Ide Mesti Dicari, Bukan Ditunggu

cara mencari ide menulis

Tanggal 22 November 2014 kemarin saya ikut acara workshop penulisan yang diadakan oleh Penerbit Elex Media Komputindo (EMK).

Ada enam alasan yang membuat saya memutuskan untuk ikut acara ini. Pertama, enam novel saya terbit di EMK dan saya juga editor lepas di Quanta EMK. 

Kedua, sebagai freelancer saya harus terus belajar. Ketiga, silaturahmi dengan editor dan sesama penulis.

Keempat, biaya workshopnya terjangkau. Kelima, lokasinya di Bandung (anak saya udah komplain karena selama Oktober-November saya sering keluar kota).

Keenam, saya lolos seleksi. Hehehe.... Iya, calon peserta workshop menulis ini memang diseleksi dulu.


Ide Harus Dicari

Tema workshop ini sangat menarik. "Cara Kreatif Mencari Ide Penulisan". Penting banget, nih. 

Berkecimpung di industri ini kan memang mesti selalu siap dengan ide baru. Kalau sampai mati ide, aliran penghasilan bisa mati juga. Jadi, ide mesti dicari, bukan ditunggu.

ide mesti dicari bukan ditunggu
Ide sering ada di dalam diri kita sendiri.

Itu mencari ide versi Fayya Narita dalam novel teenlit saya, It's Not A Dream yang diterbitkan oleh EMK. Kalau menurut Mas Anang eh Mas Ary gimana?

Menurut Mas Ary yang GM EMK ini, ide harus dicari, bukan ditunggu. Kita bisa mendapat ide dari buku-buku yang sudah terbit (terutama yang best seller). Caranya, gunakan metode ATM. Amati, Tiru, dan Modifikasi. 

ATM ini beda loh dengan plagiasi. (Omong-omong, metode ATM ini juga sering digunakan oleh pengusaha, lho.) Selain itu, untuk memancing ide kita bisa menggunakan mind mapping

Tentang plagiat sudah saya tulis di blogpost ini:

kelas menulis di bandung
Lagi serius latihan. Nyadar sih difoto, tapi kan lagi akting serius! (foto: Linda R) 

Fokus pada Pembaca

Ada beberapa hal menarik yang saya catat dari penjelasan Mas Ary.
  • Dalam menulis, prioritaskan pembaca. Yang akan ditulis itu sesuai atau nggak dengan kebutuhan pembaca? Temanya disukai oleh pembaca atau nggak, nih? Jadi, penulis nggak bisa sekadar menulis dari ego dan sudut pandang kebutuhannya sendiri.
  • Persiapkan diri sebelum menulis
  • Petakan pikiran dengan menggunakan mind mapping. Terus terang, selama ini saya sih nggak pakai mind mapping.

    Outline
    yang saya pakai biasanya berbentuk poin-poin vertikal ke bawah berisi garis besar setiap bab.

    Hm... sepertinya saya akan mencoba memakai mind mapping ini juga, deh untuk menangkap ide yang berkelabatan dan meloncat-loncat di benak saya. Setidaknya untuk outline buku nonfiksi.
  • Riset. Cari materi atau referensi untuk memperkaya tulisan. Hehe... artinya: penulis harus banyak membaca, tuh. Dalam proses riset ini, bisa saja muncul ide-ide tambahan.

Selesai workshop, semangat menulis berkobar-kobar. Ide-ide pun rasanya berloncatan kian kemari. Hm...nulisnya kapan, ya? Weits... jangan cari-cari alasan, deeeeh! :D

Biar makin semangat, langsung aja deh baca Tips Menulis dari Asma Nadia. Siapa sih yang nggak kenal penulis produktif satu ini?

workshop menulis Elex Komputindo
Mbak Retno Kristi sedang presentasi. Bila kirim naskah, sertakan sinopsis buku secara keseluruhan.


workshop menulis Elex Media di Bandung
 Mbak Linda Razad, pemateri terakhir. Rajin lihat buku-buku dari luar untuk mencari ide. 
  


Peserta wokshop menulis
Foto bareng seusai workshop.



awug Bandung
Naaah...ini dia si awug cs. Lupis, cenil, klepon, putri noong, dll. Si awug sendiri masih berselimut daun pisang. 


Salam,

Triani Retno A
Penulis buku, novelis, editor freelance 

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.