditambah tak bergeming. Padahal arti bergeming = tak bergerak atau diam saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya nanti akan kelihatan, mana yang serius berbisnis kedai kopi mana yang cuma ikut tren. Yang kedua itu biasanya ketika trennya lewat ya udah. Kayak penulis juga sih Mas. Yang serius akan tetap berkarya selama bertahun2, kayak Mas Baim *cieeee.... Yang nggak ya sebentar juga hilang dengan berbagai alasan :))

      Hapus
    2. Iya nih. Banyak kekeliruan dalam pemilihan kata yang sering kita lihat sehari-hari. Teman-teman penulis dan blogger pun masih sering salah kaprah.

      Hapus
  14. Aku tadinya juga ga ngerti yg mana Capuccino yg mana Moccachino. Taunya pas anakku yg baru kuliah nyambi jd barista. Dia ajarin aku takaran kopinya yg enak gimana kalau mau bikin cappucino, tambahannya apa

    Wah seru ya dunia perkopian 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang banyak ya mahasiswa yang nyambi jadi barista. Temen anakku juga ada yang gitu. Mbak Diah asik dong, jadi punya barista pribadi di rumah :D

      Hapus
  15. anak americano pusing disuruh baca ini :))
    aku taunya kopi rasanya asem, kecut, earthy hahaha

    BalasHapus
  16. wow naiknya sangat signifikan ya sampai 170% artinya peminat usaha kopi sangat tinggi dan ini menjadi potensi untuk dikembangakn dan difasilitasi oleh pemerintah, yang seharusnya dapat mendorong perekonomian Indonesia juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Apalagi Indonesia kan memang termasuk salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia :)

      Hapus
  17. Mestinya "jenuh" ya Mbak Eno, hehe... tak ada buku yang tanpa typo. Ini bener banget, buku solo pertama saya juga ada typo nya huhuu... btw wajib beli nih buku "A to Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi" karya Dani dan Andika ya. Mana tau kelak saya dan suami setelah pensiun mau buka usaha sejenis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan sering nemu teman penulis/blogger yang pakai kata "jengah" untuk yang maksudnya bosen, jenuh, marah....

      Buat persiapan masa pensiun ya :)

      Hapus
  18. Tapi sepertinya coffeshop yg bertahan adalah yg mempunyai dekorasi yg menarik, jadi para pengunjung bisa sekalian foto ootd an. Kalo masalah rasa siy mirip2 aja ya antara yg satu dan yg lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mirip tapi nggak sama juga sih karena biasanya setiap kedai kopi punya minuman andalan. Beda merek air mineral dan jenis kopinya aja udah bikin rasa minumannya jadi berbeda :))

      Hapus
  19. Detail ya ini bukunya dari A hingga Z tentang usaha kedai kopi. Cocok sekali untuk dibaca bagi kaum muda yang sedang menggemari kopi dan berniat membuka usaha kedai kopi.

    BalasHapus
  20. di bandung lagi banyak banget kedai kopi baru yang bermunculaaan, waaah bukunya menarik banget nih, mau aku infoin ke temenku yang punya rencana mau buat kedai kopi juga ah

    BalasHapus
  21. Wah lengkap banget review bukunya mbak. Temenku ada yg punya usaha kedai kopi. Ga terbayang ternyata harus ngerti seluk beluk kopi ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...iya, Mbak. Nggak semudah kita minum kopinya :D

      Hapus
  22. Kopi memang g ada matinya dr biji ini bs diolah berbagai macam produk ditambah mereka yg fanatik. Bnyk bngt

    BalasHapus
  23. Pandemi kaya gini bakal laku nih bukunya,soalnya banyak orang mulai beralih untuk menjadi pengusaha. Langsung inget teh ima aku tuh,hehe.

    BalasHapus
  24. Pernah juga bertemu buku bebas typo, tapi kalau udah kebanyakan typo nya kadang daku jadi kurang semangat lagi bacanya, karena lagi asik baca kok ada gangguan

    BalasHapus
  25. Harus punya ilmu duku ya kak kalau mau usaha dan kedai kopi ini lagi hype banget sih ya sekarang. Btw aku baca ini jadi pengen ngopi deh hehe.

    BalasHapus
  26. Lho kirain tulisan di buku yang difoto itu memang agak goyang efek kameranya, ternyata emang dari cetakan ya, hehe. Emang sih agak ganggu, tapi bahasannya menarik banget ya, layak dibaca terus sampai habis

    BalasHapus
  27. Kalo Mau buka usaha kopi harus cinta dengan kopi yah? Kalo Saya kan ga bisa minum kopi berarti ga bisa usaha kopi dunks yah? Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak juga, kan bisa sebagai pemodal. urusan teknis kopinya serahkan ke ahlinya.

      Hapus
  28. Wow, Teh. Aku baca tulisan ini jadi nambah wawasan. Espreso aja bisa segitu banyak namanya dengan proses berbeda. Dulu pernah pesan double espreso (karena gak tahu) jadinya melek jeknong dong, bwaahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...mantep ya meleknya setelah minum double espresso :D

      Hapus
  29. Saya penyuka kopi banget nih. Kalau sehari belum ngopi rasanya gimana gitu ada yang kurang. Tapi kalau untuk usaha kedai kopi aku belum terpikir kak. Tapi ini bagus banget kak informasi nya. Aku rekomendasikan nih buat kakak ipar yang ingin memulai usaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama atuh kita. Aku juga suka minum kopi aja :)

      Hapus
  30. Jadi pengen ngopi..sambil baca bukunya..huhu...Bisnis kopi sekarang emang lagi hits ya...buku ini pasti memabntu banget bagi yang pengen berbisnis kedai kopi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lagi hits. Tinggal gimana bisa tetap bertahan secara menguntungkan ya.

      Hapus

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.